Pernah peneliti bawah laut di dalam gua , tempat dimana tidak ada lagi cahaya matahari masuk. Gelap abadi. Di temukan ikan yang bergerak tanpa mulut dan tanpa mata. Mengapa ? Ya karena memang ikan itu tidak butuh mata dan mulut karena lingkungannya. Para peneliti membawa ikan itu keatas permukaan. Ketika sampai di permukaan laut, ikan itu mati. Ada jenis ikan hiu yang hanya hidup di kedalaman maksimum 80 Meter. Apabila dia masuk lebih dalam lagi maka lever nya pecah dan mati. Begitulah kehidupan di laut. Tuhan mendesign dengan SOP yang ketat secara raga. Pelanggaran SOP adalah mati. Apa tujuannya? Tentu agar kehidupan tertip dan hukum keseimbangan terjadi secara ekosistem. Kita dan lingkungan kita di bumi juga mengikuti SOP dari Tuhan yang dikenal dengan mata rantai makanan. Perpaduan secara ekosistem antara kita, tumbuhan, makhluk lain dan matahari atau alam kosmik. Satu sama lain saling mengikat diri untuk terjadinya proses kehidupan di bumi. Namun dalam hal di bumi, manusia menjadi leading terciptanya keseimbangan itu. Baik atau buruknya bumi bagi kehidupan manusia tergantung dari manusia itu sendiri. Itulah beda manusia dengan makhluk lainnya.
Agar keseimbangan itu terjadi maka Allah mengirim rasul untuk memperkenalkan cara berlaku yang benar sebagai manusia dan mendidik manusia bagaimana mencintai proses kehidupan. Tujuannya agar hukum ketetapan Tuhan berjalan atas dasar kasih sayang Allah. Namun Allah tidak memaksa manusia mengikuti kehedakanya walau Dia maha berkehendak, maha berkuasa. Kasih sayang Allah mendahului daripada kekuasaanNya. Melalui rasul yang memperkenalkan agama bagi kita, Allah mendidik kita agar menjauhi sifat rakus. Tujuannya agar bumi tidak rusak dan tetap nyaman bagi makhluk tercintaNya. Allah melarang kita membenci makhlukNya termasuk alam. Tujuannya agar ekosistem terjadi dengan baik dan kehidupan menjadi damai bagi semua. Allah meminta kita agar berakhlak yang baik hanya karenaNya. Tujuannya agar kita menjadi satu denganNya yang punya sifat pengasih dan penyayang. Dengan itu keadilan Allah berlaku di bumi atas dasar sunatullah.
Orang bisa saja mengabaikan agama sebagai The way of Life. Dan hanya cukup menggunakan akal dan karsa. Tapi itu tidak akan cukup di pahami oleh akal manusia yang terbatas. Lihatlah kehidupan sekarang. Kemakmuran yang di kejar dengan mengabaikan agama , yang terjadi adalah krisis ekonomi datang silih berganti. Lingkungan rusak karena mengejar pertumbuhan ekonomi demi kemakmuran. Tabungan devisa tinggi seperti Amerika dan Eropa, Jepang tapi akhirnya delusi dengan sendirinya karena keinginan yang tak terpuaskan akibat rakus yang tak sudah. Sudah saatnya kita menjadikan agama sebagai cara berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuan memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative untuk lahirnya peradaban yang penuh cinta kasih : Damai dalam perbedaan dan saling berbagi karena cinta.