Friday, April 09, 2021

Magic Word

 




Waktu saya pergi merantau. Setiap bulan pasti surat ibu saya datang. Walau saya tidak kuliah. Pekerjaan tidak tetap. Tetapi tidak pernah ibu saya berkata” Kamu bego sih.” atau “ udahlah terima aja nasip. Kamukan disleksia. “ atau “ kamu sih nakal dan tidak bisa bergaul.” Kalau salah satu kalimat itu ibu saya katakan. Saya yakin saya akan gagal di rantau dan pulang kampung sampai menua dalam kekalahan. Tetapi ibu saya selalu memberikan semangat “ Kamu anak kebanggaan Amak. Jeli paling pinter matetimatika dibandingkan adik adik. Jeli harapan amak yang selalu amak doakan siang malam. Dan selalu ditutup dengan kalimat, jangan lupa sholat.


Banyak orang berubah bukan karena peristiwa tetapi karena magic world. Kadang hanya kalimat sederhana tetapi disampaikan pada moment yang tepat, itu bisa mengubah segala galanya. Waktu saya bangkrut. Saya merasa tak berguna. Dalam kebingungan di halte bus. Saya bertemu dengan teman lama. Dia berhentikan kendaraanya disamping saya. Dia ajak saya pergi makan siang. Saat itu dia berkata kepada saya.


 “ Jangan pernah kamu berharap orang akan kasihan dengan hidup kamu. Jadi jangan pernah mengeluh. Focus perbaiki sajalah hidup kamu. Pada akhirnya kamu sendirilah yang menentukan nasip kamu.” 


Kalimat sederhana dan terkesan ketus. Namun sangat dalam maknanya bagi saya.  Saat itu juga mindset perasa dan tergantung  sebelumnya kepada orang lain bisa saya kubur. Benarlah. Ketika saya bisa bangkit. Saya merasa  lebih bebas dan merdeka. Karena saya tidak merasa berhutang kepada siapapun. Kreatifitas lebih tinggi dan semangat lebih besar, keberanian engga ada batasnya. Saya bisa bersaing dengan siapapun. 


Pada puncaknya saya tidak lagi merasa kawatir. Engga perlu mikir orang suka atau tidak suka kepada saya. Tidak lagi mikir soal penampilan agar terhormat. Mengapa? rasa kawatir itu karena anda tergantung dan berharap penuh kepada orang lain dan lupa berserah diri kepada Tuhan dalam jiwa tak tergantung kepada manusia. Sehingga anda juga lupa meliat kedalam. Selalu meliat keluar. Artinya secara spiritual anda berjalan ditempat gelap. Pasti tersesat.


Saya pernah tugaskan Yuni untuk bangun industri kliker di Vietnam. Di tengah jalan saya hentikan dukungan. Cutloss. Semua biaya operasional saya hentikan. Saya mau liat sejauh mana dia bisa mandiri tanpa saya.  Saya juga tidak pernah kontak dia. Saya tutup komunikasi. Namun diam diam saya pantau. Apa yang terjadi dua tahun kemudian? Dia berhasil membangun pabrik itu dengan skema yang luar biasa bagusnya. Saat berhasil dia serahkan kepada saya untuk diakuisisi. Tanpa ada pikiran untuk menguasai. Saat itu juga saya tahu kesetiaannya. 

“ Kalau semua mudah, semua orang tentu ingin jadi pengusaha. Engga ada lagi yang mau jadi pegawai. Kelau kepercayaan itu mudah, sudah banyak investor  bangkrut. “ Kata Yuni yang dia ingat sebagai kata kata yang keluar dari mulut saya. Ternyata kata kata itu jadi magic word bagi dia untuk berubah menjadi pengusaha profesional yang tangguh dan percaya diri tinggi. Sehingga dia qualified sebagai sehabat dan sekaligus mitra.


No comments:

Persepsi sesat

  Persepsi itu penilaian atas dasar realita. Realita itu apa yang kita lihat, baca dan dengar. Realita bukan fakta.  Nah di era sosial media...