Wednesday, August 22, 2012

Berjamaah


1 ) Tahukah kamu ( orang ) yang mendustakan agama?( 2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, ( 3 ) dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. ( 4 ) maka celakalah bagi orang yang sholat ( 5 ) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, ( 6 ) orang yang berbuat riya, ( 7) dan enggan ( menolong dengan ) barang yang berguna. ( QS AL Ma’un )***

Tahukah anda bahwa ada cara memberikan pinjaman dengan keuntungan yang pasti. Ini sangat pasti. Yang diberi pinjaman tidak mungkin berkelit. Bunga yang didapatpun lebih dahsyat dibandingkan bila anda mendapatkan keuntungan dari investasi derivative pasar uang. Tapi produk derivative pasar uang lebih banyak kalahnya daripada menangnya. Dan ini pasti menang. Kata teman saya. Saya terkejut apa arah pertanyaan dari teman ini. Mungkinkah ada program investasi seperti itu ? Kemudian dia membaca firman Allah “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (Al-Baqarah [2] ayat 245). Saya terpesona. Ayat itu memberikan dua kemungkinan. Pertama bila memberikan pinjaman kepada Allah maka dijamin pasti untung berganda dan kedua, bila tidak bersedia , maka pasti rugi. Karena Allah lah yang menyempitkan dan melapangkan rezeki kita.  Ketika kita berinvestasi dijalan Allah pada waktu bersamaan kita telah menjadi mujahid untuk menjadi wakil Allah menegakkan keadilan dimuka bimi ini untuk pembebasan mereka yang terantai tangannya akibat kemiskinan.

Wahana untuk berinvestasi dijalan Allah itu , dibentangkan Allah dihadapan kita setiap hari. Ada banyak orang miskin karena berbagai sebab, Ada anak yatim, piatu bertebaran.  Apakah ada cara efektif untuk mengelola investasi dijalan Allah itu menjadi suatu gerakan efektif melahirkan peradaban yang dirahmati Allah. Tanya saya ? ada , jawabnya. Bahwa gerakan itu sudah diajarkan oleh Rasul lewat sholat berjamaah. Ritual Sholat berjamaah ini merupakan ujud kebersamaan dalam seiman untuk mendapatkan ridho Allah. Tak ada yang merasa lebih tinggi dibanding yang lain. Tak ada yang merasa hebat dibandingkan yang lain, Tak penting siapa yang memimpin. Semua ruku dan sujud kepada Allah. Namun ritual sholat ini akan menjadi sia sia dan bahkan Allah mencap orang sholat sebagai orang yang "celaka". Apa pasal ? Karena mereka lalai melalukan spiritual social dalam membantu mereka yang miskin, para yatim, piatu. Dan bagi yang tidak mampu memberi namun tidak mau menganjurkan maka dicap sebagai pendusta agama. Itulah yang dikatakan Allah dalam surat Al Ma’un. Tapi kalau gerakan sholat berjamaah itu dituangkan dalam gerakan berjamaah memberi dan menganjurkan untuk membantu mereka yang miskin , yatim, piatu maka tujuan islam sebagai rahamatan lilalamin tercapai sudah. Itulah nilai islam sesungguhnya.

Sebagaimana sholat memang tidak dilarang sendirian tapi alangkah lebih baiknya dilakukan secara berjamaah, kata teman saya. Begitupula dalam gerakan spiritual social, bagi yang kaya raya tentu tidak salah bila mereka membangun project social atas nama dirinya atau lembaganya  tapi alangkah lebih baiknya bila pembangunan itu dilakukan secara berjamaah. Karena ketika berjamaah, semua yang beriman mendapatkan kesempatan untuk terhindar dari golongan pendusta agama. Tak penting berapa yang bisa mereka berikan untuk kegiatan amal , yang penting adalah nilai kebersamaan, nilai berjamaah berbuat karena Allah , ikhlas karena Allah. Itulah yang penting. Dari kebersamaan ini akan lahir masyarakat yang berempati untuk menjadi kumpulan mujahid dalam menegakkan keadilan kepada mereka yang lemah. Saya teringat dengan pituah ibu saya, bunda mengatakan bahwa gerakan Muhammadiah dan Aisyiah adalah gerakan dakwah untuk mengajak orang dalam satu barisan berjamaah sholat tapi tidak dicap sebagai pendusta Agama oleh Allah.

Makanya berbagai program Muhammadiah dan Aisyiah seperti membangun sekolah untuk orang miskin, panti Asuhan , Klinik dll tak lain adalah wahan investasi dunia akhirat bagi siapa saja yang beriman. Ketika kita mendapaktan proposal dari pengurus pembangun dan  kita ambil bagian dalam pembangunn project social itu  dalam kapasitas kemampuan yang kita berikan, kita sedang menolong diri kita sendiri.  Yakinlah. Majalah America Health edisi Mei 1988 memaparkan hasil penelitian akademis yang menakjubkan tentang adanya hubungan langsung antara memberi dengan kesehatan jiwa maupun raga. Penelitian itu diadakan di Michigan ( AS) yang membuktikan bahwa orang yang tidak pernah beramal jauh lebih banyak penyakit dibandingkan orang yang beramal tanpa mengharapkan imbalan apapun. Artikel ini menguraikan manfaat lain yang didapat dari hasil penelitian itu, bahwa memberi dengan ikhlas meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan kadar kolestrol , memperkuat kerja jantung, mengurangi rasa nyeri didada, dan pasti terhindar dari sifat stress.

Dua tahun lalu ibu saya berniat untuk mendirikan Panti Asuhan khusus untuk putri. Dengan niat karena Allah, lahan investasi bagi orang beriman digelar dengan ditandai menyewa bangunan untuk tempat tinggal panti. Uang sewa dibayar apabila ada dermawan memberikan sadaqah. Sejak itu, kampanye dakwah mengajak orang sholat agar tidak dicap pendusta agama dilakukan lewat proposal, dakwah tatap muka, pendekatan pribadi  dan lain lain. Berjalannya waktu, jumlah anak panti semakin bertambah dan kini , Panti itu bersiap siap untuk keluar dari tempat sewa. Pembangun rumah panti sedang berlangsung setelah tanah wakaf didapat dari hamba Allah. Sehari setelah Lebaran, Bunda mengajak saya untuk melihat pembangun project Panti itu. Dengan wajah berseri dan bersemangat, bunda menceritakan detail pembangun itu. Saya terharu. Dalam usia senja, dalam serba keterbatasan, beliau tetap bersemangat untuk berjuang demi Kalamullah. Tak nampak lelah. Kadang penyakit datang padanya namun lewat begitu saja, tubuhnya tetap tegar dan sehat untuk melangkah, untuk cinta dan kasih sayang, untuk menjadi wakil Allah demi tegaknya keadilan bagi simiskin, yatim lagi piatu.

Akhir kunjungan melihat pembangun itu bunda berkata kepada saya, ketika kita  berbuat dan berkorban dijalan Allah , itu tandanya kita  sedang melaju  dijalan  tanpa hambatan untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat. Jangan ragu untuk berbuat karena Allah. Hidup ini hanyalah permainansaja. Harta yang kita genggam tak akan bernilai apapun. Ia akan bernilai bagi pribadi kita bila digunakan untuk mencari ridho Allah. Berbagilah, berkorbanlah dijalan Allah, maka kemudahan dan kelapangan hidup didunia maunpun akhirat akan kita dapatkan. Janji Allah pasti. Bagi anda yang berminat untuk ambil bagian dalam pembangunan Panti Asuhan itu , silahkan salurkan melalui rekening Bank Mandiri KCP Tanjung Karang, Bambu Kuning, Rek 114000482432-5 a/n : Husni Dinar. Bagi yang tidak punya kemampuan maka mari berjamaah menganjurkan sahabat , keluarga yang mampu untuk ikut ambil bagian. Ini multilevel marketing cara Allah kepada semua orang beriman. Yang memberi dan menganjurkan sama nilainya disisi Allah.

Saturday, August 11, 2012

Menulislah...


Saya teringat ketika SMP, saya ikut lomba menulis cerpen yang diselenggarakan oleh  Majalan Kuncung dan Kantor Pos. Ketika niat ikut lomba itu saya sampaikan kepada ibu saya, dengan antusias ibu saya mendukung.  Saya masih ingat betapa sulitnya merangkai kalimat yang sesuai dengan ide saya. Berkali kali saya menulis dan setelah itu saya tidak puas. Kertas yang sudah ditulis dengan tangan itu akhirnya tercabik cabik. Itu saya lakukan berkali kali. Saya putus asa. Kemudian ibu saya membelai kepala saya sambil berkata bahwa pikiranmu adalah kekuatanmu namun ketika menulis jangan sampai pikiranmu mengendalikanmu tapi ikut sertakan hatimu untuk merangkai setiap kalimat itu. Saya teringat ketika SD, guru saya pernah mengajarkan cara menyusun kalimat dengan mudah. Sambil memeluk saya dia berkata  “ apa yang kamu rasakan sekarang “ saya jawab bahwa ibu baik sekali. Kemudian guru saya berkata , tulislah itu seperti apa yang kamu pikirkan dan rasakan itu. Apa yang dikatakan guru SD saya tak ubahnya sepeti apa kata ibu saya. Bahwa tulisan akan bermakna apabila melibatkan pikiran dan jiwa. Dan itu lebih memudahkan untuk merangkai kalimat.

Setelah saya selesai menulis satu halaman. Ibu saya membacanya dengan tersenyum. Tak lupa dia memuji saya bahwa saya telah menggunakan hati dan pikiran saya dalam bentuk tulisan. Apapun hasilnya tak penting. Karena setiap orang yang membacanya akan merasakan getaran hati dari tulisan itu dan kemudian akalnya akan mencerna. Kata kata bisa hilang karena waktu tapi tulisan akan abadi. Ketika kita menulis visi kita terungkapkan dengan jelas dan ketika orang membacanya misi kita tertunaikan. Mungkin kamu tidak mampu berbuat tapi dengan tulisan orang lain melakukannya untuk mu. Demikian nasihat ibu saya yang tak pernah saya lupa hinggi kini. Ya, Menulis sangat penting karena sesuatu yang tak tertulis tak bisa dilaksanakan. Andaikan Al Quran dan hadith tidak pernah tertuliskan maka tidak ada kelanjutan syiar agama. Kehendakan Allah pulalah hingga manusia tergerak untuk merangkai semua firman Allah dalam satu alkitab yang tertulis secara teratur dan karena kehendak Allah pula perilaku agung Rasul tertuliskan dalam bentuk Hadith hingga blue print manusia sempurna dapat kita pelajari.  Para ulama dan cerdik pandai merenungkan setiap kalimat Allah dan lahirlah  berbagai tulisan yang  menginspirasi orang untuk menjadi lebih paham untuk lebih baik berbuat dan bersikap karena Agama.

Saya menyukai tulisan sains namun saya lebih senang membaca biographi yang ditulis oleh pelakunya sendiri atau oleh orang terdekatnya. Buya Hamka   menulis buku “ Ayahku “ namun ketika penerbit ingin meng editnya agar sesuai dengan ejaan Indonesia yang sempurna, beliau protes. Beliau tetap tak ingin dirubah setiap kalimat yang ditulisnya. Karena menurutnya dalam setiap kalimat itu ada kekuatan jiwa dari dia sebagai seorang putra ayahnya. Bila kalimatnya diedit maka kekuatan jiwanya akan berkurang. Maka jadilah buku “ Ayahku “ itu sebagai buah karya sastra yang tinggi nilainya. Andrea Hirata penulis novel “ Laskar Pelangi” awalnya hanyalah ungkapan kisah pribadinya yang tertuangkan dalam tulisan yang tak niat dipublikasikan. Karena ditulis tanpa ada niat apapun.  Kecuali bagaimana dia mengungkapkan kenangan masa kecilnya di desa tetap abadi dalam tulisan. Itu kenangan indah yang tak ingin hilang dalam memori hidupnya. Tentu dengan jiwanya dia menulis. Apa jadinya, tulisan itu bernilai sastra tinggi dan dibaca oleh banyak orang. Menjadi inspirasi bagi orang untuk berbuat karena cinta. Begitupula cerpen saya di majalah kuncung menjadi salah satu juara tingkat nasional dalam lomba yang diadakan oleh Kantor Pos ketika itu.

Apakah semua orang harus menjadi penulis? Tentu tidak harus ditulis dalam buku hingga diterbitkan untuk dibaca banyak orang. Kalau bisa itu tentu lebih baik. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menulis pengalaman hidup keseharian kita dari berinteraksi dengan banyak orang , keadaan dan lingkungan. Cobalah menulis itu dalam buku harian sambil melatih jiwa kita meng explorasi pengalaman keseharian itu. Uraikanlah dalam tulisan apa yang kita pikirkan tentang apa yang dikatakan atau ditulis orang lain. Ungkapkanlah apa yang kita lihat dan perhatikan disekitar kita. Setelah itu, bila ada waktu, cobalah membacanya kembali. Kita akan mendapatkan hikmah dalam menghadapi persoalan hidup keseharian kita. Karena tidak ada yang terlewatkan hilang. Itu akan terjadi pengulangan. Tulisan di buku harian itu adalah pembelajaran kita untuk mengingat yang lewat dan bijak menghadapi realitas dihadapan kita. Itu sebabnya sejak SMP saya punya kegemaran menulis buku harian namun yang tak rahasia. Artinya siapapun boleh membacanya. Namun ketika era internet muncul dan blogger mulai diperkenalkan, putra saya menyarankan saya agar saya menempatkan buku harian saya dalam blog.  Karena menurutnya akan dibaca oleh orang lain untuk menjadi pelajaran bersama.

Lee Iacocca pernah berkata bahwa kebiasan menulis adalah langkah awal meraih prestasi. Banyak businessman hebat didunia ini tapi tidak banyak yang memberirkan hikmah dari kehebatannya kecuali Donald Trump yang sangat produktif menulis buku.Banyak ulama yang pandai berdakawah tapi tak banyak ulama yang mampu mengungkapkan pikiran dan jiwanya dalam bentuk tulisan seperti Al Ghazali. Saya membaca banyak buku tentang ekonomi namun yang membuat jiwa saya tergugah adalah ketika membaca buku tulisan pakar Hisbut Tahrir. Karena penulisnya melibatkan jiwanya lewat berbagai hadith dan Alquran yang membumi dalam kehidupan keseharian yang konpleks. Padahal banyak LSM islam dan Partai  Islam namun tidak seperti HTI yang sangat produktif menulis berbagai  aspek tentang islam dalam perspektif Al Quran dan Hadith. Jadi, siapapun kita, kalau peduli untuk berbuat demi hadith Nabi “ sampaikan walau satu Ayat” maka mulailah menulis dengan pikiran yang bersanding dengan hati. Insya Allah, kita sudah menjadi bagian dari visi perubahan , setidaknya dari diri kita sendiri….

Monday, August 06, 2012

Akhlak Manusia...


Semua tahu bahwa ular itu binatang yang nampak lemah. Mengapa lemah ? karena dia berjalan diatas perutnya. Hampir semua hewan menganggap ular adalah target untuk dimangsa. Namun karena itulah ular dengan mudah mendapatkan mangsanya. Sekali ular melilit mangsanya maka cengkramannya sangat kuat dan mematikan. Bila mangsanya dapat berkelit dari cengkraman lilitannya maka kecepatan patukannya mampu mengeluarkan bisa yang mematikan. Patukannya tidak merobekan kulit seperti harimau mencakar mangsanya tapi sekali mangsanya terkena gigitan , sekecil apapun maka hanya hitungan detik mangsanya akan menemui ajal. Artinya ular menggunakan emosi jahat dari mangsanya untuk dibalasnya dengan kejahatan pula. Hanya ini pakem nya ular. Kejahatan dibalasnya dengan kejahatan. Bila manusia punya sifat membalas kejahatan dengan kejahatan maka dia tak ubahnya dengan ular. Manusia seperti ini  banyak. BIla difitnah dia akan membalas dengan fitnah pula. Bila dirugikan maka dia akan balas untuk merugikan lawannya. Bila dia dizolimi maka dia akan membalas dengan cara yang zolim pula.  Dunia menjadi tidak aman.

Ada juga kelakuan manusia seperti buaya. Semua tahu buaya. Binatang sekelas reptile yang hanya terkesan pendiam dan lamban. Namun sekali bergerak , kecepatan sangat tinggi. Sekali menggigit cengkramannya sangat kuat. Namun ada hal yang unik dari buaya. Bila lapar , mulutnya akan terbuka lebar. Karena aroma mulutnya sangat busuk. Maklum buaya gemar menyimpan potongan mangsanya disela sela giginya dan rahangnya. Tentulah bau. Dari aroma bau ini mengundang lalat untuk datang. Sebetulnya tujuan lalat disediakan Allah untuk kebaikan agar baksil didalam mulutnya dapat bersih. Namun setelah bersih, dengan entengnya buaya menutup cepat mulutnya. Maka semua lalat yang hinggap dimulutnya akan menjadi mangsanya. Apapun yang ada disekitarnya adalah mangsa dan tidak pernah dia pilih pilih. Selagi ada kesempatan untuk memangsa maka akan dimangsanya, termasuk lalat yang kecil dan lemah.Artinya buaya tidak mengenal balas budi. Buaya hanya mementingkan dirinya sendiri. Terkesan jahat dan menakutnya. Itulah sebabnya bila manusia membalas kebaikan dengan kejahatan adalah sama dengan sifat buaya. Pemimpin terpilih karena kerumunan rakyat yang lemah namun setelah terpilih dia melumat rakyat lemah itu lewat aturan dan hukum.

Tapi ada hewan yang bisa membalas kebaikan dengan kebaikan. Ia adalah anjing. Perhatikanlah anjing. Seliar apapun jenis anjing , ia bisa berteman dengan manusia. Selagi manusia merawatnya dengan memberikan makanan cukup, perlindung yang baik maka anjing akan menjadi hewan yang sangat setia, bahkan banyak kita dengar cerita dimana anjing mampu menyelamatkan tuannya dari  mara bahaya. Ada juga anjing yang menghabiskan usianya untuk menanti tuannya yang tak kunjung datang.Begitu tinggi kesetian anjing kepada manusia yang menjadi tuannya, sahabatnya. Itupula sebabnya manusia suka memelihara anjing. Tapi bagaimanapun anjing tetaplah anjing. Apabila kita berniat atau berlaku jahat kepada anjing maka sifat ahlinya sebagai predator akan tampil kepermukaan. Dia predator yang tak kenal takut dan smart melumpuhkan mangsanya. Manusia yang hanya akan berbuat baik apabila menerima kebaikan dari orang lain maka kelakuannya tak ubah dengan anjing. Menjadi penjilat selagi mendapatkan uang dan kesempatan. Tak ada prinsip kecuali menghamba kepada tuanya.

Lantas yang seperti apa sebetulnya manusia berlaku ? apakah seperti ular yang terkesan lemah namun pemangsa yang ditakdir berbuat jahat karena kejahatan pula. Ataukah seperti buaya yang membalas kebaikan dengan kejahatan. Ataukah seperti anjing yang hanya berbuat baik apabila mendapatkan kebaikan. Tentu ketiga sifat ini tidak bisa kita tiru. Ini sifat rendah dan itulah binatang yang memeng makhkluk rendah dbandingkan manusia yang mulia dan tinggi derajatnya, yang dibekali akal dan jiwa yang lembut. Seperti apa karakter yang sepantasnya untuk manusia ? Bacalah firman Allah ini dalam hadith Qudsi Kitab Imam al-Ghazali  

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pengajaran daripada Tuhanmu dan penawar bagi hati. Kenapakah kamu memilih untuk berbuat baik hanya kepada mereka yang berbuat baik kepadamu? Kenapakah kamu memilih untuk bersilaturahim hanya kepada mereka yang bersilaturahim denganmu?  Kenapa kamu memilih untuk berbicara hanya kepada mereka yang berbicara denganmu? Kenapa kamu memilih untuk memberi makan hanya kepada mereka yang memberi makan kepadamu? Kenapa kamu memilih untuk memuliakan hanya kepada mereka yg memuliakanmu. Tidak terlebih baik seseorg itu darapada yang lain. Sesungguhnya org yg beriman kepada Allah  dan Rasul, mereka melakukan kebaikan kepada orang yang jahat kepada mereka, bersilaturahim kepada mereka yg memutuskannya. Memaafkan mereka yang tidak memberi kemaafan kepadanya. Mereka amanah kepada mereka yang mengkhianatinya. Berbicara kapada mereka yang enggan berbicara dengannya. Memuliakan mereka yg menghinanya. Sesungguhnya Aku tersangat mengetahui tentang perbuatan kamu.”

Mungkin kita semua berkerut kening dengan Firman Allah ini. Bagaimana mungkin kejahatan dibalas dengan kebaikan. Bila Allah minta seperti itu tentu Allah akan melengkapinya dengan pertolongan. Inilah firman Allah “  Dan, kalau kamu hendak melakukan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Tetapi, kalau kamu bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan hatimu, karena berpegang kepada pertolongan Allah. Janganlah kamu bersedih hati terhadap perbuatan mereka. Jangan pula engkau bersesak dada terhadap apa yang mereka rencanakan." (QS. Al-Nahl: 126-127). Ya, kalau dengan logika ingin meniru ular, buaya, anjing maka tirulah tapi kita bukan hewan, Mengapa kita harus meniru hewan yang jelas derajatnya lebih rendah dari kita. Memang seharusnya kita berlaku seperti manusia agar planet bumi yang hijau ini menjadi tempat indah dan menentramkan.

Thursday, August 02, 2012

Menerima ketika Allah memberi

Dihadapan saya ada seseorang dalam usia senja dan rinkih, Demikian kata teman saya mengawali pembicaraan.  Wajah tua itu nampak lelah namun terpancar keikhlasan untuk suatu tekad berbuat dengan tujuan yang jelas , yaitu untuk berkorban. Orang tua itu dihadapkan pada kenyataan dimana putrinya menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya. Putrinya datang menemuinya dengan membawa dua anak. Setelah itu putrinya pergi tanpa pernah ada kabar lagi. Sementara dia harus menanggung beban dua cucunya yang tertua berumur 9 tahun dan kedua 7 tahun. Pria baya itu mengharapkan teman ini memberikan zakat atau sadakah agar dia dapat modal untuk membuka usaha berdagang kasur kapuk. Kebetulan pria tua ini punya pengalaman dan keahlian mejahit dan membuat kasur. Rencannya dia akan berdagang keliling kampung untuk memasarkan kasur itu. Dia yakin penghasilannya akan cukup untuk menanggung dua cucunya. Yang jadi masalah, kata teman itu, bahwa orang tua ini sakit encok. Jangankan berjalan keliling kampung, melangkah lebih dari 10 meter saja sudah tidak mampu. Teman itu  sadar  bahwa orang tua itu hanya punya semangat tanpa memperhatikan kemampuan phisiknya. Tapi dia tetap memberi dana yang diperlukan untuk modal pria tua ini berdagang kasur. Tak banyak hanya Rp. 2 juta. Dia yakin tak lebih sebulan uang itu akan habis.

Dua tahun kemudian , dia bertemu kembali dengan pria tua itu. Subhanallah, pria itu benar dengan janjinya. Dia berhasil menghidupi kedua cucunya dengan berdagang kasur keliling kampung. Penyakitnya seketika hilang ketika dia mendapatkan modal dari teman itu. Bahkan penyakit batuk dan jantungpun ikut sembuh. Wajah pria itu tak nampak lagi ringkih. Dia nampak bersemangat dengan hidupnya. Apa kata orang tua itu hingga dia bisa berubah ? tanya saya. Pria tua itu bangkit dengan potensi yang tersisa diusia senjanya ketika beban ada dipundaknya. Beban itu bukan hanya harus dipikul tapi juga tahu apa yang akan dicapainya. Tujuannya adalah bagaimana mengantarkan kedua cucunya untuk menamatkan SMU dan mandiri. Apakah dia akan berhasil? Itu tidak dipikirkannya berlebihan. Nyatanya , dua tahun , dengan modal hanya Rp. 2 juta rupiah, dia bisa bertahan , dan bahkan bisa berbuat banyak untuk cucunya tanpa harus meminta minta. Demikian teman itu bercerita. Dia kagum ditengah kebingungan yang tak bisa ditembus dengan akal sehat. Bagaimana orang dengan beban berat dan penyakit dihidap namun “mampu” melewatinya ditengah keterbatasan. Itulah kekuasaan Tuhan.

Dari cerita tersebut diatas kita mendapatkan hikmah. Bahwa ketika beban datang sebetulnya harus diterima dengan rasa syukur. Nabi pernah bersabda "Ketahuilah,  bahwa apa yang menimpamu tidak ada akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan menimpamu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesusahan dan dibalik kesulitan pasti ada kemudahan ". Karena bukan tidak mungkin itu cara Allah membangkitkan pontensi kita yang terpendam dan sekaligus menjebol hambatan yang ada pada diri kita. Lihatlah kenyataannya pada orang tua itu. Penyakit yang menghambatnya untuk melangkah seketika dapat sembuh tanpa obat hanya karena kekuatan pontesi yang keluar dari dalam dirinya memancarkan energy yang luar biasa. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana beban atau masalah yang datang disikapi sebagai cara membangkitkan potensi itu ? Caranya harus diyakini bahwa beban itu adalah takdir yang harus dijemput dan diterima dengan ikhlas. Setelah diterima maka harus tahu pasti tujuannya. Tujuan ini sangat penting. Semakin jelas tujuan itu semakin kuat energy yang keluar dari potensi terpendam kita. Bagi orang tua itu, tujuannya adalah  pertama, melindungi kedua cucunya. Kedua, mengantarkan cucunya untuk mampu mandiri setelah dia tiada. Dua tujuan ini sangat mulia. Itulah kekuatan spiritual yang tak bisa diterjemahkan dengan akal kecuali dengan keimanan kepada Allah.

Karena kalau niatnya tidak karena Allah, maka bisa saja orang tua itu larut dalam berkeluh kesah dan berharap agar orang lain memberikan santunan kepada kedua cucunya untuk bisa bertahan hidup. Bila tak ada orang membantu maka dia akan larut dalam kesedihan panjang. Tentu penyakitnya akan semakin memburuk dan membuat dia semakin rapuh. Diapun akan menjadi bagian dari beban dan masalah itu. Bukannya menjadi penyelesai masalah dan pemikul beban. BIla dia menderita karena itu , karena dia gagal membangkitkan potensi terpendamnya dan menyikap beban sebagai peluang. Padahal ketika masalah dan beban datang kepadanya sebetulnya Allah sedang mengangkat potensinya tapi dia abaikan. Jadi deritanya bukan salah Tuhan tapi karena dia salah meresponse masalah dan beban itu. Tapi nyatanya   dia tak ingin berkeluh kesah dan membiarkan orang lain mengambil alih beban itu. Dia bangkit dengan tekad untuk menerima beban itu dengan ikhlas dan  melangkah kedepan bersama takdirnya. Terbukti dia bisa dan mendapatkan kekuatan untuk melangkah kearah tujuan, untuk cucunya, untuk cinta dan kasih sayang.

Ya bila kita beriman kepada Allah maka kita juga harus beriman kepada sunatullah. Bahwa setiap hari Allah memberikan peluang dan kesempatan untuk kita. Bentuknya tidak selalu dalam bentuk bungkusan yang indah dan gemerlap. Kadang terbungkus rapat yang tak mudah dibuka. Kadang terlempar kewajah kita dengan rasa sakit yang menyengat. Kadang tergeletak tanpa makna apapun.  Tugas kita orang beriman membuka bungkusan itu dengan kerja keras, menangkap lemparan itu dengan sigap walau berkali kali harus terjatuh, memungutnya dari keacuhan dan membosankan. Dari hal itu, process sunatullah kita lewati. Bila sulit, berusahalah. Bila tak paham, belajarlah, bila tak mungkin dilakukan, cobalah. Hanya itu yang bisa kita perbuat untuk membuka tabir takdir kita sebagai manusia yang serba lemah dan hidup dalam keterbatasan akan ruang dan waktu. Jangan pernah berharap doa akan terkabulkan lewat zikir siang malam sementara  pada waktu bersamaan kita tidak mampu membaca berbagai tanda tanda kekuasaan Allah ketika memberi, yang meminta kita bersabar dan ikhlas menerima dan melewatinya.

Thursday, July 26, 2012

Keadilan buat semua


Dua bulan lalu dalam satu kesempatan saya diajak teman dalam presentasi project pembangunan kawasan di China. Teman ini sebagai team perancang pembangunan kemunitas. Jadi spesialisasinya bukan dibidang pembangunan phisik tapi adalah pembangunan social budaya kawasan. Mengapa diperlukan team ahli soal social dan budaya ? Pertanyaan ini saya ajukan keteman karena biasanya pembangunan kawasan lebih kepada pendekatan marketing. Bagaimana design bangunan, infrastruktur dan daya tarik lainnya yang sehingga membuat orang merasa modern tinggal dikawasan itu, dan akhirnya membeli. Teman itu tersenyum sambil menjelaskan bahwa kawasan itu dibangun untuk manusia , bukan untuk hewan. Maka pendekatan design kawasan haruslah sesuai dengan culture yang sudah exist di wilayah itu. Bila pembangunan tidak memperhatikan factor culture maka yang ada tak lebih seperti tubuh/jasad tanpa ruh. Banyak sudah contoh betapa project pembangunan kawasan menjadi kawasan exlusive yang tak memberikan dampak berganda apapun bagi lingkungan sekitarnya.

Untuk sampai tahap ini penjelasannya dapat saya pahami. Dan bertambah paham saya ketika dia mengatakan bawha apa jadinya suatu kawasan tumbuh tanpa mendapat dukungan dari kawasan lainnya? Tentu pertumbuhan berkelanjutan tidak akan tercapai. Suatu saat akan stuck. Bila stuck maka dengan sendirinya akan runtuh. Lihatlah California yang dibangun dengan design hebat namun mengabaikan factor cultural , dan kini terpaksa di negosiasikan untuk di outsourcing kan kepada China karena Negara Bagian California tidak ada anggaran cukup untuk menjamin pertumbuhan berkelanjutan. Mungkin California dengan keberadaan universitas terbaik didunia hanyalah menghasilkan lulusan yang buta budaya, kecuali memaksakan diri menerapkan konsep tanpa peduli budaya. Pemerintah Negara Bagian California percaya bahwa China mampu mengelola dengan baik.  Lantas apa kebaikan dari china , konkritnya. Itu pula yang saya ingin tahu lebih banyak.

Teman itu menjelaskan rencana detail project yang akan dibangun. Bahwa project itu dibangun dengan visi sederhana bahwa bagaimana menjadikan potensi wilayah itu dapat berkembang dengan optimal tanpa kehilangan indentitasnya. Riset membuktikan bahwa wilayah itu kaya akan sumber daya alam berupa tanaman apotik atau herbal. Sudah dikenal dari ribuan tahun lalu bahwa wilayah itu sebagai sumber kebutuhan industry obatan tradisional China.  Ada ribuan pabrik di China yang mendapatkan pasokan bahan baku dari wilayah ini tapi mengapa wilayah ini tetap tidak berkembang. Apa masalahnya ? Masalah dapat diketahui bahwa, pertama, rendahnya kualitas SDM untuk mengelola industry. Kedua, rendahnya kualitas SDM mengelola paska panen. Ketiga, rendahnya insfrastruktur kepada pasar, keempat, rendahnya putaran modal sehingga petani terjebak dengan rente ekonomi lewat penguasaan pasar oleh pemilik modal.

Keempat masalah itu adalah masalah umum bagi setiap wilayah. Namun hasil riset yang menggabungkan faktor social budaya berhasil menemukan titik persoalan yang sebenarnya. Bahwa wilayah berkembang namun keluar dari jalur sosial dan budaya. Pertumbuhan wilayah nampak kepermukaan tapi tetap tidak bisa menyelesaikan masalah utama wilayah itu.Dikawatirkan dalam jangkan panjang wilayah ini akan stuck dan akhirnya hancur. Ini harus dikembalikan kejalurnya. Bagaimana solusinya ?  Solusinya adalah pemerintah China akan me revitalisasi wilayah dengan membangun  kota baru yang berbasis kepada potensi wilayah itu sendiri. Strategi yang ditetapkan adalah menjadikan wilayah itu sebagai  pusat industry Obat tradisional. Untuk itu Pemerintah Pusat memberikan kebijakan bahwa seluruh industry Obat tradisional China harus  pindah ke kota baru itu. Ini artinya ada lebih dari 15.000 industri akan masuk kekota baru itu. Dengan adanya industry obat tradisional di wilayah ini maka dipastikan petani mempunyai akses langsung kepada pasar. Para petani yang tergabung dalam koperasi akan menjadi pemasok utama pabrik tersebut. Pemerintah juga memberikan inseptif kepada pengusaha yang merelokasi pabriknya kewilayah itu dalam bentuk bebas pajak. Pada waktu bersamaan Pemerintah juga akan menyiapkan Pusat riset herbal diwilayah itu, dengan dilengkapi pelatihan olah tanam dan paska panen kepada seluruh Petani. Dari kehadiran 15000 industri maka dapat dipastikan terjadi multiflier efek dalam bentuk tumbunya kawasan itu dengan hadirnya usaha pendukung seperti perbankan, asuransi, hotel, restoran, tempat hiburan, dan lain sebagainya.

Yang jadi masalah adalah Pemerintah Pusat tidak memberikan anggaran satu sen pun kepada wilayah itu. Lantas bagaimana Pemda menyiapkan anggaran ? Ternyata team terpadu yang dibentuk oleh PEMDA juga adalah sukarelawan yang bertugas menjahit semua aspek dalam satu paket peluang investasi. Team relawan inilah yang melakukan pendekatan kepada investor dan sekaligus menawarkan struktur pembiayaan dengan berbagai alternative. Setiap struktur pembiayaan itu tentu berhubungan dengan kesediaan pemerintah pusat dan pemda memberikan payung hukum agar investor punya kepastian hukum. Salah satu investor terpilih untuk menjadi developer. Dana yang diperlukan membangun kota itu sebesar USD 40 miliar atau Rp. 360 triliun. Ini bukanlah jumlah sedikit. Apakah investor ada uang sebanyak itu ? Ini bukan soal uang ditangan tapi smart solution untuk mendapatkan financial resource. Caranya adalah penerbitan unit obligasi berbasis revenue. Sudah dapat dipastikan peminatnya banyak karena ada kepastian kenaikan harga tanah kawasan setelah selesai dibangun.

Setelah unit obligasi berbasis revenue terjual , maka dananya ditempatkan pada bank yang akan memberikan jaminan pembiayaan project kepada kontraktor melalui mekanisme turn key. Para kontraktor mendapatkan kredit kontruksi dari bank untuk menyelesaikan pembangunan. Yang berkaitan dengan infrastruktur umum seperti Jalan raya menuju bandara, pelabuhan laut , power plant di bail out oleh pemerintah setelah project selesai dibangun, tentu dengan memberikan yield tertentu kepada developer. Para pemilik Revenue bond mendapatkan yield dari kenaikan harga tanah dan value project , yang likuiditasnya dijamin sesuai harga pasar yang berlaku.  Yang menarik adalah bagaimana peran pendekatan social dan budaya atas pembangunan wilayah itu ? Design pembanguna menggunakan system block dengan silang keterkatian antara industry dan pergudangan dengan kawasan perumahan , antara zona komersial seperti hotel, perkantoran, Pasar, hiburan dll dengan UKM dan perumahan. Antar block ada interexchange yang merupakan kawasan hijau dan kawasan terbuka yang memungkinkan tumbuhnya zona komersial pendukung.

Dari pembangunan kawasan itu, dipastikan antar sector saling terhubung bukan hanya dalam bentuk budaya dan social tapi juga dalam bentuk phisik. Apa yang terjadi? Tidak ada kecemburuan social. Tidak ada kemacetan, tidak ada tanah emas karena setiap jengkal tanah punya harga yang sama. Para petani menikmati kemakmuran dari lahan yang mereka punya dan sesuai dengan budaya mereka sebagai petani. Terjadinya arus orang kota kedesa karena peluang terbuka luas didaerah, dan tentu mengurangi masalah social akibat urbanisasi dikota besar. Demikian yang saya ketahui dari teman bagaimana sebuah kota dirancang. Menurutnya semua orang bisa merencanakan kota yang baik tapi masalahnya adalah bagaimana menjauhkan nafsu rakus menguasai kawasan oleh segelintir orang. Caranya adalah melalui revenuebond dimana dana mengalir dari banyak orang untuk kepentingan banyak orang pula. Maka yang terjadi adalah keadilan bagi semua, dan disitulah fungsi negara.

Sunday, July 15, 2012

Akhir yang baik...


“Kerendahan hati merupakan cerminan kecerdasan spiritual seseorang. Pribadi yang rendah hati dan pandai menghargai orang lain adalah pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi. Unsur penting yang diperlukan dalam pembentukan karakter pribadi mulia.”
***
Kemarin malam saya dapat kabar dari teman bahwa sahabat saya terpilih sebagai walikota disebuah kota di Sumatera Barat. Saya sempat terkejut. Karena sepengetahuan saya sahabat ini tidak pernah cerita banyak soal niatnya menjadi Walikota. Bahkan dua minggu lalu, dia masih sempat bersama rombongan Pemerintah dan DPR ke Beijing untuk urusan Negara. Artinya kalau memang ada niat untuk ikut dalam PILKADA tentu tidak mungkin dia berangkat ke Beijing. Apakah memang dia tidak serius dan akhirnya tidak punya pilihan bila dia terpilih sebagai walikota dalam PILKADA ? Kebetulan saya lagi diluar negeri, untuk itu saya langsung menelphonenya melalui saluran international. Saya mengucapkan selamat dan pembicaraan cukup singkat karena dia terkesan sibuk. Keesokan siangnya dia menelphone saya. Dia menjelaskan bahwa memang benar dia tidak berniat dan tak berambisi untuk jadi Walkota. Namun teman teman serta tokoh masyarakat menginginkan dia tampil. Dia masih tidak menanggapi serius dorongan itu. Detik detik akhir pencalonan , dia mendapatkan surat Perintah dari DPP Partainya untuk ikut dalam PILKADA. Dia sempat bingung.Karena tidak ada persiapan, apalagi dana untuk kampanye.

Ditengah tengah kebingungan itu, para tokoh masyarakat terus mendorongnya untuk menerima tugas dari DPP itu dan memang masyarakat menginginkan dia tampil menjadi pemimpin dikota itu. Dia baru menyadari bahwa didepannya ada cobaan termaha berat. Tak ada yang bisa dia lakukan kecuali meminta pertolongan kepada Allah. Mungkin dia teringat akan baginda Rasul pernah bersabda kepada sahabatnya “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberinya karena engkau mencarinya engkau akan dibiarkan mengurusi sendiri (tidak Allah bantu). Tetapi jika engkau diberinya tanpa mencarinya maka engkau akan dibantu (Allah l) dalam mengurusinya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim). Itulah sebabnya, setelah bertemu dengan tokoh masyarakata, dia masuk kedalam masjid. Dia sembahyang dan berdoa kepada Allah. Setelah itu dia mendapatkan ketenangan. Didepan saya,  katanya, ada ladang ibadah termaha agung dan dihadapan saya ada jalan , tepatnya persimpangan jalan; kekanan , jalan kemuliaan untuk berkorban demi amanah , demi perintah Allah. Kekiri, jalan setan untuk hidup bermegah diatas tumpukan kemewahan dan pujian dari banyak orang. Ya kekuasaan adalah  sumber fitnah terbesar, dan tanpa pertolongan Allah, tidak ada manusia bisa selamat dari fitnah itu...

Mengapa kekuasaan itu sumber fitnah ? pada kekuasaan itu melekat pakaian yang mudah dikenanakan dan memang tersedia akibat system kekuasaan, yaitu kesombongan dan akhirnya lupa dengan amanah yang harus dibela dan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak. Bagi orang beriman, hidup adalah proses mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan iman adalah jauh dari sifat sombong. Sebagaimana firman Allah “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83). Dalam setiap kesempatan bertemu dengan sahabat saya itu , saya tahu percis dia adalah pribadi yang rendah hati. Padahal dia lulusan terbaik dari Universitas Terkemuka di Indonesia, hafal Al quran , aktifis kemanusiaan sejak masih duduk di bangku kuliah. Dia pendengar yang baik dan bisa menyembunyikan perasaannya dihadapan orang lain walau mungkin pendapat atau sikap orang lain itu tidak dia inginkan. Bila dia berbicara yang dikedepankan adalah prasangka baik dan rasa hormat. Gaya hidupnya sangat sederhana dan murah senyum.

Kini dia telah menjadi walikota. Suatu jabatan yang tak pernah dikejarnya dan ketika datang, dia berserah diri kepada Allah. Semoga dia tetap istiqamah dalam menjalani kehidupan ini. Sebagaimana dia pernah berkata, saya ingin menjadi diri saya sendiri yang bermanfaat bagi orang lain, tak penting dimana saya harus berada. Karena pada akhirnya semua kita akan kembali kepada Allah dan nilai kita adalah keikhlasan berbuat karena Allah. Sebagai penutup saya ingin mengingatkan satu puisi dari Taufik Ismail. Pujangga hebat dari Sumatera Barat.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul di pinggir jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya..
Bukan besar kecilnya tugas
Yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu..
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri

Wednesday, July 11, 2012

Miskin karena malas ?


Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie. Saat menjadi pembicara dalam seminar Badan Eksekutif Mahasiswa-Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama se-nusantara di kampus Unipdu Rejoso, Peterongan, Jombang, Minggu (8/7/2012), Marzuki Alie mengatakan, "orang miskin itu karena salahnya sendiri, karena dia malas bekerja. Selain itu, petinggi partai Demokrat itu mengurai persoalan kemiskinan sebagai persoalan pribadi (personal). Katanya, tidak ada orang miskin  yang disebabkan oleh orang lain. "Salah sendiri malas. Kalau mau usaha, pasti tidak miskin," demikian katanya.  Benarkah begitu?  Satu kesempatan saya bertemu dengan teman dalam suatu acara investment road show yang berkaitan dengan satu project di Indonesia. Teman ini seorang fund manager yang bekerja di Shanghai. Dia mengatakan karena budaya malas dari pejabat Negara lah yang memungkinkan pasar investasi untuk pengelolaan sumber daya Alam ini terjadi. Saya sempat terkejut. Lanjutnya, bagaimana  mungkin begitu kayanya sumber daya alam Indonesia tapi diobral kepada orang asing. Kemana orang pintar dan penjabat anda. Katanya sambil menggeleng gelengkan kepala. Bukankah kemerdekaan bangsa itu bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada diatas semangat kemandirian untuk kemakmuran. Demikian tanyanya yang mungkin tak mudah kita jawab. 

Tapi bagi China,  kata teman itu, untuk mencapai kemandirian itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Ia butuh kerja keras dari semua pejabat Negara yang berada di executive, legislative, yudikative. Mereka bahu membahu bekerja keras siang dan malam untuk membuat rencana , mengornisirnya dengan baik agar terlaksana dengan efektif dan efisien , serta mengawasinya dengan ketat agar strategi berjalan dengan baik meraih tujuan. Para pejabat dari pusat hingga daerah mempunya visi yang sama bahwa kemakmuran tidak mungkin didapat dari bantuan orang asing, tidak mungkin dari investasi asing dengan mengorbankan sumber daya alam. Kemajuan hanya mungkin lewat penguasaan tekhnologi, produksi, pasar dan penguatan system moneter maupun fiskal. Mereka berpacu dengan waktu, karena setiap tahun ada jutaan orang lahir kedunia yang butuh infrastructure dan lingkungan untuk hidup dan berkembang. Sementara masih ada sebagian yang tertatih tatih butuh peluang untuk bangkit dari kemiskinan. Dari keadaan inilah membuat pejabat china tidak bisa tidur nyenyak apalagi bersantai. Seorang pejabat china pernah berkata kepada saya bahwa dia merasa duduk diatas bara. Sedikit saja dia terlambat mengambil kebijakan dan solusi ada jutaan orang yang akan terkapar.

Demikian china membangun dan demikian hasil yang kini kita lihat dimana dari kehancuran setelah revolusi kebudayaan kini mereka menjadi kekuatan ekonomi nomor dua didunia. Keberhasilan China bukan hanya didukung oleh pejabat yang mampu bekerja keras tapi didukung oleh budaya kerja keras rakyatnya. Dua duanya saling mendukung untuk kemajuan. Pemerintah menyediakan peluang , sarana dan prasarana agar rakyat yang bekerja keras hari ini dapat menikmati kemakmuran besok.  Beda dengan Indonesia. Negara dikelola oleh segerombolan orang yang pemalas. Budaya menunggu dan lebih banyak berdiskusi tapi miskin tindakan. Kalaupun ada tindakan maka yang ditempuh adalah short cut. Bagaimana mendatangkan dana ke APBN untuk membiayai organisasi Negara yang boros dan culas. Caranya sederhana; bebaskan izin agar asing yang membawa modal dan tekhnologi mau mengelola sumber daya alam. Kalau ada BUMN yang merugi karena salah urus bukannya di evaluasi untuk diperbaiki namun memilih untuk dijual kepada asing atau swasta. Negara tinggal menikmati pajak dan bila pendapatan pajak masih kurang maka terbitkan surat hutang. 

Untuk memenuhi konsumsi mereka yang kaya dari rente business akibat penguasaan sumber daya alam dari asing maka pejabat  tidak mau repot mendesign kemandiran Produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi itu. Daripada berlelah merencanakan indusri hulu dan hilir dengan dukungan riset maka lebih baik buka kanal import agar barang tersedia dietalage. Daripada berlelah dan bersusah memompa produksi pertanian lebih baik import. Akibatnya jalanan macet diisi oleh kendaraan buatan jepang, korea, eropa dan Amerika. Penumpang angkutan darat laut udara, dilayani oleh alat transfortasi buatan asing. Produk pertanian import membanjiri pasar dalam negeri dan petani keok.  Daripada berlelah merencanakan dan membangun kekuatan rakyat menyediakan distribusi barang maka lebih baik mengizinkan asing mengurusnya. Maka gerai raksasa asing hadir disemua sudut kota dan desa. Dari pada berlelah lelah membuat perencanaan undang undang yang qualified berdasarkan standar ilmiah maka lebih baik tiru Negara lain. Maka studi banding para anggota legislative menjadi marak. Anggaran berjuta juta dollar terkuras untuk menikmati perjalalanan dari sekelompok orang malas ini. Dari anggaran kemalasan ini saja,tingkat impelementasi APBN masih tergolong rendah atau hanya 70% anggaran terpakai. Memang pejabat malas dan super malas.

Benarkah rakyat Indonesia malas ? tanyalah kepada orang Hong Kong , Arab, Malaysia, Korea,Taiwan. Setiap tahun permintaan buruh migran asal Indonesia terus meningkat.  Para pengguna tenaga kerja asal Indonesia itu bukan orang tolol yang mau membayar mahal tanpa manfaat yang jelas.  Apa sebab? Karena etos kerja orang Indonesia dinilai mereka paling baik dibandingkan Negara lain. Tidak akan terbangun gedung tinggi dan infrastruktur ekonomi tanpa keterlibatan buruh migran asal Indonesia. Tidak akan nyaman para suami instri yang bekerja di hong kong dan Arab tanpa kehadiran PRT asal Indonesia. Ini fakta. Mengapa mereka terkesan malas di Indonesia ? mereka tidak malas!. Mereka smart. Karena mereka merasa di zolimi sebagai petani , nelayan  bila pendapatannya lebih rendah dibandingkan mereka jadi kuli di  negeri jiran atau jadi pengemis dijalanan. Jadi kemiskinan  bukanlah disebabkan oleh kemalasan rakyat tapi karena para pejabat Negara memang pemalas menggunakan segala sumber daya, serta pengetahuannya untuk membangun system yang memungkinkan orang bekerja keras mendapatkan hasil yang manusiawi. 

Jadi apa yang dikatakan oleh Marzuki Alie mungkin ada benarnya kalau yang dia maksud adalah kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh pejabat Negara yang malas, culas , korup dan tidak punya empati seperti dia…

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...