Benarlah bahwa tetang Jokowi itu berdentang di Indonesia namun gaungnya sampai ke tanah jiran bahkan kemanca negara. Kemarin saya terima email dari
teman di Kuala Lumpur. Dia bercerita betapa antusiasnya masyakarat Kuala
Lumpur ingin melihat sosok Jokowi. Apa
yang membuat masyarakat KL begitu ingin bertemu langsung dengan Jokowi?
Menurutnya kerendahan hati dan keperbihakan Jokowi kepada rakyat miskin itulah
yang menjadi magnit orang banyak. Memang semua pemimpin sangat piawai berbicara membela rakyat miskin namun tak nampak keteladanan dari para pemimpin tentang
apa yang dikatakannya sama dengan sikap dan perbuatannya. Orang sudah bosan retorika
agama yang bicara tentang akhlak sorga namun nyatanya para pemimpin itu hidup
bergelimang kemewahan dan berjarak dengan rakyat miskin. Orang banyak sudah
bosan dengan retorika sosialis yang bicara tentang keadilan social bila
nyatanya para pemimpin menciptakan jarak antara rakyat dengan modal, dan modal
bersenggama dengan elite politik untuk menindas rakyat. Orang sudah bosan
dengan retorika nasionalisme bila kenyataanya SDA dikuasai asing dan
rakyat terpinggirkan bahkan
dikriminalisasi ketika mempertahankan hak akan tanahnya.Jokowi seakan mengalihkan perhatian dari kebosanan dan kemunafikan kepada cinta dan kasih sayang.
Orang banyak tahu bahwa Partai
tukang kibul. Orang banyak tahu bahwa Partai adalah istitusi yang buruk laku
dan membosankan untuk dipanuti. Tapi karena system demokrasi yang dipaksakan
orangpun dipaksa untuk berkiblat kepada unnecessary evil ini. Sambil berharap
dan berdoa intitusi partai bisa menjadi pabrik menghasilkan pemimpin berkelas
Nabi. Itulah harapan dan karena itulah kita masih mau dipaksa datang kebilik
pemilu untuk memilih. Harapan memang membuat orang tersesat tapi hidup tanpa
harapan juga tidak baik. Manusia memang mudah larut dengan harapan esok
terutama ketika hari ini dia terpasung akan keadilan sosialnya. Padahal
keadilan social adalah utopis. Tak akan pernah ada keadilan social di dunia
itu. Yang ada adalah mendekati adil namun secara social tidak jauh berjarak.
Artinya memperkecil gap antara sikaya dan simiskin sudah merupakan prestasi
luar biasa. Untuk ini saja beribu tahun sejarah manusia terbentang, para
dinasti jatuh bangun, presiden berganti, kesenjangan itu tidak pernah mendekat.
Bahkan semakin menua bumi ini semakin jauh jarak antara sikaya dan simikin ,
dan karenanya keadilan menjadi sangat mahal.
Orang mencintai Jokowi bukan akibat imaging campaign bahwa ia akan mendatangkan keadilan social. Orang mencintai Jokowi karena memang dia
berbicara dan berbuat untuk cinta. Ketika dia bicara tentang perlunya rumah untuk orang
miskin lewat program kampung deret, perlunya jaminan social untuk berobat bagi
simiskin, perlunya sekolah gratis untuk simiskin, dia tidak bicara tentang retorika
sosialisme. Tidak bicara tentang retorika Al Quran surat Al Maun. TIdak bicara
tentang cinta kasih Yesus kepada simiskin. Tidak. Ketika dia menegaskan
perlunya indentitas Betawi dipertahankan di Jakarta, perlunya World bank menghormati
SOP DKI dalam membangun atau tidak perlu kasih bantuan pinjaman, menolak halus
uluran tangan Dubes Amerika untuk membantu, Jokowi tidak pernah bicara romatika
nasionalisme. Jokowi terus melangkah mengabaikan retorika politik yang bagaikan
magic word itu. Dia hanya bisa berbuat dan meminta orang banyak menilainya dan
mengkoreksinya. Makanya Jokowi tidak pernah merasa dibebani bila setiap
langkahnya diikuti oleh Wartawan. Transfaransi baginya adalah prinsip dasar
bahwa setiap pemimpin tidak bisa sembunyi secara lahir maupun batin dihadapan
rakyatnya.
Hasil Survey dari berbagai
lembaga Survei telah menyatakan dengan jelas bahwa elektabilitas JOKOWI
mengalahkan semua candidate Presiden yang ada. Tak terdengar sedikitpun Jokowi berbangga dengan hasil survey itu. Baginya kekuasaan bukanlah suatu kebanggaan. Bukan!. Baginya kekuasaan adalah kerja keras dan pengabdian karena amanah. Jokowi tidak pernah minta agar dia dicalonkan sebagai pemimpin (baik sebagai walikota solo maupun sebagai Gubernur DKI). Itu karena dia diminta oleh PDIP untuk maju sebagai pemimpin. Dan untuk itu Jokowi melewati
proses demokrasi dengan apa adanya tanpa terjebak money politic. Jadi dapat dipastikan pada Pemilu 2014 nanti , Jokowi tidak akan pernah minta dirinya dicalonkan sebagai Presiden kecuali kalau dia diminta. Mengapa ? saya tidak tahu
pasti namun itulah yang benar menurut syariat Islam sebagaimana Rasulullah bersabda "Demi Allah, saya tidak akan
menyerahkan jabatan kepada orang yang meminta untuk diangkat dan tidak pula
pada orang yang berharap-harap untuk diangkat" (HR. Bukhari & Muslim).
"Wahai Abdurrahman, jangan engkau meminta diangkat menjadi pemimpin karena
permintaanmu sendiri, tanggung-jawabnya akan besar sekali, dan jika engkau
diangkat bukan karena permintaanmu sendiri, engkau akan mendapat pertolongan ( dari Allah) dalam melaksanakannya" (HR. Bukhari & Muslim). Mungkin itulah keyakinan Jokowi
Bila Allah berkehendak , semuanya menjadi mudah termasuk menempatkan Jokowi sebagai Presiden. Mari berdoa untuk Indonesia baru dibawah kepemimpinan baru yang mengusung program CINTA dan Kasih Sayang. Sebagaimana Firman Allah “(Yaitu) Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41).
Bila Allah berkehendak , semuanya menjadi mudah termasuk menempatkan Jokowi sebagai Presiden. Mari berdoa untuk Indonesia baru dibawah kepemimpinan baru yang mengusung program CINTA dan Kasih Sayang. Sebagaimana Firman Allah “(Yaitu) Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41).