Belakangan ini terdengar santer ajakan atau kampanye dengan slogan “asal bukan Jokowi”. Atau “2019 ganti presiden”. Sudah bisa ditebak siapa yang mengusung slogan ini, yaitu PKS. Sebagai oposan tentu tidak salah sikap PKS ini. Karena namanya politik tentu harus menemukan cara untuk menjadi pemenang. Mengapa sampai ada slogan tersebut? karena memang para oposan sudah kehilangan argumen untuk mengalahkan Jokowi. Makanya frame dibentuk agar orang focus kepada hal “ asal bukan Jokowi atau 2019 ganti presiden. Tentu dari slogan ini setiap orang bebas membentuk opininya sendiri untuk menyalahkan Jokowi. Ada yang melihat dari sisi utang, harga naik, ketidak adilan ekonomi dan lain sebagainya. Nah bagaimana menyikapinya ?
Kalau ada golongan umat islam yang menggunakan slogan tersebut maka jangan dihadapi dengan emosi apalagi melakukan satire terhadap tokoh agama. Mengapa ? kalau ini dilakukan maka tujuan propaganda itu tercapai. Apa ? memisahkan Jokowi dengan akar rumput umat islam. Polarisasi antar umat islam terjadi. Dengan menghujat Amin Rais, atau lainya akan semakin membuat pendukung oposisi mempunyai ruang untuk menjustifikasi bahwa Jokowi anti islam. Dan ini merugikan Jokowi. Apalagi Jokowi sedang berusaha mendekat kepada Umat islam, dan tokoh umat islam. Lebih baik menulis focus kepada kinerja yang telah dicapai Jokowi dan dasar atau alasan dibalik setiap kebijakan Jokowi.
Di tolaknya PK Ahok oleh MA, jangan disikapi berlebihan. Karena kalau ini disikapi berlebihan maka mereka punya alasan kuat bahwa pendukung Jokowi anti islam. Kita harus cerdas melihat konstelasi politik menjelang Pemilu 2019 ini. INgat sekarang yang bergerak bukan lagi aktifis facebook tetapi orang partai udah masuk ke ranah dunia maya. Mereka orang politik dan ahli dalam seni propanda. Mereka memimpin langsung pasukannya melakukan aksi perlawanan. Tentu gerakan ini terstruktur dengan baik dan para laskar dilatih dengan serius. Jadi sangat berbeda dengan aktifis media sosial Jokowi yang tampil spontan secara moral.
Perhatikan bagaimana sikap Jokowi menghadapi issue negatif terhadap diri pribadinya maupun pemerintahannya. Jokowi merapat ke Sumatera Barat yang boleh dikatakan sebagian besar tidak memilihnya. Namun lambat laun persepsi positip terbentuk terhadap Jokowi. Bagaimana Jokowi merapat ke semua kiyai dan Ponpes, serta pendekatan kepada ulama, yang lambat laun membentuk awan positip bagi dukungan kepadanya. Jadi, sikap hati hati dan bijak dalam bersosial media sangat diperlukan agar Jokowi tidak ter cluster oleh pendukungnya saja. Ingat sukses Jokowi menjadi orang nomor satu pada periode kedua sangat berarti bila itu juga datang dari orang yang tadinya membenci Jokowi. Itu juga tugas pendukung Jokowi para facebooker.