Saya punya sahabat di Tiongkok. Menurut
saya dia penganut agama Budha yang baik. Saya tanyakan apakah dia mengenal
Islam? Dengan tegas dia menjawab bahwa dia mengenal Islam dan mempercayai
ajaran yang dibawa oleh Muhammad itu berasal dari Tuhan. Ada juga teman beragama Nasrani. Dia juga
pribadi yang baik. Dirumahnya dia menampung beberapa anak yatim piatu yang dia
pungut dari jalanan. Saya juga tanyakan apakah dia mengakui keberadaan Muhammad
sebagai utusan Allah.Dengan tegas dia mengakui keberadaan Agama Islam yang berasal dari Allah. Teman saya orang Yahudi , yang saya kenal sebagai
pribadi yang baik, dengan tegas mengakui Islam sebagai Agama yang bersumber
dari Allah dan Muhammad sebagai utusan Allah.Semua mereka percaya kepada Tuhan
dan hari akhirat. Tapi mengapa mereka tidak memeluk agama islam? Alasannya
mereka merasa nyaman dengan keberadaan agama yang sekarang mereka anut. Mereka
memegang ajaran agamanya untuk berbuat karna cinta dan kasih sayang. Dengan rendah hati mereka mengakui bisa saja suatu saat mereka akan memeluk agama islam kalau hidayah Tuhan sampai.Memang ada
juga banyak orang beragama Budha,kristen,
Yahudi yang dengan tegas tidak mengakui
islam sebagai agama. Bahkan mereka menuduh islam itu agama rekayasa
Muhammad. Begitu juga banyak orang Islam tidak mengakui keberadaan agama
seperti Budha, Kristen dan Yahudi. Bagi mereka pemeluk agama non muslim akan
masuk neraka karena tidak diridhoi Allah hidupnya.
Walau pemeluk agama non muslim hidup mereka makmur namun mereka tidak
dirahmati Allah. Demikian pendapat yang sering kita dengar. Sikap inilah yang membuat dunia renta dari perdamaian.
Allah telah dengan tegas
berfirman dalam surat Albaqoroh ayat 62,yang artinya “Sesungguhnya orang-orang mukmin,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”. Teman saya
yang tidak bergama Islam namun mengakui
keberadaan Islam dengan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah termasuk orang yang
beriman kepada Allah,hari kemudian. Selagi dia melaksanakan amal shaleh maka
mereka akan menerima pahala dari Tuhan. Tapi bagi mereka yang tidak beragama
Islam namun tidak mengakui keberadaan Nabi Muhammad dan Islam maka dia bukan
orang yang termasuk beriman kepada Allah. Bukan orang yang masuk golongan agama
samawi seperti yang dimaksud dalam Surat Al Baqarah ayat 62 itu. Mengapa ? Sejatinya agama Yahudi dan Nasrani
mempercayai Muhammad lebih dulu sebagai utusan Allah, bahkan sebelum Nabi
diangkat sebagai Rasul mereka sudah mengetahui tanda tanda kerasulan Muhammad.
Tersebutlah Bahira seorang pendeta atau Rahib yang telah uzur. Dia dikenal luas
sebagai rujukan ilmu-ilmu samawi karena ketekunannya mendalami kitab Taurat dan
Injil. Ia memilih hidup berdiam diri di sebuah biara di kota Syam. Pada usia
Muhammad 12 tahun ,dia sudah melihat tanda
tanda kenabian itu pada Muhammad. Itu sesuai informasi yang didapatnya dari
kitab injil dan Taurat. Jadi tidak ada alasan bagi orang yahudi atau nasrani
menolak berita kehadiran Nabi dan tidak mengakui kenabian Muhammad. Kalau mereka mengingkari
itu artinya mereka mengingkari kitab sucinya sendiri. Maka patut dipertanyakan
agama apa yang sedang mereka imani itu. Umat islam wajib mengakui agama yang dibawa oleh Rasul Rasul yang lain sebagai dasar rukun Iman ( Q.S. Al-Mukmin : 78).
Hamka dalam tafsir Al Azhar mengulas
mengenai Firman Allah dalam surat
Albaqarah ayat 62 , bahwa “kesan pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah
perdamaian dan hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama
dalam dunia ini. Janganlah hanya semata-mata mengaku Islam, Yahudi atau Nasrani
atau Shabi'in, pengakuan yang hanya di lidah dan karena keturunan. Lalu marah
kepada orang kalau dituduh kafir, padahal Iman kepada Allah dan Hari Akhirat
tidak dipupuk, dan amal shalih yang berfaedah tidak dikerjakan. Kalau pemeluk
sekalian agama telah bertindak zahir dan batin di dalam kehidupan menurut
syarat-syarat itu tidaklah akan ada silang sengketa di dunia ini tersebab
agama. Tidak akan ada fanatik buta, sikap benci dan dendam kepada pemeluk agama
yang lain". Ada teladan dari Rasul yang amat baik dalam pergaulan antar agama.
Pernah beliau menyembelih binatang ternaknya, lalu disuruhnya lekas-lekas
antarkan sebagian daging sembelihannya itu ke rumah tetangganya orang Yahudi.
Ada lagi suatu saat datang utusan Najran Nasrani menghadap beliau ke Madinah,
Rasul menerima mereka sambil berkata santun "Ya Ahlal Kitab " (Wahai
orang-orang yang telah menerima Kitab-kitab Suci).Juga diceritakan Rasul
menyuapi makan pengemis buta Yahudi di pasar madinah,sementara pengemis itu
selalu menghujat Rasul. Namun tidak menghalangi Rasul untuk beramal-shalih
terhadap mereka.
Nabi Ibrahim mengundang lelaki
tua makan kerumahnya. Di tengah perjalanan, Ibrahim as bertanya kepada lelaki tua
itu mengenai agama yang dianutnya dan si lelaki tua itupun menjawab bahwa ia
seorang yang tidak beragama (atheist). Mendengar hal ini Ibrahim as pun menjadi
marah dan membatalkan undangan makannya kepada si lelaki tua. Namun tak lama
setelah itu beliau mendengar suara dari atas, ”Wahai Ibrahim, Kami bersabar
atasnya selama tujuh puluh tahun meskipun ia tidak beriman (kepada Kami), namun
engkau tidak dapat bersabar atasnya meskipun hanya tujuh menit saja?”.
Mendengar hal ini Ibrahim as pun sadar, lalu beliau pun segera menyusul lelaki
tua itu untuk kembali ke rumahnya untuk makan malam bersamanya. Dalam kehidupan
kita sekarang, kadang bila ada orang beragama lain yang begitu baik amalannya
kita curigai dengan kefanatikan kita. Yang kadang-kadang saking fanatiknya,
maka imannya bertukar dengan cemburu: "Orang yang tidak seagama , yang
tidak semahzab ,yang tidak seide dengan kita adalah musuh kita. "Dan ada
lagi yang bersikap agresif., menyerang, menghina, dan menyiarkan propaganda
bahwa agama /golongan yang lain itu kafir, sesat, bid'ah.Ternyata kita terlalu
hebat belajar mengurai dalil dibalik hadith Rasul dan Firman Allah namun kadang
kita sangat lupa tentang pribadi Rasul yang lebih mengutamakan perdamaian dan
Allah yang maha pengasih lagi penyayang.
Wallahu A'lam Bishawab