Waktu makan malam kemarin dengan global pertners saya dari London, ada yang menarik. Dia mengatakan bahwa kemarin waktu pelepasan global Bond yang di sponsori oleh Inalum terlihat pasar cepat sekali bereaksi positip. Padahal banyak global Bond punya Perusahaan Eropa engga dilirik oleh investor. Penyebabnya Eropa memang sedang mengalami perlambatan ekonomi. Masalah sudah menjadi rumit. Bukan hanya soal moneter tetapi sudah sampai ke struktural. Akan butuh waktu lama mengembalikan zona Eropa seperti era tahun 90an. Kini dan kedepan adalah era Asia. China, India, Korea, dan Indonesia akan memimpin perubahan zaman. Katanya.
Tetapi yang menarik adalah fenomena pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Secara struktural ekonomi Indonesia tidak banyak berubah sejak 10 tahun lalu. Masih bertumpu kepada komoditas tradsional. Tetapi mengapa Indonesia bisa tetap tumbuh diatas 5%? Padahal zona Asia semua menurun. Menurutnya adalah Jokowi effect. Sejak tampilnya Jokowi ke panggung politik nasional lewat demokrasi langsung, orang menilai bahwa sumber daya alam Indonesia akan menjadi penyeimbang kekuatan sumber daya modal globa bila di kelola oleh orang yang profesional dan tidak terjebak dengan oligarki politik yang koruptif.
Nah ini saya mulai exciting mendengar analisanya. Saya siap menyimak.
Mengapa ? Kapasitas ekonomi nasional Indonesia masih dibawah 30%. Perhatikan uang beredar terhadap PDB. Artinya masih ada 70% lagi yang belum di garap. Peluang tumbuh semakin besar. China kini sedang suffering karena kapasitas ekonomi nasional sudah diatas 100%. Ekonomi china sudah melambat. Tidak akan bisa tumbuh diatas 7%. Nasipnya akan sama dengan Jepang dan AS sekarang. Hanya masalah waktu itu akan terjadi. Indonesia punya bonus dengan besarnya orang muda usia produktif. Ini potensi besar sekali menuju negara industri lewat relokasi industri dari negara maju. Likuiditas pasar uang di Indonesia paking likuid. Tingkat yield obligasi paling menarik dibandingkan negara lain. Itu karena struktur lembaga keuangan Indonesia yang sehat. CAR perbankan Indonesia terbaik di bandingkan negara lain.
Nah ini di pantau dengan baik oleh pemain pasar. Makanya sejak Jokowi mencalonkan sebagai presiden tahun 2014 pasar uang dan modal bergairah. Investor asing paling aktif membeli. Tiga tahun dia berkuasa Index BEJ tembus 6000. Bayangkan berapa besar mereka untung. Tahun ini perhatikan bagaimana semangatnya investor asing masuk ke pasar obligasi Indonesia. Arus modal asing meningkat terus. Pemain pasar global sangat mengerti potensi Indonesia dan sangat yakin Jokowi akan terpilih lagi tahun 2019 ini. Dan belajar dari tahun 2014, pemain lokal engga mau lagi ketinggalan. Engga mau lagi wait and see seperti tahun 2014. Mereka ikut meramaikan bursa.
“ Bagaimana dengan dukungan dari negara Eropa kepada PS? Tanya saya.
“ Ah mereka badut politik yang masih berpikir seperti era tahun 90an. Saat sekarang kekuatan ada dipasar. Akal sehat. Oligarki poltik global udah engga laku lagi sejak mereka gagal melakukan recovery akibat jatuhnya pasar CDS di Eropa tahun 2008. Sejak mereka gagal menjaga stabilitas harga minyak. Sejak mereka menjadi biang masalah sosial akibat masuknya banyak imigran dari timur tengah. Sebagai akibat adanya konplik regional di timur tengah. Pasar ingin Indonesia menjadi landing pesawat ekonomi global yang sedang di landa turbulensi. Ya setidaknya ada soft landing. “
Saya terhenyak. Mitra global saya ini wanita usia 40 an. Dia memang ahli trading khususnya mutual fund berbasis komoditas.
“ Yang hebatnya, Jokowi memimpin dengan kearifan lokal. Tidak berkiblat atau mengekor ke barat atau ketimur. Dia menawarkan sesuatu yang baru. Membangun peradaban dengan prinsip kedamaian. Kolaborasi, sinergi. Keseimbangan dalam keadilan. untuk Indonesia baru, untuk dunia yang lebih baik. Pidatonya dalam sidang tahunan IMF membuat dunia terhenyak.”