Teman saya yang boleh dikatakan tidak beragama sejak lahir karena memang tidak didokrin oleh orang tuanya soal agama. Kemarin mengatakan kepada saya bahwa dia sudah masuk Islam. Bagaimana sampai dia bisa memeluk agama Islam ? Siapa yang telah mempengaruhinya?. Walau dia sahabat saya dalam dunia bisnis namun saya tak pernah mempengaruhinya untuk masuk Islam. “ Awalnya dari sikap hidup kamu yang menjadi tanda tanya besar bagi saya dan akirnya saya mencari tahu lebih dalam tentang islam” Saya sempat terkejut dengan alasanya itu. Penilaiannya terhadap saya bahwa bagaimana mungki dalam situasi tersulit saya tidak nampak resah. Tidak berusaha mencari hiburan memanjakan diri padahal saya mampu untuk memanjakan diri. Tidak berusaha marah padahal saya pantas untuk marah. Tidak kecewa padahal saya pantas untuk kecewa.Tidak tertawa padahal saya pantas tertawa. Demikian pertanyaan membuncah dalam dirinya terhadap saya.
Saya sendiri tidak menyadari apa yang dia amati tentang saya. Bagi saya itu sudah nature sebagai proses perjalanan hidup sehingga saya bersifat seperti itu. Nothing to special. Tapi bagi dia itu sesuatu tanda tannya besar. Diapun tidak pernah bertanya alasan saya bersikap seperti yang dia amati itu. Dia berusaha mencari tahu sendiri. Ternyata lebih satu tahun dia mempelajari agama islam. Lewat internet dia mendalami agama islam. Berkat search engine google , setiap pertanyaannya dapat segera terjawab lewat tulisan dijejaring sosial dalam bahasa inggeris. Akhirnya dia sampai pada kesimpulan untuk memilih Islam sebagai pedoman hidupnya. Apa kesimpulan mendasar yang dia dapat dari mempelajari Islam? . Dia mengatakan bahwa Islam adalah agama cinta. Bukan agama sesembahan seperti yang diyakini agama lainnya. Apapun amalan yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita sendiri.
Berkat cinta Allah, Dia memberi manusia kecintaan akan harta dunia ( QS. Alil- Imran (3): 14 ) dan juga kecintaan akan sesuatu yang berlebihan ( QS. AL Fajr (89) : 20 ).. Padahal ini jalan membuat manusia lupa akanNya. Bijaknya Allah, Dia pun mengirim rasul untuk menyampaikan kabar gembira untuk bagaimana caranya mengelola kecintaan kepada dunia itu tidak sampai membuat manusia lupa akan cintanya kepada Allah. Kalaupun ada ketentuan punishment ( neraka ) dan reward ( sorga), itu bukanlah platform beragama. Karena itu tak lain cara Allah menempatkan system pengelolaan melekat pada diri manusia agar tetap berkiblat kepada Allah. Islam bukanlah agama yang dipenuhi oleh euforia metafora akan sorga. Bukan pula agama yang menjadi teror akan neraka. Bukan!. Islam adalah agama cinta dan kasih sayang untuk mengenal Allah dan kembali kepada Allah dalam kadar kesempurnan sebaik baiknya ciptaaan Allah. Semua selain Allah adalah ciptaan. Setiap ciptaan tidak ada yang abadi juga tentu tidak sempurna. Namun yang pasti tidak ada pencipta membenci ciptaannya. Demikian uraian teman saya itu. Saya terpesona dengan ungkapanya itu
Kemudian dia melanjutkan. Itulah sebabnya bila kecintaan kepada Allah telah bersemayam dihati maka manusia itu sangat berbeda dengan yang lainnya. Dia kuat dan teramat kuat dalam ukuran rasional manusia kebanyakan. Dalam keadaan apapun dia tetap kuat. Karena baginya nasip baik maupun nasip buruk, sama saja baginya. Dua duanya adalah cobaan dari Allah dan buah cinta Allah. Mungkin suatu saat dia sampai pada puncak kesalahen tertinggi dan bisa saja satu saat diapun akan tergelincir kelembah dosa karena lupa dan dia sadar Allah akan memberikan punishmen. Diapun kembali kepada Allah dan Allah menyambut kembali kehadirannya dengan cinta. Selagi hayat dikandung badan, Allah akan mengujinya dan tentu juga Allah akan menjaganya dari ujian itu. Karena Allah tidak akan menguji bila manusia tidak mampu melewatinya. Subhanallah. Begitu indahnya kata kata hikmah keluar dari teman mualaf ini.
Apa yang dirasakan oleh teman itu membuat saya begitu bahagiannya. Saya teringat akan firman Allah dalam hadith qudsi “ Jika Aku telah menjadikan hamba Ku mampu menemukan kebahagiaan dan kesenangan mengingat-Ku, ia akan menginginkan-Ku dengan penuh gairah. Dan dengan gairah itupula, Aku menginginkannya “ Teman ini adalah mualaf dan lewat akalnya dia menemukan kebenaran dan lewat hatinya dia merasakan kehadiran Tuhan , untuk menapak langkah menuju Tuhan. Menjemput Cinta Allah dan hanya Allah. Maka kini kesehariannya yang saya lihat memang berbeda dari dia yang sebelumnya. Dirinya diliputi oleh cinta, tak mudah marah, tak mudah kecewa, tak mudah mabuk kesenangan, dan tentu mudah memberi untuk sesuatu yang terbaik yang ada padanya. Sungguh benar adanya, bila pemberi cinta yang kita gapai tentu cinta pula yang akan kita dapat. Maka dimanapun berada, di dunia maupun akhirat akan menjadi sebaik baiknya tempat...Now, you are not longer my friend but my brother. katanya sambil tersenyum. Sayapun merangkulnya. Bukankah kecintaan kepada saudara muslim adalah repliksi kecintaan kepada Allah. Sesama muslim adalah bersaudara. Satu sakit maka yang lain juga sakit.
No comments:
Post a Comment