Kemarin ketemu dengan teman di Musholla Plaza Indonesia. Lama tidak bertemu dan terakhir bertemu setahun lalu ketika dia datang kerumah. Saya melihat ada sesuatu yang berbeda dengan teman ini. Wajahnya lebih bersih dan dia nampak agak kurus dari sebelumnya. Usai sholat , kami berbicara sambil menunggu sholat Maghrip. Mungkin dia melihat ada tanda tanya tersirat diwajah saya tentang dia yang kini. ” Saya takut kepada Allah. Takut sekali” Itu katanya. Saya terkejut ketika dia berkata seperti itu. Takut , benarlah manusia semua merasa takut. Tapi , ”takut sekali” disampaikan dengan roman wajah yang benar benar takut , itulah yang luar biasa.
Dia terdiam lama setelah usai mengatakan ” takut sekali.”. Saya tak ingin mengomentari lebih jauh. Karena saya tahu teman ini sedang berpikir sesuatu untuk mengatakan alasan dia berkata ”takut kepada Allah”. Benarlah , dia melanjutkan. Setengah tahun lalu, saya berkunjung kerumah sakit melihat kerabat family yang sakit keras. Kebetulan sekali saya melihat dengan mata kepala ketika ajalnya menjemput. Detik demi detik sakratul maut itu berlangsung, saya saksikan tanpa satupun terlewati. Dan ketika itu, saya lihat keningnya berkerut keras, mata tanpa pancaran makna ,kosong. Dada berkali kali terangkat. Jari kaki bergerak liar dan akhirnya tertekuk ketika dada terhempas dan mata tertutup dengan diiringi mulut yang juga tertutup rapat. Nyawanya terangkat dari tubuh, namun seperti nyawa saya sendiri yang lepas. Saya merasa terjatuh kedalam jurang yang teramat dalam. Ya, inilah maut. Inilah kematian yang semua manusia pasti akan menemuinya. Teman ini kembali terdiam. Airmatanya berlinang.
Akibat peristiwa itu, saya selalu gelisah. Setiap malam , setiap berangkat tidur, saya tak bisa memejamkan mata. Saya takut , takut sekali kalau besok tak lagi bisa melihat matahari.. Saya takut akan siksa Allah. Karena Allah berfirman ” Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna (al-mâ’un),” (QS Al-Ma’un [107]: 1-7). Saya gelisah setiap hari membayangkan betapa saya termasuk mendustakan agama. Walau saya sholat, saya ber haji dan melaksanakan seluruh rukun iman dan rukum Islam , tetap saja saya digolongkan sebagai pendusta oleh Allah. Karena saya berharta namun berbagi hanya sekedarnya dan itupun kalau sempat. Saya berilmu , kalaupun berbagi itupun ala kadarnya. Saya takut harta saya berkurang tapi saya lupa bahwa bila ajal datang, tak ada yang dibawa kecuali iman.
Saya paham ilmu syariat agama. Lanjutnya. Saya tahu semua hal tentang aqidah tapi satuhal, saya tidak mau tahu bila dicap Allah sebagai pendusta , hanya karena Akal saya tidak bisa menerima bila kerja keras saya berlelah lelah harus dibagi kepada mereka yang miskin dan lemah. Kalau saya berzakat maka itu tak lebih memperolok Allah karena tak sebanding dengan harga mobil mewah saya dan apalagi dengan rumah mewah saya. Saya ikhlas bila jumlahnya sedikit dan berpikir bila jumlah banyak. Saya benar benar bermain main dengan nikmat Allah dan pantas disebut sebagai pendusta. Makanya saya takut , takut sekali kepada Allah. Takut bila ajal datang , saya masih dalam status sebagai pendusta Agama, orang yang sholat tapi celaka.
Kini, lanjut teman saya itu sambil menghapus airmatanya, dia tersenyum. Harta yang ada saya miliki telah terdistribusikan kepada mereka yang lemah dan miskin. Semakin banyak harta mendekat semakin saya takut kepada Allah dan inilah membuat saya semakin dekat kepada orang miskin, untuk mendekat kepada Allah tentunya.Karena saya merasa benar benar telah melaksanakan agama tanpa ”takut” dicap ”pendusta” oleh Allah. Kini , inilah saya. Bersyariatpun semaki ikhlas. Walau saya tak lagi berpenampilan berkelas namun rezeki saya tak kurang apapun, bahkan semakin lengkap dengan jiwa yang tenang dan tentu badan yagn sehat. Dan tahukah kamu, katanya. Bukankah disisi manusia akan lenyap dan disisi Allah abadi (QS. An-Nahl:96). Teman ini sadar akan itu dan menemukan hidayah...Subhanallah..