Kemarin saya bertemu dengan teman lama. Kami aprokan ketika di Bandara. Dia sekarang sudah menjadi anggota Dewan yang terhormat. Mungkin karena dia terburu buru sebagai orang sibuk, tak banyak waktu untuk hanya sekedar bertegur sapa. Setelah bersalaman , dia bersegera pergi kearah kendaraan yang sudah menantinya. Nilai kendaraan itu saya taksir diatas Rp 1 milliar. Sangat mewah bagi rakyat kebanyakan yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Entah kenapa bayangan saya kembali mundur dua pulu tahun lalu. Teman itu saya kenal sebagai aktifis pedagang kecil. Hidupnya hanya untuk membela pedagang kecil walau dia sendiri bukanlah pedagang kecil. Dia bukan pula pedagang besar. Juga bukan professional. Dia hanyalah pengacara alias pengangguran banyak acara. Walau jabatannya adalah sekjen pada Ormas dibawah payung Beringin namun dia tidak gaji. Lantas bagaimana dia hidup? Dulu banyak pengusaha walau bukan kader Golkar namun tidak keberatan untuk memberikan donasi kepada kader golkar yang “pengacara”. Demikianlah saya berkenalan dengan teman saya itu. Karena saya juga termasuk donator dia. Hidup dari donator orang lain tentu tidak bisa kaya rakya namun juga tidak pula menempatkan dia sebagai orang miskin. Hidup sederhana untuk ukuran sebagai “pengacara” sudah luar biasa baginya.
Setelah reformasi teman itu saya tahu dia berhasil duduk sebagai anggota dewan. Sejak itulah dia sudah sulit dihubungi. Sayapun juga tidak antusias untuk bertemu dengannya. Setidaknya saya senang bahwa dia tidak lagi datang kesaya untuk minta donasi seperti dulu era Soeharto dia lakukan. Sepuluh tahun lalu saya sempat amprokan dengan dia di Holel Mulia. Dia sudah sangat berbeda dengan dia yang saya kenal sebelumnya. Cara bicaranya sudah seperti pengusaha. Tak lagi terdengar dia bicara tentang idialisme membela orang kecil. Dihadapan saya dia adalah politisi yang paham detail business , tentu paham berapa dia pantas mendapatkan dari akses kekuasaan yang sekarang ada ditangannya. Namun saya senang dia masih mengingat saya dan kami tetap berteman dalam dunia yang berbeda. Saya tahu setelah reformasi, system perpolitikan berubah. Partai Politik dan Anggotanya telah menjadi kekuatan significant dalam system kekuasaan di Indonesia. Presiden tidak bisa lagi berbuat sesukanya seperti dulu di Era Soeharto. Dari pembagian kekuasaan yang sistematis inilah membuat setiap orang yang bersinggungan dengan kekuasaan akan kaya raya. Walau KPK dibentuk melengkapi BKP, BPKP namun korupsi sendiri sendiri maupun berjamaah tak bisa dihindari.
Beberapa teman yang saya tahu dulu hanya mampu punya rumah BTN secara cicil namun setelah duduk sebagai elite Politik di era reformasi, dia berubah menjadi kaya raya. Rumah BTN sudah tak lagi ditempati. Rumahnya sudah berada diwilayah elite. Seorang teman yang juga pejabat bank mengatakan bahwa para elite politik itu punya tabungan dan deposito miliaran yang disamarkan atas nama keluarga , teman dan lain lain namun hak kendali atas tabungan itu ada pada elite politik itu. Umumnya mereka adalah nasabah priority dibank Asing yang piawai menyamarkan uang haram. Digerasi rumahnya , kendaraan tidak hanya satu tapi ada beberapa dengan merek yang berharga miliaran. Pergaulan social mereka berada dikalangan atas, dilapangan golf, spa exclusive , Hotel berkelas diamond, keanggotaan first class maskapai penerbangan asing. Memang tidak seratus persen para elite politik hidup mewah dari posisinya namun yang pasti mereka semua tidak ada yang hidup kekurangan sehingga perlu didonasi ala kadarnya seperti kader politik di era Zaman Soeharto. Saya tidak tahu apakah karena system distribusi kekuasaan yang begitu luas sehingga distribusi pendatapan juga terjadi diantara mereka. Yang saya tahu dari tahun ketahun APBN terus meningkat berlipat, pertumbuhann ekonomi juga menikat , harga barang juga meningkat berlipat,hutang Negara juga berlipat meningkat. Apakah distribusi kemakmuran juga terjadi? Entahlah. Statistik Negara sangat hebat mengaburkan data orang miskin itu.
Seorang teman aktifis petani dan buruh sempat geram menyaksikan kebobrokan mental para pemimpin sekarang. Dimanakah Tuhan, katanya pada diri sendiri. Saya hanya tersenyum. Menurut saya Tuhan hadir dan menyaksikan semua kezoliman dan kemaksiatan para elite itu. Dengan Kemaha perkasaannya Allah membiarkan para elite itu hidup dalam keculasannya atas amanah ditangannya. Bahkan Allah semakin membuat peluang bagi mereka untuk dengan mudah menumpuk harta dari keculasannya. Negara tempat mereka memperdaya umat, dibiarkan terus berjalan perkasa sehingga masuk dalam lingkaran G20 yang merupakan 20 negara makmur didunia. Hanya masalah waktu, Allah dengan keperkasaannya akan menghentakan kenyamanan hidupnya dalam prahara yang tidak pernah mereka bayangkan. Ketika itu terjadi sesal tak ada gunanya. Mereka akan berlaku seperti orang gila. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Mata hatinya telah kabur , dan karenanya kebenaran sudah tak jelas lagi nampak. Al Quran ayat 44 dari QS Al An'aam [6], yang artinya "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa".
Semua tahu betapa hebatnya bangsa Eropa dan AS dengan iptek dan ekonominya. Betapa hebatnya China dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Betapa hebatnya Rezim SBY yang menempatkan Indonesia sebagai anggota G20. Ya, Allah SWT membukakan beragam pintu rizki dan pintu kesejahteraan hidup serta kemajuan dalam banyak aspek kehidupan seperti termaktub dalam redaksi ayat di atas, "Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka". Bisa berbentuk kemajuan di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, militer, kesehatan, kebudayaan, stabilitas keamanan dan lain sebagainya. Sebetulnya ini Ini merupakan istidraj (mengulur-ulur) dan imlaa' (penangguhan) dari Allah bagi mereka sebagaimana firman Allah, "Maka serahkanlah (Ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh" (QS Al Qalam [68]: 44-45). Allah Maha Benar dan Maha Perkasa. Kini Negara Eropa dan AS tersungkur dengan lilitan hutang dan ekonomi yang kehilangan power. Keadaan ini akan berimbas kepada China , Indonesia dan seluruh negara pemuja sekularisme. Sadarlah