Saturday, September 04, 2010

Budaya Mudik

Budaya mudik pada hari libur keagamaan di Asia sangat fantastic khususnya di China dan Indonesia. Tak ada satupun imbauan atau aturan negara yang memaksa orang untuk mudik. Tapi komunitas yang jumlahnya tak terbilang itu menjadi gerombolan yang terorganisir dengan baik untuk bergerak kesatu arah yang sama , yaitu kekampung halaman. Para komunitas ini tidak peduli dengan ongkos yang harus dikeluarkan, berlelah lelah dalam perjalanan adalah hiburan tersendiri bagi komunitas ini. Ini terjadi bukan hanya satu generasi tapi dari generasi kegenerasi. Sudah menjadi budaya yang tak lekang oleh panas dan lapuk oleh hujan. Dunia boleh canggih. Satelit boleh bertebaran diangkasa, Internet boleh mewabah dimana saja, namun komunikasi tatap muka dan cium tangan bersama handai tolan tak tergantikan.

Air pancuran jatuh melewati bambu. Agama mengalir melewati Budaya. Agama berkata, adat memakai. Suatu kombinasi termaha agung yang menyatukan manusia , alam dan Tuhan. Inilah fitrah manusia sesungguhnya. Inilah yang disebut dengan geopolitik dan geostrategis dalam kebijakan mengelola komunitas. Siapapun pemimpin yang ingin membangun peradaban tanpa memperhatikan geopolitk, geostrategis akan mandul ditengah jalan. Kebijakan hanya ada dalam catatan buku besar namun tak pernah sampai diterapkan secara memuaskan. Ilmu hebat dibidang ekonomi, sains hanya sampai dilaboratorium dan memenuhi perpustakaan. Sementara peradaban yang diimpikan oleh para cerdik pandai tak bertemu dengan kenyataan karena kebijakan yang dibuat tidak membumi. Kebijakan lepas dari orbit.

Pemimpin boleh berganti tapi gunung selalu ditempatnya. Bukit tak pernah pergi dari dudukannya. Mengelola komunitas adalah mengelola wilayah dan budaya. Ketika Majapahit berkuasa di Nusantara ini, ketika itulah Islam masuk ditanah Jawa yang dibawa oleh para wali yang sebagian besar berasal dari tanah daratan China. Para wali tidak menghilangkan budaya lokal tapi memoles budaya itu dalam nuasa Islam. Makanya lambat laun islam menyebar luas di Nusantara dan yang lebih penting lagi tidak ada sedikit pertentangan dengan kerajaan Majapahit karena mereka melihat Islam datang tidak menawarkan sebuat revolusi tapi reformasi budaya untuk kedamian dan kesejahteraan. Dari budaya islami dengan kearifan lokal, aqidah ditegakkan. Kerajaan Majapahitpun runtuh tanpa revolusi bau amis darah, yang digantikan oleh kerajaan Islam.

Hal tersebut diatas adalah fakta sejarah. Bukan hanya terjadi di Indonesia tapi hampir diseluruh dunia penyebaran agama islam melalui misi social dan budaya. Karena sebelum agama diperkenalkan Manusia sudah berinteraksi lebih dulu dengan alam dan tentu Allah yang mengajarkan manusia untuk beriteraksi itu secara turun temurun. Orang minang berkata ” Alam terkembang Jadi guru ” Islam adalah project sosial dari sebuah gerakan akhlak untuk meninggikan agama Allah. Tak sulit untuk dipahami oleh seluruh budaya didunia bila kearifan islam tampil untuk cinta dan kasih sayang membangun peradaban yang lebih baik. Tentu tak sulit bila syariah Islam ditegakan tanpa menyinggung budaya lokal. Inilah yang terjadi pada budaya mudik.

Romantisme budaya untuk selalu ingat kampung halaman , untuk ingat kepada orang tua , kepada teman , kepada handai tolan adalah bagian yang tak dipertentangkan oleh ajaran Islam dan bahkan inilah ujud tertinggi akhlak mulia untuk rindu saling menyapa dan berkasih sayang sebagai mana Islam mengajarkan bahwa kecintaan kepada sesama mekhluk adalah repliksi kecintaan kepada Allah. Andaikan para pemimpin Negara, pemimpin agama , para intelektual , para ahli rekayasa sains dapat melahirkan sebuah platform membangun peradaban dalam satu kuridor budaya dan agama, alangkah indahnya. Karena platform ini tidak butuh propaganda untuk dimengerti rakyat. Ia akan mengalir dengan sendirinya dan langsung diterima oleh rakyat sebagai sebuah kepatutan tanpa paksaan, seperti budaya mudik. Negara tinggal memberikan kanal dengan seluas mungkin agar proses pembangunan berjalan dengan tertip dan aman.

Apa yang terjadi sekarang ? Para pemimpin sibuk membangun dengan platform dari luar. Budaya rakyat yang gemar bermusyawarah menyelesaikan masalah dipaksa untuk melakukan sistem voting. Budaya bertengkar dipertontonkan didepan khalayak ramai lewat tayangan televisi. Disetiap sudut kampung ada warung kecil untuk memenuhi kebutuhan hari hari komunitas. Tapi bukan itu saja, warung itu juga berfungsi sebagai jaring pengaman sosial membantu yang tak beruntung untuk berhutang. Tapi budaya ini dilabrak habis dengan membangun jaringan ritel modern berskala kecil sampai modern dengan konsep ” Tak ada uang tak ada barang.” Ulama sibuk ikut membudayakan jalan jalan ke Makkah dengan standard VVIP sementara rakyat miskin di Sitiung bingung ada Musholla tapi tidak ada guru ngaji..

Dari budaya mudik, dihari yang Fitri , kita bukan hanya bersilahturahami dan bermaafan tapi juga mengingatkan kita agar kembali kefitrah kita. Kembali kepada kesejatian kita untuk membangun dan membumi. Kalau itu dilaksanakan maka peradaban di rahmati Allah akan terjadi kini dan disini...

Wednesday, September 01, 2010

Waktu Sholat

Bukankah sholat dilakukan pada dua bagian siang dan disebagian dari malam sebanyak lima waktu. Artinya sholat itu berhubungan dengan cahaya matahari. Lantas bagaimana dengan daerah lain yang pergantian siang dan malam itu jauh sekali. Di St Peterburgs, pada tanggal tertentu dibulan juni , pada malam hari matahari masih nampak. Di Finlandia, malam hanya satu jam. ” Demikian kata teman saya ketika kami berdiskusi soal agama.” Kalau memang Islam itu untuk seluruh umat manusia , saya rasa ibadah sholat dan Puasa benar benar kacau bagi masyarakat diluar wilayah tropis yang jauh dari lahirnya agama islam. Dan kalau kita berpatokan dengan waktu sholat yang ada sekarang , bukankah jam baru ditemukan ketika era Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebelumnya tidak ada. ” katanya kemudian. Saya dan mungkin sebagian orang Indonesia yang selama in diajarkan tentang pergantian siang dan malam sebagai hakikat waktu sholat dan puasa. Memang bisa bingung juga..

Apa yang diungkapkan teman itu berangkat dari persepsi dan fiqih yang terdapat dalam firman Allah ( Qs. Al Israa 17:78 ) Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh.. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan ( QS. Huud 11:14) dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat” Dari dua ayat ini, kita mengetahui kata kata tentang gelap malam yang berhubungan dengan eksistensi cahaya matahari. Kita diwilayah tropis dan siapapun yang berada diwilayah tropis seperti Arab dan Afrika, tentu tidak ada masalah untuk melaksanakan ritual sholat dan puasa sesuai dengan eksistensi cahaya matahari. Bahkan dari dulu kala kita menggunakan tongkat istiwa’ (istilah Jawa: bencet) di setiap (depan) masjid Arah bayangan tongkat yang diterpa matahari itulah yang dijadikan dasar menentukan waktu sholat.

Tapi bagaimana dengan daerah subtropis ? yang keberadaan cahaya sangat minim seperti ungkapan teman saya itu ? Ada dua hal menjawab tentang cahaya ini. Pertama , mungkin cahaya matahari bukan berarti pengertian cahaya seperti kita didaerah tropis, dimana matahari bersinar terang dan bila malam langit kelam. Bisa saja malam seperti kita di daerah tropis tidak sekelam seperti orang di daerah subtropis. Atau siang di daerah tropis tidak seperti siang didaerah subtropis. Perbedaan ini berhubungan dengan sunnatullah, factor abiotik yang tiap wilayah berbeda beda karena dipengaruhi oleh iklim dan lainnya. Tentu semua manusia mempunyai kemampuan untuk beradaftasi dan karena waktu pula yang mempengaruhi kualitas cahaya untuk manusia bekerja dan istirahat. Ini bagian ekosistem kita dibumi. Jadi tidak bisa menjustifikasi cahaya matahari seperti wilayah tropis adalah harus sama dengan wilayah subtropis, ya kan.

Kedua, sebagaimana firman Allah pada (QS. 17:12) “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Rabbmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas”. Nah dari firman Allah semakin jelas bahwa istilah malam dan siang “sebagai sebuah tanda “ , agar kita ”mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan”. Ada arahan dari Allah untuk kita mengetahui ”perhitungan” , yang bisa kita gunakan pula untuk menentukan jadwal sholat. Seorang sahabat bertanya kepada Rasul ”Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali shalat saja". Rasul menjawab "tidak... tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)". Istilah perkirakan ini berhubungan dengan ” perhitungan” waktu. Dan kita semua tahu walau kini kita sudah menguasai matematika namun dalam konteks ruang dan waktu, itu tetap relative ( perkiraan).

Prinsip perhitungan waktu adalah berdasarkan “garis Bujur “ peta bumi ( Globe map), dimana wilayah Utara, Equator, Selatan memiliki waktu yang sama pada bujur yang sama. Juga disepakati bumi mengedari matahari secara teratur. Keliling bumi 360 derajat. Sehari 24 jam atau 1440 menit atau 86400 detik. Maka setiap derajat ( 86400/360 derajat ) sama dengan 4 menit. Nah dari sinilah koordinat wilayah menentukan jam waktu sholatnya. Tapi bukankah jam baru dikenal manusia ketika era Khalifah Harun AL Rasyid. Lantas bagaimana cara manusia berhitung soal waktu sebelum itu. ? Saya hanya mengingatkan bahwa jauh ribuan tahun lalu Allah telah memberikan muzizat kepada Nabi Idri AS. Bahwa beliau adalah manusia pertama yang mempunyai kemampuan berhitung,menulis dan menerangkan tata surya dan rasi. Inilah cikal bakal lahirnya peradaban modern seperti sekarang ini..

Agama Tauhid turun secara berevolusi sesuai dengan zamannya dan mencapai puncak kesempurnaannya ketika Era Nabi Muhammad (QS. Al Maidah (5) : 3 ) ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu.” Kesempurnaan itu terletak kepada ilmu pengetahuan untuk melaksanakan syariat dengan benar, untuk semakin beriman kepada Allah. Jadi , kita harus bijak untuk menyikapi fenomena modern dewasa ini , apalagi menjustifikasi firman Allah tidak universal. Islam adalah agama berlaku untuk semua dan dimana saja dibumi ini.

Nah kini sudah ada jadwal sholat yang ditentukan berdasarkan perhitungan matematika itu untuk seluruh wilayah dibumi. Dimanapun anda berada, anda tetap sholat sesuai waktu yang ditentukan dan dilakukan secara teratur lima kali sehari. Begitupula puasa sesuai jadwal ( rentang waktu ) yang sudah diperkirakan pula.

Wallahualam.

Wednesday, August 25, 2010

Aqidah, Idiology


“ Daun daun kering berguguran, untuk menumbuhkan daun daun muda yang segar. “ Sepenggal syair yang dibacakan oleh Nyoto ( tokoh PKI) ketika menjemput hukuman mati dihadapan Mahmilub. Dia tersenyum menerima maut. Mengapa Nyoto begitu tegarnya menghadapi maut. Jawabannya adalah idiologi. Dia sangat memahami cita cita idiologi yang diajarkan oleh Karl Max. Umat Islam memahami agama sesuai dengan mazhap yang diyakininya , seperti Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafii dan Imam Hambali. Ilmunya kita dalami tapi kita tidak pernah mendalami karakter beliau dalam menegakkan kebenaran, kebaikan dan keadilan demi idiologi. Padahal karakternya itulah hakikat ilmunya.

Ketika Khalifah Al Manshur menunaikan haji dari Baghdad ke Mekkah, dia singgah di Madinah dan berkemah diluar kota. Dia memerintahkan ajudannya memberi tahu kepada Imam Malik bahwa dia ingin bertemu. Dia meminta Imam Malik untuk datang kekemahnya. Segera Imam Malik menjawab “ Jika amirul mukminin berkenan sudilah datang ke tempat saya.” Ajudan itu terkejut mendengar sikap Imam Malik. “ Al- Ilmu yu’ta wa la ya’ti, Ilmu itu didatangi bukan mendatangi” Bayangkanlah di era sekarang, Bila ulama dipanggil ke Istana tentu akan sangat bangga dan bersegera datang dengan pakaian terbaiknya. Kita juga membaca kisah Imam Hanafi yang menolak jabatan Qadhi Besar kerajaan Bani Abbas dan lebih suka berjualan kain daripada jadi pegawai yang harus membuat fatwa sesuai kehendak Raja bukan berdasarkan Al Quran dan hadith . Akhirnya beliau dipenjara sampai mati.

Ketika terjadi pertentangan keras antara keluarga Bani Abbas yang berkuasa dengan Bani Al bin Abi Thalip, semua orang harus membenci keluarga Ali Bin Abi Thalip demi memuaskan sang penguasa. Tapi Imam Syafii yang sedang berada di Yaman sebagai guru agama, dengan tegas mengatakan beliau mencintai keluarga Ali Bin Abi Thalip sebagiamana beliau mencintai Rasul. Karena sikapnya itu beliau difitnah sebagai musuh negara. Beliau ditangkap . Dari Yaman beliau dibawa ke Baghdad dalam keadaan kaki dan tangannya dirantai. Murid pengikutinya sebanyak 9 orang dihukum pancung. Namun Imam Safii pada akhirnya dibebaskan dari hukuman karena tidak terbukti beliau berencana untuk maker kecuali memegang teguh prinsipnya mencintai keluarga rasul.

Ketika Khalifah Al Ma’mun mengadakan dokrinisasi kepada para ulama dengan mengatakan bahwa AL Quran itu adalah makhluk dan harus diterima ini sebagai paham. Sama seperti sekarang penguasa yang memaksakan paham secular untuk menggantikan paham agama. Tapi Imam Hambali tidak mau tunduk kepada dokrin itu. Bagi beliau AL Quran adalah kalamullah , dengan tidak membawa manusia membicarakan apakah dia makhluk atau qadim. Filsafat jangan dicampur adukan dengan aqidah agama. Akibatnya beliau dimasukan kedalam penjara dengan tuduhan tidak taat pada dokrin khalifah. Didalam penjaran beliu dipaksa untuk tunduk. Disiksa dengan cemeti hingga mengalir darah disetiap tubuhnya

Itulah sejarah para Imam yang kita ikuti sebagai mazhap. Kal Max tidak pernah mengalami siksaan seperti para Imam itu untuk menegakkan idiologi komunis tapi para pengikutnya menghadang maut untuk tegaknya idiologi komunis. Tapi, kita tidak pernah berani meneladani imam itu dalam bersikap menegakan aqidah Islam namun ritualnya kita agungkan dan bahkan kita siap bertengkar dengan penganut mazhap lain , seakan ahli dalam beragama. Islam. Sebab itu pelajarilah dasar aqidah Islam sehingga mantap, lau kuatkan dengan ibadah , sampai jadi darah daging. Kita harus menyatu dengan islam sebagai the way of live, sebagai idiologi membangun peradaban , sebagai platform project social, politik. Apabila kita sudah menyatu maka kita tidak akan pernah takut untuk menghadapi segala penderitaan, siksaan, fitnah, penjara demi prinsip menegakakn kalamullah, menegakan agidah, menegakan idiologi.Dengan tegaknya aqidah dikuatkan dengan ibadah, kian lama kian leburlah diri kedalam cita cita. Sehingga kian tumbuhlah dalam jiwa kita kepercayaan, bahwa kita manusia ini hanyalah alat Tuhan belaka, buat menegakan apa yang diperintahkanNya. Kita tidak lagi menghitung ukuran cita dengan ukuran umur. Para Imam kita bukan hanya mencerahkan kita untuk bagaimana melaksanakan ritual agama seperti Rasul tapi juga menelandankan kepada kita bagaima cita cita islam dibangun dan mati demi cita cita itu, terbenam kedalam idiologi, atau dalam kata yang lebih mesra, karena aqidah.!

Tuesday, August 17, 2010

Memilih

Apakah kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain ? jawabnya hanya satu yaitu kebebasan. Allah mendesign manusia begitu hebat. Manusia bebas makan apa saja. Beda dengan harimau walau perkasa tapi tidak bisa makan rumput. Beda Malaikat yang walau sangat dekat dengan Allah namun tidak bisa berbuat lain kecuali sesuai kehendak Allah. Beda dengan Iblis yang hanya ditugaskan untuk merusak. Manusia boleh berbuat apa saja. Baik atau buruk. Kaya atau kere. Pintar atau bodoh. Boleh. Silahkan. Andai Allah inginkan manusia seperti Malaikat maka itu akan sangat mudah tapi Allah beri manusia bebas memilih. Inilah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah kepada makhluk yang bernama Manusia.Makanya kalau ada manusia lain yang mencoba mengontrol kebebasan manusia lain maka itu sama saja berperang dengan Allah.

Kebebasan itu adalah platform manusia diciptakan oleh Allah. Ini cetakan asli dari kesempurnaan manusia. Tanpa kebebasan manusia tidak bisa menjadikan dirinya sempurna. Karena kebebasan itu pulalah makanya Allah mengirim Rasul untuk mengajari manusia untuk cerdas memilih atau cerdas untuk bebas. Kemudian Allah-pun mengajari langsung manusia lewat kitab suci. Sampai kini Allah hadir dalam keseharian kita lewat titahnya pada setiap lembaran kitap suci. Kalau anda inginkan melihat Allah berbicara maka bukalah Al Quran. Itulah suara Allah yang setiap saat anda bisa dengar kalau anda baca dengan tertip. Makanya ketika pertama kali Al Quran diturunkan, Allah mengatakan :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Kita diminta untuk membaca sebagai cara untuk belajar menemukan jalan yang benar untuk memilih dengan benar sesuai yang Allah pilihkan untuk kita. Maha suci Allah yang maha pengasih lagi penyayang !

Begitu indahnya Allah mendesign Manusia. Begitu pemurahnya Allah kepada manusia,. Allah menciptakan Alam semesta yang begitu rumit untuk dipahami akal namun lewat firmannya Allah membuka tabir ciptaanya itu dengan vulgar. Tidak ada yang dirahasiakan bagi orang yang mau berpikir. Apalagi soal memilih mana yang baik dan mana yang buruk, Inipun bukan sesuatu hal yang rumit. Allah tidak pernah mendidik dengan rumit. Allah memberikan metode pengajaran dengan sangat mudah dicerna. Caranya, Allah berdialogh dengan manusia lewat sejarah manusia sebelumnya. Apakah ada yang paling mudah selain contoh? Itulah isi Al Quran yang sebagian berisi sejarah tentang baik dan buruk. Inilah keagungan Allah yang maha pengasih lagi penyayang agar manusia tidak sesat jalan pulang.

Tapi dengan cara yang begitu mudah dan sederhana, tetap saja membuat kita bingung memilih jalan yang benar. Biang persoalannya adalah fitrah yang kita miliki itu yang penuh kebebasan memilih dan berbuat telah menggiring otak kita untuk juga berpikir bebas. Sifat fikiran itu memang serba suka bermain main. Yang sulit kadang dibuat mudah dan yang mudah dibuat sulit oleh akal. Kita tahu bahwa 1 + 1 sama dengan dua. Akal kita membuat konsesus bahwa 1 +1 = 2 tapi kemudian akal kita buat lagi konsesus 1+1 = 4-2. Hal yag ditambah sama dengan hal yang dikurangi dan ini akan terus terangkai dengan derivatip cara akal berhitung. Kemudian kita terus mengurai segala permainan akal dalam berbagai metode. Manusia yang pandai bermain dengan akalnya disebut sebagai manusia modern atau manusia beradap.

Kemajuan manusia modern pada akhirnya tidak sebetulnya modern kecuali kembali purba. Akal manusia yang serba bebas itu pada akhirnya juga terjebak menjadi tidak bebas. Bila kemakmuran yang dikejar namun pada waktu bersamaan terjerat hutang berlibat. Bila kemerdekaan yang dikejar namun pada waktu bersamaan terjerat persaingan kelas. Bila kebebasan yang diharap namun pada waktu bersamaat supremasi pemerintah dan hukum membelenggu kita. Pemerintah menjadi penentu kebebasan kita, Pemerintah menjadi penentu nasip kita, Pemerintah menjadi pemilik kita. Dan pada akhirnya manusia modern dimana saja tetap saja terjerat kebebasannya. Potensinya sebagai makhluk sempurnan tereduksi.

Lantas apakah kemerdekaan yang anda harapkan ? Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan…, maka anda akan menemukan jalan pembebasan dan kemerdekaan yang menentramkan…Karena Allah mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Kalau Anda percaya kepada Allah , Apa yang bisa anda harap dari pemerintah yang mengharamkan syariat islam ditegakkan..Masihkah ada makna kemerdekaan diatas konsep secular padahal sejatinya konsep kemerdekaan dibulan juni 1945 dikumdangkan dengan baiat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Konsep ini telah terhalau dan haram dibicarakan dan kalau ngotot nasip anda akan sama dengan ABB dicap sebagai teroris.

Sunday, August 15, 2010

Kebodohan

Saya menerima email dari Sahabat saya di AS. “The American oligarchy spares no pains in promoting the belief that it does not exist, but the success of its disappearing act depends on equally strenuous efforts on the part of an American public anxious to believe in egalitarian fictions and unwilling to see what is hidden in plain sight. Dia mengutip kalimat dari Michael Lind. Kalimat ini sebagai dasar hipotesinya untuk mengatakan adalah kebodohan besar menganggap Teroris yang membunuh lewat bomb ditempat keramaian sebagai ancaman. Dalam emailnya dia sempat mengatakan bahwa Teroris dalam pengertian konvensional sengaja di create untuk memungkinkan media massa punya amunisi membuat berita untuk meyakinkan kepada public tentang ancaman dari segelintir orang yang tidak bisa menerima konsep demokrasi, HAM .

Dia sempat mempertanyakan tentang penangkapan seorang Abu Bakar Bashir. Teman ini bukanlah beragama Islam. Tapi dia sempat geram dengan kebodohan pemerintah Indonesia yang begitu percaya tentang peran teroris seperti yang di kampanyekan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam emailnya dia mengatakan " Ini kebohongan systematis yang peristiwanya direkayasa untuk ditampilkan di media massa, di hadapi oleh aparat hukum negara dan diadili oleh lembaga pradilan. Sebagaimana kami selama ini percaya setiap pesan dari Gedung Putih. Kami percaya dengan patriot Act setelah meledaknya gedung WTC. Kamipun mulai mendukung Pemerintah menangkapi siapapun di planet bumi ini yang mengancam demokrasi dan HAM. Mereka semua adalah teroris.

Tapi kini kami baru sadar bahwa semua itu adalah omong kosong. Pemeritah sengaja menciptakan ketakutan dan kecemasan kepada kami agar kami semakin bergantung kepada pemerintah untuk menjadi pelindung. Rasa aman yang kami harapkan, rasa percaya yang kami tanamkan, ternyata hanyalah cara pintar pemerintah untuk berkolaborasi dengan kekuatan segelintir orang merampas kekuatan ekonomi nasional kami. Tanpa kami sadar, krisis Moneter di AS telah membuat bangkrut kelompok menengah di AS. Telah membuat seluruh produk dan jasa menjadi termahal didunia. Perbaikan apapun yang dicanangkan oleh Obama , tidak akan mampu mengembalikan harga ketitik rasionalitas. Yang pasti satu generasi telah membiarkan system culas terbangun dan akhirnya membuat generasi berikutnya akan menjadi gerombolan budak dari kekuatan oligarkhi ekonomi. Sangat menyedihkan.

Terkahir dari emailnya , teman ini berkata “ Kalaulah ada pihak yang tak henti mengingatkan ancaman dari segelintir orang itu , atau seperti yang digambarkan oleh Michael Lind, maka itu adalah kelompok pejuang syariah Islam. Kebodohan kami dan tentu menjadi sesal bahwa kami tidak mempercayai mereka. Justru kami ikut terpengaruh propaganda Pemerintah untuk membenci mereka.“ Saya sempat tertegun dengan email dari teman ini. Memang sejak tahun 2008, propaganda Teroris dan Islam fundamental tidak lagi mendapat tempat dipublik AS dan Eropa. Apalagi semakin terbukanya belang penyerbutan AS ke Irak. Keterlibatan AS di Afganistan yang tidak punya dasar apapun, apalagi bertujuan menghabisi AL Qaedah atau membasmi Taliban. Publik tidak dibisa dibohongi lagi. Irak ternyata pada akhirnya memperkaya perusahaan AS, Afganistan ternyata untuk kepentingan pipa minyak dari Asia Tengah.

Di Indonesia issue teroris masih dipakai oleh para elite untuk membuat rakyat semakin percaya. Issue kekerasan ormas Islam masih dipakai untuk menaikkan citra pemerintah yang cinta HAM. Padahal kejahatan terorganisir yang melibatkan elite politik dan TNC terus terjadi lewat system yang demokratis. Inilah sebetulnya yang disebut dengan Economic Terorism. Daya rusaknya lebih besar dari apapun. AS yang ekonomi sangat kuat bisa luluh lantak apalagi Indonesia yang ekonominya masih serba tergantung dengan dunia luar. Kita harus bertanggung jawab dengan semua ini untuk mengingatkan ancaman economic terrorism yang pelakunya bersembunyi dibalik kelembagaan yang dihasilkan oleh system demokratis.

‘Kalaulah ada kejahatan yang paling besar dalam sejarah manusia adalah apabila kebenaran diselewengkan., Kalaulah ada kebodohan terbesar dalam sejarah maka itu adalah rakyat yang mempercayai kebohongan itu sendiri."

Friday, August 06, 2010

Kesederhanaan pemimpin

Kalau anda berkunjung ke Iran, anda tidak akan menemukan kantor Pemerintah yang mentereng dan megah. Karena Istana president sudah berubah fungsi sebagai meseum rakyat. Anda tidak akan melihat pejabat Iran dengan kendaraan mewah dan berlapis pengawalan. Karena presidentnya hanya pakai mobil tua dengan dua orang pengawal saja. Anda tidak akan menemukan kamar kerja pejabat iran yang megah karena kamar kerja presidennya tak lebih berisi dua korsi kayu yang sederhana dengan karpet yang bisa dicuci. Karena karpet megah peninggalan Shah Iran telah diwakafkan kepada masjid. Ketika banyak pemimpin dunia berlomba lomba beli pesawat pribadi, tapi malah President Iran melego Pesawat pribadinya menjadi pesawat Cargo, Dan dia kemana pergi menggunakan pesawat komersial kelas ekonomi.

President Iran, bukan orang yang gemar dipuja dan ditempatkan dengan pencitraan penuh dihadapan Rakyat. Acap ditemukan Presiden Iran sholat berada di shaff belakang atau ditengah tengah. Tanpa pernah minta hak istimewa duduk di shaff depan. Kemanapun dia pergi, bila waktu sholat, dia akan berhenti dan sholat walau dipinggir jalan. Kemana dia pergi, dia selalu membawa tas kecil warna hitam. Didalamnya terdapat lunch box yang disiapkan oleh istri tercintanya. Dia tidak meminta hidangan khusus di Istana untuk makan siangnya. Dan menikmati santapan makan siangnya yang dimasak oleh istrinya. Bila orang berlomba lomba ingin jadi penguasa karena harta tapi President Iran tidak menerima gaji satu senpun dari jabatannya. Semua gaji dia sumbangkan kepada kegiatan amalnya. Dia hanya menikmati gaji pensiunan dosen.

Tapi tahukah anda, saya menyaksikan perjalanan dari Bandara ke Pusat kota. Jalan toll dibangun dengan kualitas kelas 1. Industri tumbuh begitu pesatnya. Kendaraan yang saya tumpangi adalah buatan Iran sendiri. Rasanya seperti naik kendaraan standard Eropa bermerek Khudo. Dihampir semua kendaraan yang lalu lalang , hanya nampak kendaraan merek Khudro , Saipa , Samand dan lain lain. Semua buatan asli Iran yang dirancang oleh insinyur Iran.. Dihampir semua apotik , anda tidak akan menemukan obat bermerek Merck, bayer dan merek asing lainnya. Semua apotik dan toko obat, dipenuhi oleh obat buatan ahli phamasi Iran sendiri. Dibidang Industri otomotive Iran eksportir terdepan dengan system imbal beli terbesar didunia. Esportir obatan terbesar kebanyak negara afrika dan Amerika Latin.

Dari kesedehanaan Pemimpin Iran itulah, dia mendorong rakyat untuk bangkit percaya diri. berhadapan dengan ketidak adilan dunia barat dibidang Ekonomi, sains,. Iran berhasil bangkit dari banyak luka dan derita. Mereka tabah melewati itu semua dengan kerja keras dan semakin merapatkan barisan untuk hanya beribadah kepada Allah. Di balik kesederhanaan para pemimpin Iran itu, anggaran Riset termasuk yang terbesar di dunia. Jumlah Sarjana terbanyak wanita. Iran tampil digaris depan dibidang Riset Sel Punca dan sudah sampai pada titik implemtasi bagi membantu penyembuhan penyakit yang tidak ada obatnya. Ekonomi tumbuh dengan pesat tapi merupakan negara dengan tingkat hutang dibanding GNP terkecil (7%) didunia. Artinya secara ekonomi Iran dapat bangkit tanpa hutang luar negeri yang significant. Bandingkan dengan AS yang tingkat hutang terhadap GNP sebesar 97% dan Indonesia sebesar 33%.

Kemajuan Iran tidak bisa dilepaskan dari peran China, Hubungan Taheran Beijing seperti dua tetangga yang selalu saling menolong. Pemimpin Iran dan China paling sering berkunjung. Bahkan President China mengatakan kepada public bahwa Beijing adalah second home bagi Teheran. Bagi China, hubungan dengan Iran secara politik tidak ada yang perlu dipertentangkan. Idiologi islam tak pernah berjarak dengan system komunis sosialis. Ia saling melekat dan menyatu untuk lahirnya keadilan bagi semua. Secara Ekonomi China butuh Iran yang kaya minyak untuk kepentingan Industri dalam negerinya. Disisi lain, Iran membutuhkan investasi dan tekhnologi dari China. Suatu jalinan kerjasama walau dengan standar norma yang berbeda namun menempatkan rasa hormat satu sama lain.

Akhir kunjungan di Iran, teman saya sempat berkata dan tak akan pernah saya lupakan “ Bila pemimpin itu dekat kepada Allah maka lihatlah penampilannnya. Dia sederhana dan tak pernah ingin dipuja apalagi sengaja membangun citra pribadi.. Bila pemimpin itu dekat kepada Allah , lihatlah kemakmuran rakyatnya….

Bagaimana dengan kita ?

Sunday, August 01, 2010

Boros , culas dan melelahkan

Islam adalah agama untuk orang yang suka berjamaah. Sebaik baiknya sholat adalah berjamaah yang dipimpin oleh Imam. Imam ini dipilih bukan karena kedudukannya , hartanya tapi karena kualitas aqidahnya serta penguasaan agama dengan baik , tentu bacaannya pasti juga baik. Dalam budaya masyarakat Indonesia , system ini tidak pernah ditentang karena hampir semua budaya dari seluruh suku di Indonesia mengenal istilah imam. Budaya kita mengenal apa yang disebut dengan “orang yang dituakan” Tempat masyarakat bertanya dan mendapatkan pituah serta menjadi pemimpin ( imam) dalam bermusyawarah. Ketika islam diperkenalkan , inline dengan budaya itu sendiri hingga tak dipertentangkan ketika agama mengatur dan adat (budaya ) memakai ain. Dalam keseharian Islam di Indonesia akan sangat berbeda coraknya dengan Islam di Arab itu sendiri tapi esensinya tetap sama.

Ketika orang barat berpikir mengenai masyarakat bebas dan demokratis mereka berpikir tentang structur horisontal, tempat individu memiliki hak pilih setara dan secara berkala memilih pemimpin mereka. Sebagian besar system demokrasi Barat mengacu seperti ini. Namun bagaimana ada cara yang sama sekali berbeda dalam memandang kebebasan dan demokrasi, yang berasal dari warisan budaya berbeda serta cara pandang berbeda terhadap masyarakat dan dunia ? Bagaimana demokrasi tersebut vertikal , bukannya horizontal ? Islam punya princip dasar bahwa semua orang dilahirkan saling terhubung satu sama lain dan setiap individu adalah bagian dari keseluruhan. Harmoni dengan orang lain adalah kunci hidup di tengah masyarakat kita. Akuntabilitas personal tak sepenting kualitas ( akhlak ) hubungan kita dengan orang disekitar kita

Dalam hubungan tesebut diatas, kehidupan masyarakat tidak dijalankan oleh kelompok atau partai yang saling bersaing untuk mencapai tujuan., tapi melalui musyawarah dengan proses top down dan bottom up. Para Wali ketika menyiarkan agama tidak merubah budaya yang sudah ada tapi meluruskannya sesuai dengan aqidah islam. Wali bermusyawarah ketika menetapkan ajaran islam agat tidak merusak budaya lokal. Apa yang terjadi , orang tidak lagi melihat budaya sebagai tempat bersandar atau raja tempat bernaung tapi Islam itu sendiri tujuan hidup mereka. Menurut saya Islam tidak mempersoalkan seperti apa model suatu pemerintahan. Ini hanya cara akal manusia untuk berbuat yang lebih baik menurut mereka. Karena islam tidak menempatkan kepemimpinan berdasakan simbol atau institusi tapi kepada aqidah. Agar aqidah ini dapat tegak maka diperlukan kepemimpinan secara vertikal. Imam selalu ada didepan ketika memimpin sholat dan tidak boleh satupun membangkang kecuali Imam melakukan kesalahan atau batal demi rukun sholat.

Kepemimpinan vertikal ini bukan berfocus untuk lahirnya diktator dalam bentuk presidentil atau otokratis. Bukan!. Tapi sekali lagi kepemimpinan yang mengikuti aturan yang tetap. Jadi kekuasan itu ada bukan kepada kedudukan seseorang tapi lebih kepada ketaatan kepada aturan itu sendiri. Dimata Barat, justifikasi pemimpin sebuah bangsa tegak atau jatuh terrantung siapa yang dipilih. Dalam islam, justifikasi itu lebih ditentukan oleh pencapaian ( keteladanan positip atau akhlak ). Bila pemimpinnya memberikan keteladanan yang baik , jujur, kerja keras, cerdas dan amanah maka bangsa itu akan kuat dan bila pemimpinnya culas korup maka bangsa itu akan hancur /jatuh. Kalau system demokrasi barat ada istilah, andai setan mendapatkan mayoritas suara maka dia akan terpilih menjadi pemimpin. Citra apapun harus di create untuk menjadi pemenang walau harus membayar suara. Tapi dalam islam, setan atau siapa yang bermoral rendah, secara sistem akan jatuh dengan sendirinya. Hukum moral dalam islam lebih besar daripada hukum tertulis.

Hukum moral ini diajarkan dalam Islam dengan mendominasi hampir sebagian besar ajaran Islam. Tapi dengan adanya sistem demokrasi liberal di Indonesia kini, maka sebetulnya kita telah keluar dari tata nilai kita sendiri. Masyarakat yang lebih banyak diatur dalam hukum moral yang mengutamakan musyawarah untuk mencapai tujuan,kini dihadapkan oleh system dimana hukum moral tak lagi dilihat. Semua hal terikat dengan standard hukum tertulis dan semuanya menjadi procedural. Tak penting karena itu esensi moral diabaikan. Akibatnya, apa yang kita rasakan bahwa kepempinan itu menjadi barang dagangan bukan lagi proses keteladanan yang diuji berdasarkan hukum moral dimasyarakat. Sistem Pilpres, Pilkada sangat bertolak belakang dengan budaya kita dan sangat sulit untuk diterima sebagai sistem yang menentramkan dan murah. Ia boros, culas dan melelahkan.

Mengapa tidak kembali kepada esensi agama kita, dimana UUD 45 sebelum diamandemen dan Pancasila sudah menjabarkannya dengan indah...bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan...Artinya pemimpin itu dipilih oleh orang orang yang hikmat ( adil ) dan bijaksana ( terdidik baik dan bermoral baik ) bukan dipilih langsung oleh rakyat yang bodoh dan mudah dibeli dengan uang receh...

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...