Prinsip kepemimpinan itu adalah kejujuran. Kata teman saya. Menurutnya ada keteladanan agung dari Muhammad SAW, Rasul Allah. Sebelum beliau diangkat sebagai Rasul pada usia 40 tahun, terlebih dahulu beliau sudah digelari oleh kaumnya sebagai Al-Amin. Artinya orang yang bisa dipercaya dan selalu menjaga amanah. BIla orang jujur maka dia akan amanah. Bila dia amanah maka hanya kebenaran yang keluar darinya. Bila kebenaran yang tampak maka hanya kebaikan yang akan ditebar kepada orang sekitarnya. Otomatis keadilan akan tegak. Itu true leader. Allah mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin. Sebagaimana nasihat dari Iman Besar Ja’far Ash-Shadiq bahwa Janganlah engkau melihat kualitas diri seseorang itu dari panjang rukuk dan sujudnya, tetapi lihatlah dari kejujuran dan kesetiaan dalam menjalankan amanah. Rasul memiliki qualifikasi itu semua sebagai pemimpin umat. Ini teladan kita.
Demikian pentingnya makna kejujuran dan amanah bagi seorang pemimpin. Keberadaannya bersanding erat dengan kedudukan para Nabi, syuhada, orang shaleh. Mereka yang diberi amanah oleh orang banyak sebagai pemimpin entah itu yang berada di executive, legislative, yudicative, pada diri mereka harus melekat erat sifat shadiqin. Bila mereka bersikap seperti itu maka inilah sabda Rasul “ Nanti yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah kalian yang paling jujur dalam berbicara, paling setia dalam menjalankan amanah, paling menepati janji, paling bagus akhlaknya, dan paling khidmat kepada manusia” Ya,seharusnya , siapapun kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin juga seharusnya memiliki sifat shadiqin. Demikian kata teman itu. Saya terhenyak.
Bagaimana dengan anggota dewan yang juga petiggi partai dengan santainya bicara dihadapan hakim tentang kenyataan yang diingkarinya. Apakah hakim menerima kesaksiannya diketahui oleh public adalah dusta ataukah hakim akan menolaknya ? kita tidak tahu. Yang pasti, dihadapan public ada tontonan secara vulgar tentang kebohongan dan itu terjadi dilembaga dimana keadilan akan ditegakkan. Keliatannya teman itu malas membahas apa yang sedang terjadi. Mengapa ? menurutnya anggota dewan adalah orang yang kita pilih dan mereka bagian dari system kepemimpinan negeri ini. Mereka tidak jujur karena ketika kita memilihnya juga kita tidak jujur dengan hati nurani kita. Kita lebih tertarik dengan pencitraan dan iklan tanpa kita memperhatikan rekam jejak calon pemimpin itu. Disamping itu kita lupa bahwa pemimpin itu tidak hanya berbekal skill dan titel kesarjanaan saja tapi juga akhlak. Akhlak yang paling utama bagi seorang pemimpin adalah kejujuran.
Saya bingung karena dia nampak ingin membela anggota dewan yang terkesan melakukan kebohongan public dihadapan hakim. Mengapa ? Dia mengatakan bahwa inilah letak persoalan bangsa kita. Hanya pandai marah dan kecewa tanpa sadar mereka juga bagian dari kesalahan itu. Harusnya semakin terungkap kebohongan demi kebohongan para pemimpin semakin kita sadar akan perlunya akhlak Islam. Akibat kebohongan para pemimpin memang telah terjadi kezoliman secara sistematis dalam bentuk korupsi yang tak mudah dibasmi. Korupsi adalah efek dari ketidak jujuran para pemimpin. Efek dari tidak adanya rasa tanggung jawab akan amanah. Menurutnya, ini penyakit sosial akibat masyarakat yang sakit. Kalau ingin perubahan maka mulailah bersikap jujur kepada lingkungan keluarga terdekat, kemudian kepada sahabat, handai tolan serta masyarakat. Be true to your work, your word, your friend.
Diakhir dialogh, teman itu berkata , mari renungkan hadith ini ,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Apa yang dimaksud dengan mensia-siakan amanah. Rasulullah bersabda,"Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!" So, jadi menurutnya, bila kita inginkan amanah itu diberikan kepada orang yang tepat maka pilihlah dia karena keahliannya. Ahli disini bukan hanya dimaksud dengan skill atau knowledge tapi ahli ibadah, dimana kejujuran dan amanah terbukti menyatu dalam kata dan perbuatan. Salah memilih maka kita juga ikut bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Masyarakat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan memakmurkan masyarakat, membawa yang salah kepada kebenaran, membawa yang gelap kepada terang benderang.
Ya, semua kembali kepada diri kita sendiri.Bisahkan kita bersikap jujur dan amanah. Bila ini menjadi budaya maka tentu pemimpin yang jujur dan amanah akan datang dengan sendirinya.
Demikian pentingnya makna kejujuran dan amanah bagi seorang pemimpin. Keberadaannya bersanding erat dengan kedudukan para Nabi, syuhada, orang shaleh. Mereka yang diberi amanah oleh orang banyak sebagai pemimpin entah itu yang berada di executive, legislative, yudicative, pada diri mereka harus melekat erat sifat shadiqin. Bila mereka bersikap seperti itu maka inilah sabda Rasul “ Nanti yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah kalian yang paling jujur dalam berbicara, paling setia dalam menjalankan amanah, paling menepati janji, paling bagus akhlaknya, dan paling khidmat kepada manusia” Ya,seharusnya , siapapun kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin juga seharusnya memiliki sifat shadiqin. Demikian kata teman itu. Saya terhenyak.
Bagaimana dengan anggota dewan yang juga petiggi partai dengan santainya bicara dihadapan hakim tentang kenyataan yang diingkarinya. Apakah hakim menerima kesaksiannya diketahui oleh public adalah dusta ataukah hakim akan menolaknya ? kita tidak tahu. Yang pasti, dihadapan public ada tontonan secara vulgar tentang kebohongan dan itu terjadi dilembaga dimana keadilan akan ditegakkan. Keliatannya teman itu malas membahas apa yang sedang terjadi. Mengapa ? menurutnya anggota dewan adalah orang yang kita pilih dan mereka bagian dari system kepemimpinan negeri ini. Mereka tidak jujur karena ketika kita memilihnya juga kita tidak jujur dengan hati nurani kita. Kita lebih tertarik dengan pencitraan dan iklan tanpa kita memperhatikan rekam jejak calon pemimpin itu. Disamping itu kita lupa bahwa pemimpin itu tidak hanya berbekal skill dan titel kesarjanaan saja tapi juga akhlak. Akhlak yang paling utama bagi seorang pemimpin adalah kejujuran.
Saya bingung karena dia nampak ingin membela anggota dewan yang terkesan melakukan kebohongan public dihadapan hakim. Mengapa ? Dia mengatakan bahwa inilah letak persoalan bangsa kita. Hanya pandai marah dan kecewa tanpa sadar mereka juga bagian dari kesalahan itu. Harusnya semakin terungkap kebohongan demi kebohongan para pemimpin semakin kita sadar akan perlunya akhlak Islam. Akibat kebohongan para pemimpin memang telah terjadi kezoliman secara sistematis dalam bentuk korupsi yang tak mudah dibasmi. Korupsi adalah efek dari ketidak jujuran para pemimpin. Efek dari tidak adanya rasa tanggung jawab akan amanah. Menurutnya, ini penyakit sosial akibat masyarakat yang sakit. Kalau ingin perubahan maka mulailah bersikap jujur kepada lingkungan keluarga terdekat, kemudian kepada sahabat, handai tolan serta masyarakat. Be true to your work, your word, your friend.
Diakhir dialogh, teman itu berkata , mari renungkan hadith ini ,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!” Apa yang dimaksud dengan mensia-siakan amanah. Rasulullah bersabda,"Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!" So, jadi menurutnya, bila kita inginkan amanah itu diberikan kepada orang yang tepat maka pilihlah dia karena keahliannya. Ahli disini bukan hanya dimaksud dengan skill atau knowledge tapi ahli ibadah, dimana kejujuran dan amanah terbukti menyatu dalam kata dan perbuatan. Salah memilih maka kita juga ikut bertanggung jawab terhadap pilihan kita. Masyarakat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan memakmurkan masyarakat, membawa yang salah kepada kebenaran, membawa yang gelap kepada terang benderang.
Ya, semua kembali kepada diri kita sendiri.Bisahkan kita bersikap jujur dan amanah. Bila ini menjadi budaya maka tentu pemimpin yang jujur dan amanah akan datang dengan sendirinya.