Seorang teman aktifis islam mengatakan bahwa rezim Riba tidak akan pernah diberkati Allah. Pasti akan hancur. Liatlah sekarang dunia sedang krisis. Itu karena rezim Riba. Saya hanya tersenyum. Saya katakan bahwa kalau persepsi kamu uang era sekarang sama dengan emas, tentu akan rancu menterjemahkan Riba. Mengapa? Kalau kamu pinjamkan uang Rp. 1 juta ke orang dengan janji akan dia kembalikan setahun kemudian Rp, 1 juta juga. Kamu beralasan tampa bunga. Agar terhindar dari Riba. Tetapi untuk kamu ketahui bahwa saat akad dibuat, kamu memang tidak makan bunga. Tetapi orang yang pinjam itu mendapatkan bunga secara terselubung. Kok bisa?. Ya uang yang ada sekarang itu kan nilainya turun karena waktu. Itu karena faktor inflasi. Keliatannya dia mengembalikan sama jumlah uangnya. Namun sesungguhnya dia mengembalikan kurang dari nilai nominal yang ada.
Mengapa di era Nabi Riba dilarang. Karena ukurannya adalah barang atau emas. Waktu itu belum ada sistem mata uang fiat dimana nilai uang itu ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Yang terkait dengan kebijakan moneter dan fiskal. Mengapa harus pakai fiat kalau itu tidak sesuai dengan Sunah Rasul ? saya katakan bahwa kalau kita pakai emas, mana cukup emas untuk menampung transaksi untuk populasi manusia yang miliaran seperti sekarang. Dan lagi tidak semua negara menguasai tambang emas. Sebagian besar tambang emas sekarang di kuasai oleh Swasta. Kan engga lucu kalau peradaban modern mata uangnya tergantung dengan pengusaha tambang. Kan bisa kacau dunia. Jadi menurut saya keberadaan uang fiat itu bukan karena islam tidak mendapat ruang dalam sistem ekonomi. Tetapi karena proses sejarah. Slow motion yang terjadi dengan sendirinya sebagai proses sunatullah.
Jadi bagaimana menyikapi fenomena Riba itu ? Ya harus kembali kepada hakikat. Bahwa uang itu bukan tujuan tetapi hanyalah alat. Kita harus bisa membedakan mana uang untuk bisnis dan mana untuk sedekah. Ukurangnya adalah niat. Memberikan pinjaman untuk bisnis adalah cara berbagi dan meringankan orang lain. Mendapat pinjaman bisnis adalah ujian menjaga amanah dan akhlak. Kalau orang pinjam nilainya tidak seberapa. Untuk kebutuhan hidup. Anggap saja sedekah. Ikhlaskan saja kalau tidak dikembalikan dan tetap doakan agar orang itu dimudahkan Tuhan mendapatkan rezeki. Jadi kembalikan kepada Akhlak.
Faktanya banyak negara hancur karena utang. Banyak pengusaha hancur karena utang.Banyak rumah tangga hancur karena utang. Katanya. Saya katakan bahwa bukan utang sebagai penyebab, Tetapi akhlak orang yang berutang dan memberi utang yang salah. Sifat rakus. Itu penyebabnya. Mengapa ? bagaimanapun lebih banyak orang yang sukses dan tertolong karena hutang daripada yang gagal dan hancur. Hampir semua bisnis saya dibangun dari utang. Apakah saya stress ? engga. Karena saya tidak pernah anggap uang itu sebagai tujuan tetapi liabilities dihadapan manusia dan Tuhan. Makanya saya tidak perlu merasa jadi orang kaya apalagi terhina dibilang miskin oleh orang lain. Selagi kreditur dan Oma happy dengan saya, itu sudah cukup bagi saya.
No comments:
Post a Comment