Teman saya mengajak istrinya makan siang dengan saya di restoran di kawasan central Hong Kong. Sebagaimana suasana makan siang , sang istri lebih banyak diam dan menjadi pendengar yang baik ketika kami berbicara. Dalam kesempatan itu saya mengundang dia dan istrinya untuk datang ke Jakarta. Saya janji akan mengundang mereka makan malam. Istrinya nampak tersenyum sambil berkata" Suami saya selalu sibuk. Entahlah kapan dia ada waktu ajak saya liburan ke luar negeri." Teman saya tersenyum mendengar istrinya berkata begitu. Tapi saya malah tersenyum kecut. Karena ingat istri di rumah. Entah kapan terakhir kali saya ajak istri liburan. Karena mungkin melihat wajah saya agak berubah , istri teman itu bersegera mencairkan suasan sambil berkata " Saya tahu dia sibuk dan lelah. Hidup memang tidak mudah. Dia bekerja keras agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan terbaik , membeli Apartment untuk kami, menyediakan tabungan untuk bekal masa tuan kami. Walau saya juga bekerja namun tidak pernah satu sen pun saya bayar bill rumah tangga. Semua suami saya penuhi dengan tepat waktu tanpa sekalipun dia mengeluh "
Teman saya nampak tersenyum mendengar celoteh istrinya.
" Suami saya memang bukan pria yang romantis yang pandai memuji saya dan memberi saya bunga atau hadiah setiap ulang tahun. Tapi dia memang suami yang hebat dan saya merasa nyaman sepanjang usia perkawinan dengannya. Biarlah dia dengan dirinya tanpa harus berubah hanya ingin mengungkapkan cintanya. Cukup dia bekerja keras dan selalu ada untuk saya di saat saya membutuhkan. ". Teman saya tetap tersenyum. Dan saya manggut manggut. " kalau ingin tahu seberapa besar cinta suami kepada istri , lihatlah dari sikap hidupnya. Kalau dia pekerja keras dan tidak membuat istri bingung bayar bill setiap bulan, itu artinya dia memang mencintai keluarganya. Juga pada moment tertentu dimana istri sangat membutuhkan, dia selalu ada di samping. Untuk mentramkan istri bahwa semua akan baik baik saja. " kata teman saya sambil melirik kearah istrinya.
Apa yang dikatakan oleh istri teman diatas tak lain ungkapan sederhana bagaimana seharusnya mencintai dan di cintai. Tidak ada manusia yang sempurna. Namun yang utama adalah niat berumah tangga memang karena ibadah. Kalau tidak maka rumah tangga dibangun diatas fondasi nafsu yan penuh kepalsuan. Mungkin ada pria yang begitu romantis memperlakukan istri tapi pribadinya culas dan malas. Mudah mengeluh. Mudah kalah menghadapi pelik kehidupan dan dengan kata kata indah menutupi kemalasannya mengizinan istri bekerja di luar agar dapat memenuhi kebutuhan hidup yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Ada juga pria ganteng. Merasa hebat menaklukan wanita dengan kegantengannya dan magic word yang membuat hati wanita melambung ke langit ke 7. Tapi setelah menikah ,dia tidak henti memanfaatkan istrinya untuk terus berkorban dengan kegemarannya selingkuh. Kadang kalau dia kaya , dia sangat pelit dan ragu memberikan kepercayaan financial kepada istri. Baginya semua dapat dibeli dan di raihnya dengan mudah. Karena itu satu satunya yang dapat di hormatinya adalah dirinya sendiri.
Saya tersenyum. Ya setiap suami punya cara mengungkapkan cintanya kepada istri. Saya tidak pernah mengungkapkan cinta kepada Istri namun sikap saya keseharian sudah membuktikan bahwa saya jatuh cinta kepada Istri. Saya sabar dengan kekuranganya. Yang berusaha mengerti sikapnya. Berusaha berdamai dengan kenyataan apabila sifatnya yang membuat saya tidak nyaman tidak bisa berubah. Ya,Tapi rasa aman dan perlindungan atas cinta kepada Tuhan itu adalah yang utama. Inilah rumah tangga menjadi tempat sebaik baiknya melatih kita sempurna di hadapan Tuhan, dimana kita belajar memahami perbedaan dan berdamai dalam kesabaran atas kekurangan istri, bersyukur atas kelebihannya.