Tuesday, March 27, 2018

Merebut hati...


Ada cerita teman, suatu waktu dia kedatangan tamu kekantornya. Tamu itu tidak dia kenal sebelumnya. Namun sekretarisnya kehilangan alasan menolak dan juga menaruh hiba untuk menolak tamu itu. Karena sudah tak terhitung tamu itu telp ingin ketemu dan di tolak. Tak terbilang tamu itu datang dan selalu di tolak. Namun tamu itu punya alasan kuat untuk tidak berhenti dengan niatnya untuk bertemu. Apa alasanya " Saya hanya butuh waktu 5 menit untuk menyampaikan proposal saya, dan menjelaskan kepada bapak secara tepat dan singkat." Demikian yang di sampaikan sekretarisnya. Akhirnya dia setuju untuk menerima tamu itu.

Ketika pertama kali dia mellihat tamu itu, yang dia tahu pria itu nampak berwajah berbalut senyum. Tak ada kesan dia imperior dan juga tak nampak penuh percaya diri. Biasa saja. Sangat sopan. Ketika salaman dia berusaha mencium punggung tangan namun teman saya cepat menepuk bahu pria itu. Benarlah, tak lebih 5 menit dia sudah selesai menjelaskan maksud dan tujuannya seraya menyerahkan proposal di tangannya. Teman saya tidak menjajikan apapun namun akan mempelajari dokumen yang dia serahkan. Setelah pertemuan itu setiap minggu dua kali pria itu kirim email atau sms untuk menanyakan tanggapan teman saya. Namun tak pernah ditanggapi oleh teman itu. Dan dia tidak pernah menyerah sampai suatu saat teman saya menegaskan dia tidak ada waktu untuk mem follow up nya.

Suatu saat teman saya bertemu lagi dengan pria muda itu. Ini kebetulan karena dia mau ketemu dengan relasinya di cafe yang sama, katanya. Rasa hormat pria itu tidak berkurang. Yang pertama ditanya adalah kesehatannya. Walau singkat pertemuan itu, memberi kesan bahwa pria itu tahu menjaga kehormatannya. Setelah teman saya usai meeting dan minta bill, waitress memberi tahu bahwa bill sudah dibayar oleh tamu yang ada tidak jauh dari mejanya. Ternyata yang bayar pria itu. Sebelum dia pergi, pria itu mendekatinya lagi dengan ramah. Pria itu memberi sekotak cerutu terbaik. Katanya ini oleh oleh dari istrinya pulang dari luar negeri. Dia terharu.

" Mengapa sampai istrimu menghadiahi cerutu? 
" saya terinspirasi dengan bapak. Kalau bapak ada waktu. Saya ingin mengundang bapak makan malam bersama istri saya”

Sejak itu satu kali makan malam berlanjut ke pertemuan lain dan begitu seterusnya selama dua tahun lebih. Tapi tidak ada bisnis yang di bicarakan. Lambat laun teman ini jatuh hati dengan pria itu. Suatu saat dia mendengar bahwa pria itu sedang berusaha mendekati venture capital mendapatkan pembiayaan. Entah mengapa dia sengaja telp boss venture capital itu untuk makan malam dengan pria itu. Tak berapa lama pria itu sukses merealisasikan proyek dan belakangan dia tahu proyek itu sukses melakukan refinancing melalui bank papan atas.

Moral cerita: Business network tidak bisa didapat dengan instant. Itu butuh seni tersendiri dan memang dasarnya Anda punya karakter hebat, dimana Anda punya kemampuan terus berpikir positip, yang sehingga sifat paranoid menjauh dari keseharian Anda. rendah hati, dan pasti tidak punya sedikitpun sifat benci dalam diri Anda, apalagi berpikir negatif. Dari sikap hidup seperi itulah rezeki menjadi mudah, karena silahturahmi dilakukan dasarnya adalah ikhlas, sehingga membuat orang jatuh hati kepada Anda. Sekali orang jatuh hati maka semua menjadi mudah. Jadi ingatlah bahwa nasip baik buruk orang ditentukan oleh akhlak atau attitude- nya. Orang sukses karena lebih kepada mindset nya bagus, terbuka, dan tahu arti kesabaran dan paham bagaimana mencintai, walau tak berbalas instant

Friday, March 16, 2018

Orang baik...

Karena takdir, teman saya memulai ceritanya, akhirnya saya yang miskin menikah dengan putri orang kaya. Tapi perkawinan yang walau direstui orang tua namun menimbulkan kebencian dari keluarga wanita. Mereka kawatir saya akan memanfaatkan harta keluarga istri. Maklum saya terlahir dari keluarga miskin. Namun berlalunya waktu kecurigaan itu tidak terbukti. Saya malah bisa membahagiakan istri dan anak anak dengan kerja keras saya. Namun sebagai pengusaha jatuh dan bangun itu bisa saja terjadi kapan saja. Dan terbukti pada diri saya yang akhirnya jatuh juga. Semua harta terpaksa di jual termasuk rumah. Atas saran istri, kami pindah kerumah mertua. Namun sikap sinis dari keluarga istri sangat luar biasa. Bahkan salah satu anggota keluarga istri meludahi muka saya.

Kebencian demi kebencian terhadap saya dasarnya karena tidak menyukai saya. Dan mereka selalu punya alasan menyesali kehadiran saya dalam keluarga besar mereka. Ketika saya diusir dari rumah mertua, sayapun tidak merasa terhina. Mereka punya hak mengusir saya. Walau istri saya mamaksa untuk ikut saya namun saya sadar itu bukan jalan terbaik. Karena ekonomi saya sedang hancur. Dan menerima saran mertua agar istri tinggal dirumah juga tidak salah. Saya janji akan menjemput istri dan anak anak saya untuk berkumpul kembali setelah saya punya penghasilan. Saya harus kerja keras membuktikan bahwa saya pantas dicintai dan mencintai. Tidak lebih 1 tahun, saya berhasil menemukan pijakan untuk bangkit kembali. Sayapun menjemput istri dan anak saya kembali kerumah yang saya beli.

Berlalunya waktu, mertua sudah meninggal. Harta warisan diperebutkan oleh anak anaknya. Bahkan istri saya tidak dapat bagian. Saya sarankan agar istri ikhlas saja. Tak sampai bilangan lima jari tahun berlalu, harta yang dikuasai masing masing anak itu, habis. Satu demi satu mereka jatuh miskin. Karena keadaan ekonomi saya semakin membaik, maka satu demi satu mereka saya tolong sebisa saya. Akhirnya kini kebencian mereka berubah menjadi cinta. Butuh waktu lebih dari 20 tahun untuk bisa mengubah benci menjadi cinta itu. Dan untuk mengubahnya tidak dengan kebencian dilawan benci atau dendam. Tapi dengan cinta. Dengan pengorbanan. Dengan keihlasan untuk memaklumi. Dengan keikhlasan untuk memaafkan.

Sebegitu besarnya kebencian sebagian orang kepada Jokowi, tapi dihadapinya tidak dengan curhat di sosmed, atau melaporkan orang itu kepolisi. Dia hadapi kebencian itu dengan cinta melalui kerja keras. Berkali kali Presiden berganti sejak reformasi dan berkali kali wacana reformasi agraria dengan redistribusi tanah kepada rakyat miskin di canangkan namun tidak kunjung direalisasikan. Tapi Jokowi melaksanakannya. Berkali kali wacana membangun jalan Papua dari barat ketimur dan dari utara kesalatan. Tapi wacana tinggal wacana. Di era jokowi itu ditunaikan. Begitu bencinya rakyat Jakarta kepada Ahok dan tidak menjadikannya terpilih kembali , namun cintanya kepada rakyat DKI tidak berkurang. Di masa sisa jabatannya berhasil membangun sistem IT agar APBD DKI transfarance di hadapan KPK dan BPK. Jadi siapapun jadi gubernur , APBD akan mudah diawasi.


Ketika Ahok masuk penjara, yang merupakan puncak dari kebencian orang banyak terhadapnya, justru Ahok mendunia. Dukungan dalam negeri dan luar negeri semakin besar dan luas. Tak bisa dibayangkan seorang politisi yang berkarir seumur jagung bisa mengalahkan popularitas seorang jenderal dan politisi yang puluhan tahun beriklan. Bukan itu saja, dukungan kepada Ahok juga adalah dukungan kepada Jokowi yang semakin luas. Benarlah , ketika anda dibenci, namun tetap dalam sabar maka Tuhan akan mengangkat derajat anda. Sebaliknya kepada yang orang yang membenci maka selain dosa , Tuhan juga akan mengembalikan kebencian itu kepada dirinya. Sementara orang baik dalam kondisi apapun dia akan selalu baik baik saja. Karena Tuhan bersamanya.

Wednesday, February 14, 2018

Dimana salahnya Jokowi ?



Tahukan anda setiap tahun rata rata 60 UU dibatalkan oleh MK. Mengapa ? karena bertentangan dengan UUD 45 dan Pancasila. Termasuk semua UU berkaitan dengan SDA dibatalkan oleh MK. Jadi walau anggota DPR di pilih oleh rakyat namun kekuasaan real tetap ada pada rakyat. Rakyat bisa melakukan class action dengan mengajukan gugatan atas produk UU DPR melalui MK. Itulah sistem kita. Bagaimanapun yang berkuasa adalah rakyat. Itulah kehebatan dari reformasi politik negara kita. Nah semua itu bisa terjadi karena ada warga negara yang peduli pada negeri ini yang tidak menggunakan jalur demo atau teriak teriak dijalanan. Mereka adalah kaum terpelajar yang peduli dan punya kekuatan moral untuk membuat negeri ini lebih baik. Dengan adanya aksi ini maka sistem kekuasaan tidak seenaknya buat kebijakan.

Saya sering dapat komen atas postingan saya di Facebook dari beberapa nitizen yang seenaknya menyalahkan kebijakan Jokowi. Mereka pikir Jokowi melakukan itu seperti khalifah atau raja yang titahnya adalah hukum. Contoh kebijakan subsidi. Jokowi tidak pernah menghapus Subsidi tetapi mengalihkan anggaran subsidi dari BBM ke sektor produksi seperti pembangunan waduk, irigasi, pupuk, pendidikan, Gas untuk rakyat miskin, listrik untuk 450 Wat dan lainnya, yang jumlahnya lebih besar dari anggaran subsidi yang di era SBY. Salahnya dimana ? kalau Jokowi membangun infrastruktur besar besaran, itupun tidak melanggar UU mengenai APBN. Karena tidak mengganggu anggaran terhadap sektor lain. Berdasarkan data PWC jumlah anggaran infrastrutkur di APBN jauh dibawah target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.Makanya Jokowi mencari solusi di luar APBN agar ekonomi tetap tumbuh.

Hutang? sampai kini pemerintah boleh menarik hutang apabila APBN defisit. Dan defisit maksimum hanya boleh 3% dari PDB. Defisit ini sudah terjadi era SBY, bahkan di era SBY terjadi defisit primer. Sampai kini di era Jokowi, APBN tidak pernah melanggar UU itu. Dan utang yang ditarik sesuai pagu defisit yang ada. Salah? dimana salahnya ? kalaupun ada goncangan dalam pelaksanaannya tetap saja rasio utang terhadap PDB masih aman,yaitu dibawah 30%, bahkan lebih baik dibandingkan era SBY. Mengapa ? karena utang bertambah tetapi asset juga bertambah. Artinya utang itu tidak habis dimakan subsidi belanja engga jelas. Tetapi telah menjelma jadi asset produksi yang mampu membayar utang itu dimasa depan.

Kalaulah Jokowi membuat kebijakan diluar UU maka seketika dia bisa di lengserkan. Makanya sikap FZ dan FH yang mengejek Jokowi tidak rasional , dan mungkin paling irasional dari kaum saracen. Mengapa ? karena mereka tahu sistem negara dan tahu aturan negara bahwa apa yang dikerjakan Jokowi atas persetetujuan DPR. Artinya apa ? mereka duduk di DPR tetapi mereka tidak tahu fungsi DPR dan tidak paham apa yang sebenarnya yang dikerjakan oleh Jokowi lewat APBN. Kalau sekarang banyak politisi dan pengamat kesal dengan Jokowi sebetulnya mereka tidak mengeritik tetapi marah karena Jokowi melaksanakan UUD dan UU dengan konsisten. Dan tidak mau diajak konspirasi seperti rezim sebelumnya.

Sebetulnya siapapun asalkan punya niat baik dan amanah, bisa memimpin negara ini karena UUD kita berlandaskan Pancasila. Dan itu dasarnya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Kalau Jokowi hebat karena UUD dan UU kita hebat. Dan anehnya ada yang mau mengubah UUD kita jadi Khilafah ?

Sumber : Jalan Sepi.
Untuk pesanan hubungi 081212199662, 081384981562

Sunday, February 11, 2018

Budaya dan Politik



Dalam Pancasila tidak ada sistem pemerintahan melalui PEMILU langsung. Yang ada adalah atas dasar golongan atau perwakilan. Nah dalam UUD 45 ada menyebutkan Pemilu tetapi belum dijadikan UUD yang final karena  ketika UUD 45 itu di buat, kondisi Indonesia belum punya lembaga resmi yang bisa mensyahkan UUD itu. Para pendiri negara ketika itu sependapat bahwa bila keadaan sudah damai dan sudah  ada lembaga Resmi maka UUD akan disusun lagi. Lantas dasar legitimasi PEMILU tahun 1955 apa ? Ya UUD-Sementara 1950. Namun hasil Pemilu 1955 gagal membuat UUD yang legitimate dan Indonesia kembali kepada UUD 45. Bahkan ketika Era Soeharto, kita masih menggunakan UUD 45.  Barulah ketika Era Reformasi UUD 45 di revisi sebanyak empat kali ( tahun 1999, 2000, 2001, 2002).

Jadi walau kita sudah merdeka sejak tahun 1945 namun negeri ini baru punya UUD hasil dari PEMILU tahun 1999. Dan kita menerapkan Sistem demokrasi tidak langsung, yang kemudian tahun 2002 diubah lagi jadi demokrasi langsung dengan munculnya SBY sebagai presiden pertama sesuai UUD yang legitimate.  Nah yang jadi pertanyaan adalah mengapa Pancasila masih melekat sebagai Batang Tubuh UUD itu ? kalau menjadikan Pancasila sebagai Pembukaan UUD maka seharusnya kita memilih “sistem kerakyatan perwakilan” dalam permusyaratan perwakilan.  Ini berbeda dengan Pemilu yang melahirkan “Dewan Perwakilan”. Jadi Pancasila itu bukan mengatur perwakilan itu dalam pengertian Pemilu yang keputusan bisa diambi dalam bentuk voting, tetapi dalam bentuk Paguyuban atau perkumpulan untuk bermusyawarah.

Nah mengapa Pendiri negara kita menentukan Pancasila? karena itu lahir dari kebudayaan Indonesia yang menyatu dengan agama. Ini chemistry bangsa indonesia sesungguhnya. Anda perhatikan di setiap desa di Indonesia ada tradisi musyawarah dalam hal apa saja termasuk membangun infrastruktur, panen, pembagian air dan jadwal pasar dibuka, dll. Siapa yang ditampilkan dalam musyawarah itu? ya para tokoh masyarakat, yang disebut dengan partron.  Jadi tradisi politik bangsa indonesia itu adalah primodial. Ketika sistem demokrasi langsung, terjadi benturan persepsi yang berbeda dalam politik ya wajar saja. 

Apalagi rakyat Indonesia diajak untuk berbeda satu sama lain dalam barisan partai yang banya warna benderanya. Mereka bingung. Ditambah lagi pendekatan Politisi terhadap rakyat masih menggunakan primodial dengan jargon agama dan kesukuan. Contoh kasus PIlkada DKI, rakyat pemilih AB bingung, mengapa setelah kampanye primodial agama memenangkan AB kok DKI Bersyariah tidak terjadi.Mengapa setelah UU Otonomi khsusus Aceh yang berhak mengeluarkan PERDA syariah, tidak melaksanakan sistem islam yang benar. Kebingungan ini, wajar saja terjadi. Karena rakyat indonesia sebagian besar masih mempercayai Politik itu bagian dari kebudayaan dan agama. Padahal sistem negara kita sesuai UUD 2002 sudah tidak ada kaitannya dengan primodial atau sudah lepas dari budaya dan agama. 

Setelah  UUD 2002 di syahkan , partai Politik bukannya mendidik rakyat berpolitik dengan benar malah tetap saja diakar rumput membodohi rakyat.  Kekacauan yang terjadi selama ini dan membuat tidak efektifnya kepemimpina sebagai sumber inspirasi rakyat. Mengapa ? karena antara fakta dan retorika tidak sesuai. Bahkan partai yang membawa primodial wong cilik terlbat korupsi. Partai yang membawa primodial agama, malah ikut maling , bahkan ada yang kena OTT. Sejak tahun 2002 UUD di terbitkan , kita sedang berproses menuju kedewasaan berdemokrasi. Kalau berdasarkan survey hasil Pemilu dan Pilkada, mereka yang melek politik sudah mencapai 40% dan sisanya masih terjebak dengan primodial agama dan budaya. Makanya partai berbasis agama tidak pernah bisa menang Pemilu. Karena banyaknya barisan Partai islam yang harus berbagi atas 60% suara yang masih terjebak dengan primodial. 

Apa artinya? pembangunan politik terjadi secara sistematis namun terkesan lambat. Kalaulah rakyat disadarkan bahwa sistem negara kita tidak ada kaitannya dengan budaya dan agama, maka merekapun akan focus kepada karakter pribadi yang akan dipilihnya. Mereka akan melihat dari sisi kapabilitas, kompetensi dll. SARA engga laku lagi menentukan orang terpilih atau tidak.  Tetapi partai politik yang masih yakin dapat hidup dari primodial nampaknya keberatan soal itu. Karena dengan issue primodial memang mudah dapat suara, dan tidak perlu kualitas. Tetapi hanya masalah waktu partai berbasis primodial agama dan budaya akan tersingkir dari Senayan. Mengapa ? karena sistem keterbukaan, yang memungkinkan setiap politisi bisa ditelanjangi pribadinya oleh publik. Hanya orang baik yang akan terus baik dan dipilih orang baik, Saat itulah demokrasi menjadi pembangun nilai

Monday, February 05, 2018

Mari berubah ...

Sahabat saya dari venezuela kirim email ke saya, tahukah kamu, bro. Di sini untuk dapatkan roti saja orang rela menjual anak perawannya semalam. Kami tidak ada lagi yang akan kami jual untuk makan. Batas kehormatan dan moral telah lama hilang sejak negara tidak mampu menyediakan barang di pasar. Sebelumnya kami larut dalam mimpi sosialis yang menjamin semua ada dan murah. Tetapi ketika harga minyak jatuh, kami baru sadar kami tidak punya apa apa untuk membayar ongkos produksi minyak dan membayar kebutuhan barang yang sebagian besar impor. Kamu tahu mengapa ? karena semua penerimaan negara di habiskan untuk menipu kami dengan barang murah dan segala murah. Kalau kini kami menderita dan anak gadis terpaksa di jual karena itulah harga dari kesalahan dan buruk mental kami sebagai rakyat. Sangat buruk. Kami salah…dan kami membayar dosa kepada generasi setelah kami.

Salah satu nitizen dari Group DDB, mengatakan kepada saya “ Babo masayarakat awam cuman ingin sandang dan pangan murah babo. Itu sudah cukup bgi mereka yang saya temui. Saya jadi relawan pakde semenjak beliau jadi gubernur sampai sekarang, bahkan di 3 desa saya menang telak. khususya desa Demak yang saya kunjungi kemaren. Saya jadi bingung babo semenjan beliau jadi presiden sandang dan pangan pada naik sedangkan pendapatan gakk naik. Apa yang harus saya lakukan babo. Kalau cuman kampanyeain pakde orang baik enggak bakalan tertarik babo.Biarpun ada rizik 7 truk dikampung saya juga tidak bakalan mempan untuk mempengaruhi agama disana. Disana kota wali bukan kota penamburan. Babo stiap orang awam yang tidak tau politik dia mengeluhkan semua bahan pokok pada naik..perjuangan saya semakin berat entar untuk memenangkan pakde lagi.mohon bimbinganya babo..makasih babo.

Saya terhenyak membaca komen tersebut. Mengapa ? begitu dahsyatnya daya rusak mental ditengah masyarakat akibat berpuluh tahun politik kekuasaan yang memanjakan rakyat melalui manipulasi harga lewat subsidi. Negeri kita kaya raya semua ada, tetapi tahukah anda kita telah berhutang ribuan triliun. Kalaulah dari dulu kita punya mental kreatif dan daya juang tinggi sebagai pribadi yang tidak tergantung subsidi, kita sudah jadi negara besar , bahkan terbesar di ASIA. Tetapi malah kini kita sangat bergantung dari harga murah, dan lemah menghadapi keseharian dari harga naik. Padahal harga itu adalah manifestasi keadaan real yang harus kita hadapi agar kita bisa tumbuh karena waktu. Memang berat, tapi kenyataan itu memang tidak ramah. Kita harus kuat menghadapinya. Kuatlah selalu , untuk anak cucu kita agar mereka punya hope..

Kalau mindset kita memilih pemimpin karena berharap kemudahan dan harga murah maka kita akan mudah ditipu oleh petualang politik. Tidak ada utopia dalam hidup in, sayang, kecuali dalam dimensi orang berpikir rakus, dengan menghalalkan segala cara untuk bisa hidup mudah dan hasilnya pasti paradox. Kalau Jokowi inginkan kekuasaan dan terus bertahan , tidak sulit dia menipu harga lewat subsidi. Tetapi itu tidak gratis. Generasi setelah kita yang akan membayarnya. Begitu buruknya ego utopia kita dimasa kini sehingga kidak peduli dengan masa depan anak cucu kita. Jokowi tidak gila kekuasaan. Dia hanya melaksanakan yang baik dengan cara baik walau terpaksa pahit. Itu semua karena niat baik karena Tuhan. Kalau karena itu dia harus tersingkir , kita yang rugi, Jokowi akan baik baik saja, karena dia sudah selesai dengan dirinya sendiri. 

Kini kita punya presiden yang tidak seperti SBY, putranya pernah duduk di DPP KADIN, jadi DPP Partai, tidak seperti putra putri Pak Harto jadi konglomerat punya tanker dan jalan toll. Presiden kita sekarang, putranya jual martabak ! kalaulah dia ingin memanjakan putranya tidak sulit bagi putranya dapatkan proyek infrastruktur atau akuisisi business dan langsung jadi Ketua Kadin. Tetapi Jokowi tidak lakukan itu. Dia mendidik putranya menjadi petarung jauh dari bayang bayang dia sebagai presiden.

Ketika saya melihat cucu saya dan kedua putra putri saya, maka saya teringat puluhan tahun lalu. Dari hidup serba kekurangan dan kelelahan dalam derita diluar batas tak tertanggungkan, saya menemukan kekuatan besar untuk masa depan saya tanpa prasangka buruk kepada siapapun. Andaikan saya hidup dari subsidi kedua orang tua yang berlebih, dan hidup menikmati kemudahan sebagai orang upahan, saya tidak mungkin bisa mandiri bertarung menghadapi persaingan dengan orang lintas benua dan bangsa.

Bahkan kepada putra putri saya tidak sedikitpun memberikan kemudahan walau saya mampu membuat mereka manja dan menikmati segala fasilitas, Tetapi tidak. Saya tidak akan meracuni putra putri saya dengan subsidi agar mereka manja. Tidak. Saya mencintai mereka, tidak dengan memberikan kemudahan tapi menanamkan semangat juang agar mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Begitu juga Jokowi, Jadi mari didik mental keluarga kita , sahabat kita agar jadi petarung menghadapi keseharian mereka… Mari berubah dan semangat karena Tuhan..yakinlah, kita bisa! Jangan sampai nasip kita seperti Venezuela yang kaya SDA , namun karena salah memilih pemimpin…dan dimasa depan kita terpaksa menjual anak gadis kita untuk makan…



Monday, November 27, 2017

Anies menuju RI- 1?

Tadi sore teman saya menyampaikan informasi bahwa Ornas dibawah JK sudah bulat membangun wacana untuk mencalonkan Anies sebagai Capres 2019. Menurut informasi hampir semua ormas Islam selain NU mendukung. Bagi mereka asal bukan Jokowi. Situasi ini membuat PS galau dan merasa di khianati. Keliatanya JK akan jadi King maker sama seperti dulu merekomendasikan kepada Megawati agar mendukung Jokowi untuk Cagub DKI dan kemudian Capres. Hari hari kedepan menuju 2019 akan menjadi hari hari panas perpolitikan. Apalagi posisi Anies sebagai gubernur DKI.

Akan ada serangkaian episode aksi berjilid jilid dengan mengusung beragam agenda dengan tujuan meningkatkan rating Anies dalam perpolitikan nasional. Apalagi sebagai orang yang memang dari remaja di bina AS, Anies punya kredit point yang acceptable terhadap AS. Ini penting sebagai dasar dia akan dukung oleh elite politik dan international. Apakah idiologi Anies ? Tidak ada. Dia orang yang pragmatis dan oportunis. Sehingga memudahkan dia bergabung dengan golongan mana saja walau berbeda agenda.

Jangan dianggap enteng dukungan terhadap Anies. Mengapa ? Kalau PS akan mudah dipatahkan. Karena musuhnya terlalu banyak sebanyak yang mendukungnya. Sementara Anies praktis tidak punya musuh. Bahkan para pengusaha rente menyukainya, juga para Islam garis keras yang sangat militan ada di belakangnya. Hubungan Anies dengan semua partai cukup baik, terutama dengan Partai Demokrat, PDIP dan Golkar. Walau bukan kader PKS namun Anies mendapat dukungan penuh PKS.

Kalau ingin lihat bagaimana kerasnya pertarungan politik menjelang 2019 maka lihat perseteruan KPK dengan DPR dalam kasus SetNov. Sekarang Golkar di pegang oleh Plt Idrus Marham yang boleh dikatakan orang JK dan salah satu pengurus dewan Masjid Indonesia. Bukan tidak mungkin Golkar akan mengalihkan dukungannya kepada Anies. Yang bisa saja terjadi nasip Jokowi akan sama dengan Ahok, dimana dibiarkan kalah oleh partai pendukungnya agar lahir pemimpin yang bisa dibawah kendali partai. Sementara agama hanya dijadikan tameng.

Mungkinkah  ini akan mengantarkan Anies ke istana? Hanya Tuhan yang tahu. Saya percaya bahwa kekuasaan itu milik Tuhan dan Tuhan akan menyerahkan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Apapun itu maka itu adalah cobaan kepada kita. Yang jelas selagi Jokowi tetap rendah hati dan berniat baik maka Tuhan akan menjaganya dari segala Fitnah. Kita lihat kedepan. Yang jelas jabatan gubernur bukan lagi hanya soal agenda membangun jakarta tapi bagaimana menjadi RI-1. Mari kita lakukan gerakan moral untuk membantu orang baik berprestasi baik untuk indonesia lebih baik.

Thursday, November 23, 2017

RAPBD DKI tahun 2018



Ada tiga point yang diajukan oleh Anies-Sandi. Pertama , peningkatan APBD Rp71,16 triliun atau meningkat 11,87 persen dibandingkan dengan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017. Peningkatan ini dengan target petumbuhan ekonomi 6,12-6,52 persen, di atas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 sebesar 6,03-6,43 persen. Kedua, peningkatan penerimaan daerah. Penerimana ini bukan berasal naiknya PAD tapi berasal dari penghematan anggaran era Ahok dalam bentuk Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun 2017 dan hutang atau pencairan pinjaman untuk Proyek MRT. Ketiga, semua belanja daerah tersebut dialokasikan untuk focus pada program unggulan OK OCE, KJP Plus, rumah DP 0 rupiah, dan lainnya termasuk meningkatkan pembinaan Ormas agar masyarakat lebih berperan serta langsung dalam pembangunan.

Saya akan membahas soal APBD. Penyusunan APBD itu tidak segampang seperti orang ngoceh. Ada SOP yang ketat dalam bentuk Permen dan UU, Perda, yang mengatur bagaimana APBD itu disusun. Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah UU No.32 tahun 2003 tentang pemerintahan daerah, UU No.33 Tahun 2003 tentang Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Keputusan Menteri dalam negeri No.29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban keuangan daerah serta tata cara pengawasan, penyusunan dan penghitungan APBD. Apa tujuan APBD disusun ? untuk dijadikan pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah sehingga kesalahan, pemborosan dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.

Nah sekarang apa fungsi APBD ? ya fungsi otorisasi, fungsi perencanaan, fungsi pengawasan, fungsi alokasi dan fungsi distribusi. Fungsi otorisasi adalah pedoman untuk melaksanakan pendapatan dan belanja daerah pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan yaitu pedoman untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, kemudian fungsi pengawasan sebagai pedoman untuk menilai kinerja pemerintah daerah, fungsi alokasi sebagai pedoman dalam pembagiannya harus diarahkan sesuai dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya dan meningkatkan efisiensi/efektivitas ekonomi, dan fungsi distribusi sebagai pedoman dalam pendistribusiannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutatan. Jadi tidak mungkin Gubernur seenaknya membuat RAPBD tanpa memperhatikan Tujuan dan fungsi dari APBD. Kalau dia abaikan itu maka dia bisa di masgulkan oleh DPRD dan masuk kerangkeng KPK.

Mungkin bagi daerah lain yang belum menerapakan egovernment secara database online seperti e-planning, e-budgeting, e-procurement, e-pelayanan terpadu, bisa saja ngakali anggaran dengan kerjasama berjamaah sesama kepala daerah dan DPRD. Tapi untuk DKI tidak mudah. Mengapa ? karena DKI di era Ahok sudah menerapkan e-planning. Jadi Rencana kerja Jangka Menengah dan Panjang telah di masukan kedalan e-Planning. Ini tidak mungkin diubah. Mengapa ? karena sudah ada PERDA nya dan persetjuan dari Menteri Dalam negeri. Tentu dasarnya sangat kuat karena telah melewati kajian akademis yang menyeluruh dan lagi penyusunan itu melibatkan uang negara. Jadi kalau Anies mengajukan anggaran diluar e-planning maka otomatis akan ditolak oleh system. Apalagi sistem ini terhubung dengan KPK dan BPK. Pelanggaran terhadap itu akan jadi target KPK.

Kalau anggaran yang disusun telah sesuai dengan e-planning maka masih ada lagi e-budgeting. Detail anggaran itu akan di uji oleh system database e-budgeting. Kalau tidak sesuai dengan aturan yang ada maka otomatis di tolak. Tidak boleh diajukan ke DPRD. Kalau anggaran sesuai dengan e-Budgeting , maka masih ada lagi e-procurement. Contoh, satu mata anggaran itu seharusnya seharga Rp. 100.000 tapi dianggarkan sebesar Rp. 500.000 maka otomatis akan ditolak oleh system database. Dan ini akan berdampak kepada semakin membesarnya sisa anggaran tidak terpakai karena tidak sesuai denga e-procurement. Apalagi Pejabat pemangku anggaran tidak mau masuk penjara alias takut sendiri. Karena sudah di detek oleh sistem adanya pelanggaran.

Kalau semua system database bisa dilewati maka masih ada lagi database pendapatan yang berkaitan dengan PAD dan pendapatan daerah. Anggaran belanja harus bisa memastikan pertumbuhan pendapatan Daerah. Untuk menguji belanja itu akan mendorong peningkatan pendapatan, ada lagi UU dan Permen yang mengatur sehingga secara trasfarance bisa di analisa oleh mendagri apakah belanja itu telah memenuhi unsur kepatutan atau tidak. Kalau tidak maka akan ditolak oleh Mendagri.

Ada nitizen mengirim data lengkap mengenai anggaran DKI. Data itu di lengkapi dengan analisa perbandingan antara APBD era Ahok dan Anies. Saya juga membaca lewat media digitar tentang anggaran DKI yang bikin heboh itu. Tapi saya tidak mau ikut nyinyir. Mengapa ? Apa yang disusun oleh Anies-Sandi itu bukanlah final. Itu hanya wacana yang sengaja ditiupkan kepada pendukungnya. Bahwa mereka berdua punya keberpihakan kepada pemilihnya. Terbukti memberikan jatah anggaran lebih besar kepada Ormas, memberikan tunjangan dan fasilitas lebih besar kepada anggota DPRD, memberikan fasilitas dan tunjangan lebih besar kepada team pendampingnya yang juga ex team suksesnya. Itu hanya wacana. Prakteknya tidak semudah itu. Mengapa ? jabatan Gubernur bukanlah jabatan seperti presiden. Gubernur itu staf presiden yang harus menjalankan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Engga ada hak mengusung agenda pribadi.

Kelak APBD akan mengikuti platform yang sebenarnya tanpa ada celah mudah dijarah. Apa yang dikatakan anies dan Sandi di media massa hanyalah seni berkomunikasi kepada publik khususnya kepada pemilihnya yang botol. Tak ubahnya dengan penutupan Alexis yang walau tidak diperpanjang izinnya tapi sampai sekarang tetap buka. Sama dengan Reklamasi walau statement mereka berdua jelas menolak reklamasi tapi reklamasi jalan terus dan penjualan rumah di kawasan reklamasi jalan terus. Wacana sepeda motor bisa masuk jalan thamrin, itu jelas tidak mungkin dia bisa lakukan. Karena dasar aturan dibuat Ahok sangat jelas sesuai dengan UU. Mereka hanya menjalankan program sesuai dengan UU dan peraturan. Sedikit saja mereka atau apara pemda atau DPRD melakukan kesalahan maka KPK dan BPK akan memanggangnya.


Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...