Saat membuka Konferensi Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor XVII di Balai Kota, Jumat (5/2/2016), Ahok mengatakan bahwa “ Kalau tahun depan terbukti ada (calon gubernur) yang lebih adil dan lebih jujur daripada saya, jangan pilih saya. Inilah ajaran nabi, bukan memanipulasi orang ikut dia membabi buta, tetapi dikasih pencerahan," Apa yang disampaikan Ahok adalah sikap terbuka yang harus di pahami oleh siapapun. Bahwa system demokrasi harus mampu melahirkan pemimpin dengan kualitas terbaik.Karenanya pemilu harus mencerahkan ,bukannya saling menghujat dan mengusung symbol agama atau kampanye hitam berbau SARA. Teman saya orang Kristen sempat bertanya kepada saya, apakah tidak ada calon pemimpin yang sesuai dengan kualifikasi yang diajarkan islam ? Bagaimana sebetulnya lahirnya kepemimpinan dalam Islam ?
Menurut saya bahwa dalam islam setiap orang ( pria ) adalah pemimpin dan setiap kepemimpinan itu akan dipertanggung jawabkan diakhirat. Allah sudah men design setiap orang untuk menjadi pemimpin. Tentu tidak semua orang harus tampil menjadi pemimpin. Pemimpin hanya satu. Kepala hanya satu. Imam sholat hanya satu, selebihnya makmun. Namun karena semua orang di rancang sebagai pemimpin oleh Allah maka setiap orang juga mampu memimpin dirinya sendiri. Sehingga tidak sulit bagi pemimpin Islam untuk mengarahkan umatnya kesatu tujuan karena didalam diri umat islam terdapat kepemimpinan yang melekat dalam dirinya, yaitu Al Quran dan Hadith, Selagi kebijakan pemimpin itu sesuai dengan Al Quran dan Hadith maka kebijakan itu akan didukung oleh bawahannya sebagai cara mereka beribadah kepada Allah.
Kembali kepada pertanyaan bagaimana Islam melahirkan pemimpin. Anda tahukan, ulama? Ulama adalah gelar yang tidak ada certifikasi formal. Ia ada karena pengakuan dari masyarakat akan kehadiran seorang yang berhikmah dan bijaksana. Ulama adalah orang yang mendedikasikan hidupnya untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang berbasis pada AL Quran dan Hadith. Tidak ada yang membayar atau tidak ada yang menyuruh. Ia berbuat karena kecintaan kepada Allah. Ulama bukan hanya pandai mengajarkan dan mengingatkan Sabda Rasiul bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah tapi ia juga membuktikan dirinya sebagai pedagang yang hebat. Hamka , hidup dari bisnis nya sebagai penerbit ( Panjimas ). Imam Hanafi menjadi pedagang kain. Para ulama hebat yang datang ke Tanah Air awal masuknya Islam adalah karena kunjungan bisnis ( berniaga ). Sarekat Dagang Islam,adalah perkumpulan ulama yang saudagar , yang memotori kemerdekaan negeri ini.Artinya ulama itu adalah para pedagang atau businessman hebat. Didunia dia memberi bukan meminta apalagi berharap dana amilin.Tidak!. Ulama tidak mendapatkan hidup dari kegiatan dakwahnya tapi dia menghidupi syiarnya dengan kemandirianya. Dari kemandirian mereka itulah, mereka berdakwah lewat hikamnya dan mendermakan hartanya sebagai sikap bijaksananya. Iapun dicintai oleh umatnya, karena ia menanamkan apa yang ia amalkan dan mengamalkan apa yang ia katakan.
Dimanapun terdapat ulama. Dari yang berkaliber desa sampai yang berkaliber nasional dan bahkan international. Mereka tumbuh dan berkembang lewat proses berjenjang. Tidak tumbuh begitu saja atau instant. Pengakuan umat didapatnya bukan karena pencitraan tapi karena pengabdian yang panjang dan melelahkan serta dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Semua itu terlaksana tanpa berharap apapun kecuali hanya mengharapkan ridho Allah. Ia menjadi obor ditengah gelap dan menjadi pencerah ditengah kebingungan umat, menjadi penyejuk ditengah pengabnya zaman. Andaikan mereka berkumpul sesama mereka maka yang ada hanyalah untuk cinta dan kasih sayang. Apabila mereka bermusyawarah maka kebenaran, kebaikan dan keadilan selalu menjadi prioritas dan menang. Karenanya tidak akan ada debat dengan nafsu merasa paling benar, paling tahu. Tidak akan ada voting untuk memilih suara terbanyak yang berhak meng claim paling benar. Sebelum mereka berkerja mereka mengajak orang untuk membaca bismillah. Artinya berbicara dan berbuat dengan niat hanya untuk Allah. Dan ketika mengakhiri , dia mengajak orang untuk membaca Hamdalah.
“Oh indah sekali.Luar biasa! Mana mereka itu? Indonesia butuh banyak pemimpin sekaliber ulama itu. Mana ? Kata teman itu. Saya hanya diam, karena saya tidak bisa menjawabnya. Umat islam indonesia mengalami krisis kepemimpinan berkaliber ulama.Kalaupun ada yang hebat, mereka memang tidak menginginkan kekuasaan. Bagaimanapun kekuasaan itu pemberian Allah. Siapapun kita umat islam tidak tergantung kepada pemimpin karena didalam diri kita ( Pria ) melekat kepemimpinan yang telah di design oleh Allah. Lebih baik saya sudahi diskusi dengan senyum kecut dan berdoa semoga Indonesia di berkati pemimpin berkaliber ulama walau bukan ulama, bukan muslim, setidaknya ia mengamalkan akhlak Rasul: adil dan jujur…