Dalam dialogh dengan teman ekonom syariah, paska aksi 212, saya katakan aksi itu adalah puncak gunung es dari kekecewaan Umat islam terhadap ketidak adilan ekonomi. Mungkin para penggerak aksi itu berpolitik tetapi sebagian besar yang ikut demo itu adalah orang yang memang tulus dan berharap keadilan ekonomi. Karena GAP kaya miskin yang ada begitu lebar. Kalau masalah ini tidak diatasi maka ini akan menimbulkan chaos sosial. Jokowi harus gunakan momentum ini dengan baik. Jangan jauhi umat islam tetapi ajak tokoh islam untuk menggunakan potensi islam itu untuk perbaikan ekonomi umat. Gimana caranya ? ya ekonomi syariah. Sayapun menulis di blog soal itu secara terinci.
Tiga bulan setelah itu diadakan Kongres Ekonomi Umat yang diprakarsai oleh MUI dan didukung pemerintah. Jokowi- JK hadir membuka kongres itu. Hasil kongres ekonomi umat melahirkan enam konsesus. Pertama, sistem perekonomian yang adil, merata, dan mandiri dalam mengatasi kesenjangan ekonomi. Kedua, mempercepat redistribusi dan optimalisasi sumber daya alam secara arif serta berkelanjutan. Ketiga, memperkuat sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing tinggi berbasis keunggulan IPTEK, inovasi, dan kewirausahaan. Keempat, yaitu menggerakkan koperasi dan UMKM menjadi pelaku usaha perkonomian nasional. Kelima, mewujudkan mitra sejajar usaha besar dengan koperasi dan UMKM dalam sistem produksi dan pasar terintegrasi.
Kongres umat Islam ini sesuatu yang tidak mungkin terjadi di era Soeharto , bahkan tidak pernah ada di era SBY. Mengapa ? karena penguasa yang dekat dengan pengusaha takut bangkitnya ekonomi umat yang otomatis membuat mereka mandiri sehingga rakyat cerdas untuk menentukan sikap terhadap pemimpin yang culas. Politik menjadi akal sehat. Program populis yang menipu mudah dibaca oleh umat. Tetapi Jokowi menyambut keinginan besar umat islam untuk bangkit mengurus dirinya sendiri. Apalagi itu lahir dari ulama. Saya dengar dari teman, setelah kongkres itu, Jokowi sering berdialogh dengan Pak Ma’ruf Amin seputar nilai nilai ajaran islam dalam bidang ekonomi. Ma’ruf Amin bukan hanya ahli fiqih tetapi dia adalah salah satu ahli ekonomi syariah yang paling berpengaruh di Indonesia.
Dari hasil kongres Ekonomi umat itu MUI mengajukan financial solution sebagai financial resource bagi umat. Ini ide hebat. Karena masalah ekonomi umat adalah buruknya akses pendanaan. Solusi hebat itu adah membentuk Bank wakaf. Data dari Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf tanah saja di atas Rp 370 triliun, sementara wakaf tunai Rp 180 triliun. Ini belum termasuk menghitung potensi wakaf tanah yang masih belum muncul, yang bisa mencapai Rp 2.000 triliun. Hebat kan. Jokowi menerima usulan dari Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) untuk membentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Dan OJK memberikan persetujuan dengan nama Bank Wakaf.
Nah, bagaimana struktur bank Wakaf ini? Ada tiga yaitu donatur, pesantren dan masyarakat produktif. Badan hukumnya adalah koperasi. Jadi bank wakaf bukanlah bank yang menerima simpanan. Skema permodalan dari Bank Wakaf Mikro ini juga terbilang unik. Nantinya, 1 LKMS akan menerima dana dari Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) , juga kemungkinan dana Desa, sekitar Rp 3 miliar sampai Rp 4 miliar. Dana tersebut tidak akan disalurkan semuanya menjadi pembiayaan, melainkan sebagian akan diletakkan dalam bentuk deposito di bank umum syariah agar likuiditas bank syariah juga meningkat guna mendorong distribusi modal kepada rakyat. Program ini adalah financial engineering ala syariah yang hebat.
Saya katakan kepada teman bahwa dari bank wakaf itu, kita tidak berharap muluk agar semua umat islam jadi pengusaha. Cukup tiga juta komunitas Islam yang sukses di bina itu mampu menjadi wirausaha kelas kecil menengah dengan serapan angkatan kerja 10 orang saja per unit usaha maka jumlah tenaga kerja terserap 30 juta orang. Kalau setiap orang itu menanggung 1 istri dan dua anak maka jumlah yang hidup dari komunitas itu sebanyak 90 juta orang. Kalau di total maka jumlahnya 120 juta orang. Ini sudah setengah dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini tidak termasuk stake holder yang terangkat akibat gerakan 3 juta orang itu, yang mungkin jumlahnya sama dengan 120 juta orang. Dengan demikian tuntaslah keadilan sosial terjadi di Indonesia.
Kalau sampai Jokowi memilih Ma’ruf Amin sebagai Wakilnya itu bukanlah karena mendadak. Bukan melulu alasan politik menjaga koalisi tidak pecah. Tetapi lebih karena niat tulus Jokowi agar keadilan ekonomi di Indonesia itu lahir dari kekuatan rakyat sendiri. Ma'ruf Amin akan jadi kekuatan politik lahirnya kebijakan ekonomi pro umat. Mengapa ? penyelesaian masalah bangsa ini harus melalu revolusi mental dengan pendekatan kepada moral budaya dan agama. Agama selain bagai elang (águila) yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam (gallina) yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian."Artinya bagaimana gerakan dakwah agama bisa melahirkan semangat kemandirian ditengah masyarakat. Bagaimana mentranformasi dari masyarakat yang apatis ,pesimis, korup menjadi masyarakat yang progressive, passion, berikhsan.
Saya tidak bisa bayangkan bila Jokowi kalah dan penyelesaian umat hanya melalui BLT dan subsidi maka sampai mati umat tidak akan mandiri dan tidak akan menjadi kekuatan real bangsa ini untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua. Semoga umat islam sadar akan pilihan Ma’ruf Amin sebagai Wakil adalah kado dan janji kuat Jokowi bagi kemakmuran umat islam pada khususnya dan rakyat indonesia pada umumnya, untuk kini dan besok.