Sunday, February 21, 2010

Etos Kerja

Kerja itu adalah Syariat. Manusia wajib bersyariat sebagai sebuah ketetapan dari Allah ( Sunattullah ). Karena ini adalah wajib maka sifat kasih sayang Allah memberikan manusia bekal untuk melaksanakan kewajibannya itu. Allah memberikan fasilitas kita tubuh dengan indra yang mampu berinteraksi dengan lingkungan kita, Allahpun memberikan kita akal agar mampu menyikapi lingkungan dimana kita harus bersyariat. Allahpun memberikan kita nafsu untuk merasakan nikmat dari hasil syariat itu. Singkatnya samudera kehidupan ini adalah samudera syariat yang di design oleh Allah. Maka tentunya tujuannya juga pasti yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Cara, metode, untuk bersyariat melahirkan banyak baku dibidang management, tekhnik , falsafah, budaya, sosial, ekonomi dan lain sebagainya.. Islam berkiblat kepada Al Quran dan Hadith soal bersyariat ini agar tujuan bersyariat sesuai dengan kehendak Allah. Ada empat hal yang dijadikan dasar Islam dalam bersyariat.

1. Kerja Ikhlas,
Ikhlas disini merupakan hakikat kita bersyariat. Bahwa apapun yang kita kerjakan semata mata untuk beribadah kepada Allah, yang mempunyai ketatapan hukum yang pasti. Walau Allah maha pengasih lagi penyayang namun Allah menyediakan juga Neraka. Walau Allah maha perkasa dan pengurus namun tidak pernah mengirim makanan kesangkar burung. Artinya untuk mencapai sorga anda harus bersyariat seperti yang ditentukan oleh Allah lewat Rukun Islam. Begitu pula bila anda ingin sukses berkerja, bisnis , memimpin maka anda harus ikuti sebagaimana Nabi Muhammad berbuat.. Karena hakikatnya adalah ibadah maka Islam tidak melihat karya dunia sebagai reward dari syariat. Tapi amalan dihadapan Allah,niat ikhlas dibalik perbuatan itu.

Orang yang bekerja keras siang dan malam , merintis usaha dengan berderai derita nestapa, tidak akan mengeluh bila hasilnya tak kungjung diraih. Karena dia yakin bahwa Allah tidak melihat apa yang mampu dia hasilkan tapi niat dibalik perbuatan itu. Hasil, hanyalah cobaan , samahalnya dengan tak ada hasil. Dua duanya cobaan dunia untuk meraih kesempurnaan dihadapan Allah. Makanya etos islam , yang ikhlas adalah kekuatan ESQ tertinggi , yang tak bisa ditandingi oleh etos budaya manapun didunia ini. Etos ini dapat hidup dalam susah maupun senang, dalam tekanan mapun lapang, dalam terjepit mapun longgar.. Repliksinya akan nampak dalam kehidupan kesehariannya, dia petarung gagah berani melawan segala hambatan, percaya diri, sabar dan tahan banting dalam situasi dan kondisi apapun.

2. Kerja Cerdas.
Allah memberi kita akal dan jiwa , tujuannya agar kita cerdas dalam bersyariat. Samudera kehidupan ini bukanlah tempat yang mudah dan nyaman. Semua yang ada disekitar kita didunia ini adalah cobaan bagi kita untuk kita bersikap cerdas. Bekerja sebagai karyawan untuk mendapatkan gaji cukup itu cerdas. tapi tanpa pendidikan cukup dan ketrampilan prima maka itu adalah tidak cerdas. Orang lain sibuk belajar menimba ilmu kita malah asyik berzikir dan bermimpi. Memulai bisnis dan meraih sukses sebagai wiraswata adalah cerdas. Tapi hanya mau memulai dengan uang ditangan maka itu tidak cerdas. Hanya sibuk dengan impian tapi tak berdaya ketika modal tak kunjung datang. Sementara orang lain bermimpi dan berbuat dengan apa yang bisa dia buat dan berhasil Kita kecewa kepada Allah karena tidak adil memeberikan modal. Padahal orang lain mendapat modal karena dia bergerak keatas, kebawab, kesamping dan akhirnya menemukan modal untuk berkembang.

3. Kerja Keras.
Allah memberikan nikmat atas indra , akal, jiwa , tubuh yang begitu sempurna. Ini bukan hanya dielus elus saja. Bukan hanya dipandangi saja. Ini harus dikerahkan semua untuk mekasanakan syariat. Hujan deras bila saatnya bersyariat ya haru bergerak. Tidak usah kawatir soal cuaca karena Allah mendesign tubuh kita dengan sempurna dan adabtip dengan cuaca panas mapun dingin. Tak banyak waktu yang tesedia untuk kita kecuali umur pada saat kita bersyariat. Maka harus gunakan kesempatan umur itu dengan kerja keras. Jangan menunggu bantuan fasiltias ada, jangan menunggu gaji besar, jangan menunggu modal datang, jangan menunggu cuaca nyaman, jangan tunggu besok atau nanti, bekerja keraslah dalam situasi dan kondisi apapun.. Kerja keras adalah tanda anda hidup dan begerak. Selagi anda jaga momentum ini maka takdir Allah akan berlaku untuk anda dengan kasih sayang allah.

4. Kerja benar
Apabila kita melangkah kejalan yang benar maka kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Kita harus bisa membedakan jalan yang benar belum tentu menuju ketempat yang sebenarnya. Kapitalisme adalah langkah yang benar tapi menimbulkan tiran secara sistematis hingga menimbulkan ketidak adilan, maka ini tujuannya tidak benar. Ini harus ditinggalkan. Laba setinggi tingginya adalah jalan yang benar untuk berbisnis tapi ternyata laba tinggi membuat kita over production karna pasar menciut. Maka ini tbukan tujuan yang benar. Kerja dengan gaji tinggi itu jalan yang benar tapi menimbulkan konsumsi yang tinggi juga adalah salah. Bersaing itu bagus tapi membuat orang lain teraniaya adalah tujuan yang salah. Kerja itu penting tapi menyediakan hidup hanya untuk syariat juga salah. Harus ada keseimbangan antara hablumminnallah dengan hablumminannas.

Kerja benar harus selalu tahu jalan yang benar untuk sampai pada tujuan yang sebenarnya. Hidup soal memilih dan Alam terbentang dengan begitu banyak pilihan kita. Jangan taklik dengan satu jalan atau cara. Bersikap ikhlas akan membuat kita dituntun untuk menentukan cara dan tujuan yang benar. Kemudian kita berbuat dengan cerdas dalam bersikap dan bekerja keras melewati itu semua. Insya Allah , apapun hasilnya , syariat telah menjadi bagian dari cara kita beribadah kepada Allah.

Wallahualam.

Tuesday, February 16, 2010

Zaman

Zaman adalah sebuah potret tentang masa kini dan masa lalu. Zaman, bercerita banyak untuk kita renungkan. Para pemuda di Zaman era Bung Hatta, Syahrir, Soekarno dan lainnya hanya berkumpul ketika berbicara tentang nasif bangsa, tentang masa depan bangsa yang bernama Indonesia. Mereka tak banyak. Hanya segelintir orang saja ketika itu. Namun karena mereka zaman terbentuk untuk lahirnya semangat kebersamaan mengusir penjajahan. Apa yang membuat mereka yang selintir itu mampu menyulap emosi jutaan rakyat yang takut kepada penjajah menjadi gagah berani untuk melawan? Ternyata energy magnit yang keluar dari setiap kata katanya. Sikap dan tekadnya menjadi energi raksasa menarik jutaan rakyat untuk masuk dalam satu barisan yang teratur.

Menurut ilmu pengetahuan bahwa semakin kecil suatu materi semakin besar energinya. Manusia termasuk materi yang terkecil dibandingkan kehidupan alam semesta.. Magnit jantung manusia adalah 5 kali magnit bumi. Walau kita masih lebih besar dibanding makhluk bakteri atau virus namun pada diri kita terdapat potensi yang mampu menggerakan energi itu menjadi kekuatan .Hanya saja magnit itu tetap tersimpan sebagai potensi. Keluarnya magnit manusia itu ternyata ada proses di alam mikrokosmos kita ,dimana GEN kita berperan untuk menyalakannya. Misteri GEN ternyata berhasil mengungkapkan hubungan “perasaan” dengan hubungan proses nyala / padam Gen itu sendiri. Artinya ada “ sesuatu”yang maha dahsyat ikut berperan mempengaruhi GEN kita bergerak.!

Kekuatan cinta yang tulus tanpa syarat itulah yang mampu menggerakan Gen positip kita untuk melahirkan magnit berantai hingga memukau semua orang yang ada disekitar kita. Cinta yang unconditional ini mengalirkan energi listrik yang raksasa , hingga dapat mempengaruhi perasaan takut menjadi berani, perasaan lelah menjadi tegar, perasaan kawatir menjadi percaya diri, perasaan lemah menjadi kuat. Nabi Muhammad dalam perang badar membuktikan itu. 300 pasukan muslim dengan senjata ala kadarnya mampu mengalahkan 1000 lebih pasukan kafir. Sjahrir dan Hatta, Mohammad Roem mampu memukau politisi Belanda dan AS ketika dimeja perundingan tentang kemerdekaan. Nabi, para pendiri negara kita , adalah mereka yang dilahirkan oleh zaman dimana cinta itu segala galanya.

Kecintaan kepada sesuatu dialam semesta ini sebagai repliksi dari kecintaan kepada Allah yang maha pemberi cinta , telah mampu membangkitkan Gen positip mereka untuk menjadi magnit lahirnya kebersamaan melawan ketidak adilan dimuka bumi. Islam yang dikomandoi Nabi dari kota kecil “ Madinah” telah menjalar kekuatan magnitnya sampai keseluruh jazirah Arab. Setelah beliau wafat, Islam terus berkembang sampai keseluruh dunia. Soekarno ,ketika berhasil menjadi presiden terpilih Indonesia, juga mampu mengalirkan magnit cinta itu keseluruh dunia. Kemerdekaan di Afrika dan Asia dari jajahan asing karena sebuah inspirasi tentang kegigihan Soekarno, tentang magnit yang dipancarkan oleh para pria /wanita Indonesia yang tampil gagah berani melawan segala bentuk penjajahan dimuka bumi. Kala itu kita dibanggakan oleh sepertiga penduduk planet bumi. Dikenal sebagai pembaharu dan digaris depan menuju peradaban yang lebih baik.

Lantas mengapa kita sebagai bangsa kini tidak lagi mampu membangkitkan potensi magnit itu dari dalam diri kita seperti halnya para pendiri negara kita dulu ? Kenapa mayoritas muslim di Indonesia tidak mampu seperti generasi awal kebangkitan Islam ? Kita menjadi komunitas bangsa yang resah, takut, pecundang dihadapan asing dan paranoid ? Mengapa ?

Ternyata biang persoalannya adalah karena kekuatan cinta sudah sirna pada diri kita. Cinta tak lagi tulus. Ketika cinta sudah bersyarat maka cahaya kebebasanpun kabur. Kita terisolasi dengan berbagai kondisi untuk bisa bergerak. Gen positip kita semakin sulit untuk menyala. Magnit pada diri kita terserap karena kecintaan kepada uang. Kita kemaruk soal harta, jabatan dan kesenangan dunia. Kita sibuk setiap hari berpikir dan bertindak untuk mendapatkan harta ,jabatan. Pada waktu bersamaan Gen negatif kita malah yang muncul. Rasa kawatir menjelma menjadi penyakit jantung. Rasa takut menjelma menjadi penyakit paranoid ( sakit jiwa ). Rasa lemah menjelma menjadi pecundang. Dan akhirnya lahirlah budaya brengsek yang semakin membuat kita hidup dalam paradox.

Senoga kita bisa menyadari ini semua untuk kembali kepada hakikat kita dilahirkan untuk cinta hanya kepada Allah agar pantas disebut sebagai rahmat bagi alam semesta.

Friday, February 05, 2010

Rasul kita

Nabi Muhammad SAW, adalah rasul akhir zaman yang ditampilkan oleh Allah sebagai Nabi yang tunduk dengan sunattullah. Tidak ada kehebatan Nabi seperti Hercules yang berotot baja. Atau seperti Nabi Musa yang tinggi besar serta dapat merubah tongkat jadi ular. Atau seperti Ibrahim yang tak tersentuh oleh api. Nabi Sulaiman yang bisa bicara dengan binatang. Nabi Daud yang bisa melunakkan besi. Nabi kita ini, Nabi yang terluka ketika memimpin pasukan di medan perang. Sakit karena diguna gunain oleh dukun jahat. Harus berlari dan bersembunyi karena dikejar kaumnya yang jahat. Terusir dari kota kelahirannya. Sejak kelahiran sampai dewasa selalu dirudung duka karena orang yang di cintainya, yang melindunginya diambil Allah.

Apabila GEN merupakan sunatullah manusia yang menyimpan memori hard disk keturunan manusia maka benarlah Allah sudah mempersiapkan manusia terbaik untuk menjadi pemimpin dunia ini secara sunatullah pula. Dia bukan keturunan jongos dan juga bukan keturunan preman. Soal bibit dan bobot maka , Nabi Muhammad adalah terlahir dari keturunan yang berkualitas tinggi. Keluarga bangsawan dari Bani Ismail AS , terhormat diantara kaumnya serta petarung gagah berani di antara suku yang ada di Jazirah Arab. Juga dikenal sebagai pembela agama Tauhid ( Agama Nabi Ibrahim).. Ayahnya ,Abdullah bin Hasyim adalah putra terbaik budinya dari sepuluh bersaudara. Ibunya , Aminah binti Wahab, wanita berbudi dan tegar dalam keimanan kepada Allah. Orang menghindari lari ke keluar kota ketika Mekah diserang oleh Pasukan Gajah namun Aminah memilih tetap di kota Mekah dan menyerahkan perlindungan dirinya kepada Allah.

Tidak seperti Nabi isya yang terlahir dari ruh Allah tanpa Ayah dan dapat berbicara ketika bayi. Diangkat sebagai rasul dalam usia muda. Namun Muhammad , membutuhkan proses berinteraksi yang lama diantara kaumnya sampai batas usia matang, yaitu 40 tahun. Life begins at forty . Sampai dengan usia empat puluh tahun, Nabi Muhammad diuji ke pribadiannya dan terbukti dikenal luas oleh kaumnya bahwa dia orang yang jujur dan rendah hati. Ini juga sunatullah untuk memberikan keyakinan kepada kaumnya ketika dia diangkat sebagai rasul dan menyampaikan risalah Agama. Bahwa berita yang disampaikannya adalah benar karena disampaikan oleh orang yang benar dan sudah teruji kebaikannya seumur hidup.

Walau dia terlahir dari keluarga besar bangsawan dan dihormati dikalangan kaumnya namun dia hidup sebagai yatim dan diasuh oleh kakeknya 'Abd al-Muththalib dan kemudian oleh pamannya Abu Thalip. Pamannya bukanlah termasuk orang yang kaya diantara saudara saudaranya yang saudagar. Itulah sebabnya Muhammad dari sejak masa kecil , remaja, hidup mandiri , bekerja sebagai penggembala ternak. Dapat dibayangkan kehidupan seorang yatim yang tinggal dengan seorang paman yang miskin dengan banyak anak. Sudah jelas tak seindah hidup bersama orang tua sendiri. Tapi dari latar belakang yatim lagi piatu itu , dan hidup menumpang dengan keluarga paman, membuat Nabi terlatih mengelola dirinya sendiri untuk sempurna. Terbukti setelah dewasa dia tampil sebagai enterpreneur yang hebat.

Sebagai rasul , Nabi Muhammad SAW , tidak ditempatkan diantara kaum yang modern, intelektual dan beradab seperti bangsa Romawi.. Dia terlahir di kota Mekah yang jauh dari peradaban modern dan terpencil.. Dikenal sebagai kaum penjelajah, terbelakang dan kuno.Ini juga sunatullah untuk menjadikan seorang terbaik maka dia harus mampu tumbuh menjadi baik dilingkungan yang buruk. Pemimpin memang seharusnya ditempa dari masalah dan kesulitan untuk menjadikan dia sempurna. Kita pahami itu sebagai sunatullah ulat didalam kepompong yang berusaha keluar untuk menjadi kupu yang indah.

Nabi akhir zaman ini menutup usianya dihadapan keluarga dan sahabatnya namun ketika dimakamkan tak ada sahabat terbaiknya mengantar sampai keliang kubur karena semua sibuk memikirkan siapa penggantinya setelah beliau wafat untuk meneruskan misinya sebagai rahmat bagi alam semesta. Dari seorang Rasul, kekasih Allah, yang namanya bersanding indah bersama Allah dipintu gerbang sorga , kita mendapatkan pelajaran berharga tentang sunatullah. Itulah hakikat manusia yang harus sadar bahwa hidup bukanlah tempat untuk bersenang senang tapi adalah proses untuk menjadi sempurna, sebagaimana firman Allah tentang sosok pribadi Muhammad "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."(Al-Qalam: 4) Dan untuk itu tidak mudah dan tidak manja...

Tuesday, February 02, 2010

SBY

“Your president is very tolerant with the law and culture. His political style truly humbled” Kata teman saya ketika saya bertemu dalam satu kesempatan. Teman ini terkesan dengan sikap presiden dalam menyelesaikan berbagai masalah politik dalam negeri maupun luar negeri. Ungkapan ini acap saya dengar dari slogan Partai Demokrat yang mengutamakan politik egeliter, santun dan saling hormat menghormati serta menempatkan hukum diatas segala galanya. Sikap ini adalah cermin dari pribadi seorang SBY. Padahal” He is a soldier with a four-star” lanjut teman saya yang seakan memperkuat logika bahwa sikap SBY adalah antagonis terhadap latar belakang dia dibesarkan.

Saya tak mengenal terlalu jauh tentang SBY. Tapi saya tahu betul bahwa didekatnya ada sahabat saya yaitu Achmad Mubarok, yang saya kenal baik. Achmad Mubarok adalah seorang tokoh religius yang dibesarkan dikalangan NU dan intelektuali yang rendah hati. Pernah satu kesempatan sebelum Partai Demokrat berkibar atau exist, saya sempat bertanya sikapnya yang selalu diam dalam setiap debat diskusi. Kesan saya dia terlalu lemah untuk berbeda pendapat. Tapi apa jawabannya atas sikapnya ” sikap diam saya bukanlah tidak sependapat atau sependapat dengan orang lain tapi hanya sekedar meyakinkan orang itu bahwa saya bersedia mendengar. Mungkin itu lebih baik bagi dia daripada saya menyangkalnya. ” Itulah pribadi sahabat saya ini dan itu pula mungkin dia cocok untuk terus bersama SBY.

Achmad Mubarok bukanlah orang yang doyan dengan kekuasaan dan kehormatan. Dia tak ingin duduk di DPR walau kesempatan untuk itu ada. Diapun tak ingin duduk di kabinet walau dia sangat dekat dengan SBY.Penguasaan agama yang begitu luas dan pergaulan yang luas dikalangan pelajar Islam didalam maupun luar negeri telah menempatkannya sebagai pribadi yang tawadhu. Tak sulit baginya untuk mematahkan setiap argumen orang dalam tesis agama maupun sekular tapi dia memilih menjadi pendengar yang baik. Bila dia berbicara maka itu karena orang meminta dia berbicara. Seperti kotbah agama, atau dalam forum diskusi. Kadang kata kata yang keluar dari mulutnya terkesan pedas” Kebenaran itu kalau disampaikan oleh orang yang berbeda paham kadang terdengar sangat pedih.” dan dia tidak peduli bila karena itu orang kecewa dengannya.

Begitulah tentang sahabat saya itu yang dipercaya oleh SBY sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Saya tidak tahu apakah SBY dalam sikap kesehariaannya sebagai presiden dipengaruhi oleh Achmad Mubarok. Tapi kata orang bijak, sikap kita dipengaruhi oleh orang terdekat kita” . Kenyataanya yang ada dimana situasi politik kita yang diwarnai oleh gaya politik para elite yang sarat dengan kepentingan golongan, memang terkesan mendapat ruang kebebasan dalam bersikap dan berbicara.. Pansus DPR , protes LSM , Protes Tokoh Masyarakah adalah repliksi dari pribadi SBY yang memang tahu betul bahwa orang membutuhkan untuk didengar. Dengan kekuasan yang ada ditangannya, dan dukungan significant dari rakyat, tak sulit bagi SBY untuk meredam itu semua tapi dia memilih untuk menghadapinya dengan santun.

Bagi kebanyakan orang menilai SBY bersikap lambat dan tidak tegas. Sebetulnya kita lupa bahwa sebuah tindakakan yang bijak bukanlah dinilai dari apa yang kita lihat dan dengar tapi lebih daripada itu apa yang kita rasakan. Disinilah seseorang dituntut untuk berdialogh dengan dirinya, juga dengan Tuhan. Akal ditempatkannya sebagai raja dalam dirinya namun nuraninya sebagai hakim agung untuk menilai dan kemudian memanfaatkan nafsunya sebagai laskar untuk bertindak. Itulah sebabnya sikap dan perbuatannya terkesan lambat dan tidak tegas karena nafsu dibawa komando akal yang loyal kepada nurani sebagai hakim agung dalam dirinya.

Masalah bangsa ini adalah masalah karakter. Kita ingin semua serba cepat dan mudah, yang dibungkus oleh sikap paranoid tentang segala hal. Ya, kita benci neoliberal tapi bukan berarti kita membenci semua hal tentang liberalisasi yang akhirnya membuat kita kembali ke sistem yang otoriter business dan kekuasaan. Kita marah dengan korupsi tapi bukan berarti kita harus terjebak dengan paranoid buta. Seharusnya dengan concern kita yang besar terhadap korupsi dan neoliberal, dasar kita semua bersikap seperti Firman Allah ( Al Baqarah : 45) ”Mintalah bantuan pada sabar dan shalat; dan sesungguhnyalah yang demikian itu benar benar berat kecuali bagi mereka yang khusyu” . Demikianlah tentang SBY...Wallahualam

Monday, February 01, 2010

Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar adalah ulama controversial. Konon katanya Siti Jenar tidak mati dalam hukuman tapi mati sesuai kehendaknya sendiri dihadapan para Walisongo. Konon nya lagi setelah minum air tirtanirmaya ( air tanpa bayangan) dalam sekejap Siti Jenar berubah menjadi jenazah. Inilah kematian yang dipilihnya , dimana bila saat nya tiba tak ada memiliki keinginan apapun. Kuburan Siti Jenar masih misteri.Menurut cerita para Walisongo , jenazah Siti Jenar berubah menjadi anjing sebelum dimakamkan. Namun cerita dari pengikut Siti Jenar , tidak. Itu akibat ulah dari kebohongan para Walisongo yang mengganti mayat Siti Jenar menjadi anjing agar pengikutinya sadar bahwa gurunya sesat. Bahkan cerita dari pengikut ajaran Siti Jenar ini dikaitkan dengan konspirasi kekuasaan Sultan Demak dan para Walisongo yang ingin menjauhkan ajaran Siti Jenar dari masyarakat. Alasannya adalah ajaran Siti Jenar mengajarkan kebebasan Individu dalam beragama dan bersosial. Kelompok Utan Kayu menyebut bahwa Siti Jenar adalah ulama yang mengajarkan tentang al-musyârakah yang bertumpu kepada kesetaraan dan kebersamaan. Kira kira sama dengan sistem demokrasi sekarang. Ajaran ini yang awalnya diperkenalkan di Cirebon , akhirnya meluas sampai ke seluruh tanah jawa.Ajaran ini cepat diterima masyarakat , khususnya rakyat jelata yang merasa tertindas oleh penguasa dan bangawan.

Inti dari ajaran Siti Jenar adalah manunggalin kawula Gusti (Tarekat Akmaliyah) atau penyatuan Tuhan dengan Manusia. Bila Tuhan itu maha perkasa dan maha adil maka tak ada alasan bila manusia menjadikan yang lain tidak perkasa dan tidak berkuasa, menjadi terdakwa. Manusia itu utuh dalam segala sifat yang dimiliki oleh Allah. Mandiri tak tergantung siapapun. Karena itu pula sholat berjamaah di Masjid dianggap mengingkari eksistensi manusia. Bahkan manusia itu tidak perlu sholat lima waktu. Karena intinya manusia ya Tuhan. Didunia ini, manusia itu mati dan baru hidup ketika jasad lepas dari raga. Yang membuat gerah para pemimpin tempo dulu terhadap ajaran Siti Jenar adalah kehebatan ilmu nalarnya ( Ilmu logika/akal) yang membuat hal yang gaip menjadi mitos untuk diragukan kebenarannya. Logika mereka sangat kuat hingga hampir sulit dikalahkan dalam setiap debat dengan orang yang memahami agama secara dangkal. Bahkan bagi orang yang ilmu agamanya cetek bisa sesat seketika. Kemudian ajaran ini mengharamkan kebenaran karena pendapat orang lain atau pendapat para penguasa ataupun ulama. Kebenaran itu absolut yang menyatu dengan Tuhan yang bersemayam di kalbu manusia. Jadi manusia tidak butuh pendapat orang lain kecuali pendapat kalbunya. Sementara ketika itu agama ( ulama ) sudah menyatu dengan kekuasaan dan kaum bangsawan. Makanya Siti Jenar diancam hukum mati oleh Sultan Demak.

Kita bisa berprasangka baik tentang Siti Jenar yang marah karena ulama semakin dekat kepada penguasa hingga menzolimi rakyat jelata. Karena ada hadith nabi ” Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami). Saya tidak tahu sahih nya hadith ini namun ada juga firman Allah “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (yang tidak menjalankan Al Qur’an dan Hadits) [Al A’raaf:3]. Ini mungkin dijadikan pijakan bersikap dan inti dari ajaran Siti Jenar. Namun yang anehnya, kemarahan Siti Jenar menggiring akalnya kepada dirinya sebagai Tuhan dan melupakan eksistensinya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dengan sunatullah.

Inti dari manusia adalah menyatu dengan hukum dan ketetapan dari Allah ( sunatullah). Bukan menyatu dengan Allah. Untuk melaksanakan Hukum dan ketetapan Allah itu, manusia wajib bersyariat. Allah memang memberikan makanan kepada burung tapi tidak pernah menempatkannya kedalam sangkar. Kualitas manusia tergantung dari kualitas syariatnya ( Ikhtiarnya ). Begitupula, kualitas beragama seseorang ditentukan oleh syariatnya. Dalam tasawuf jenjang itu adalah syariat, hidayat, hakikat, dan ma’rifat. Ibarat tangga maka manusia tidak bisa langsung lompat ke anak tangga terakhir ( ma’rifat). Harus mengikuti sunnatullah. Proses ini harus dilewati setahap demi setahap.. Inilah yang tidak diakui oleh Siti Jenar. Akibatnya dia dinyatakan aliran sesat oleh para Wali,

Manusia tidak akan bisa mendapatkan hidayah ( Petunjuk ) dari Allah tanpa berusaha ( bersyariat) lewat bersyahadat, sholat, puasa, zakat, Haji. Syariat itu harus dilakukan dengan sungguh sungguh berdasarkan rukun iman agar dapat meraih ”hidayah ” dari Allah. Jadi untuk meraih ”hidayah/ Petunjuk ” saja begitu panjangnya syariat yang harus kita tempuh. Bila kita sudah mendapatkan ”hidayah ” maka syariat kita harus lebih berkualitas dengan memperdalam taffakur yang intens untuk mendapatkan ” hakikat ”. Nah, bila hakikat ini didapat maka , jalan terakhir meraih kesempurnaan adalah menuju ma’rifat.. Pada fase ini manusia sudah menjadi mukhlis, insan kamil. Tapi jalan menuju itu panjang dan penuh dengan cobaan yang tak sedikit. Jadi bukan hanya eling...

Wednesday, January 27, 2010

Management ?

Dari berbagai literatur buku dalam dan luar negeri, ada banyak sekali pengertian tentang Management. Namun pengertian itu selalu bicara tentang menagement sebagai suatu alat atau cara , management sebagai suatu kekuataan, magement sebagai suatu fungsi , managemetn sebagai suatu sistem, management sebagai suatu proses.. Begitu hebatnya pembahasan tentang management yang diajarkan dibanyak kampus tapi tetap saja perusahaan besar yang dibangun dengan segala resource limbung dan jatuh. Tetap saja negara besar seperti AS limbung dan terseok. Tetap saja raksasa ekonomi seperti Jepang, harus lempar anduk dari pasar uang global. Lantas , dimana makna management yang selama ini diajarkan ? Dimana alat itu ? kekuatan itu ? fungsi itu ? proses itu ? sistem itu ? Dimana ?

Pertanyaan ini pernah saya ajukan kepada salah satu professor di Beijing. Jawabannya sederhana bahwa Management itu berhubungan dengan manausia. Titik. Kalaupun ada barang dan modal yang terlibat dalam management maka itu tak lebih adalah pelengkap dan bukan penentu sebagai alat atau kekuataan atau fungsi atau lainnya. Kesalahan yang paling fatal adalah menempatkan manusia sejajar degnan sumber daya yang ada.. Mungkin teman saya ini melihat perpekstif management dari sisi sosialis. Tapi dari sisi kapitalism memang Manusia itu adalah alat atau cara untuk melaksanakan fungsi dan kekuatan modal.. Dua perspektif yang berbeda. Tapi esensinya sama, yaitu tiran. Dua duanya mengorbankan manusia, untuk kepentingan pertumbuhan harta.

Bila terjadi kiris moneter dari sistem kapitalis yang over liquid ( inflasi ) kemudian berimbas kepada krisis pasar yang over production (Deplasi ), gabungan ini disebut menjadi krisis struktural dalam tatanan ekonomi dunia. Kita melihat ketika suku bunga turun , mata uang melemah, seharusnya ekpansi kredit bank meningkat untuk mendorong sektor riel.. Tapi kenyataannya kredit bank tidak juga meningkat atau suku bunga tidak significant mempengaruhi peningkat LDR bank. Dari sini sistem kapitalis tersungkur dengan basic teorinya dikarenakan peningkatan sektor riel melemah akibat over production secara global. Artinya terjadinya kontraksi secara struktural antara dua sistem yang berbeda. Ini semua terjadi karena implikasi dari terlanjur salah memaknai tentang management.

Persepsi tentang Management memang harus direformasi atau harus ada transformasi dari management ala sosialis dan kapitalis menjadi management memanusiakan manusia untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Untuk apa memacu produksi bila menguras sumber daya berlebih diluar kebutuhan pasar. Disatu sisi untuk apa meningkatkan pertumbuhan uang beredar dipasar uang dan modal bila produksi melemah karena imbals hasil antar sektor timpang. Belum lagi focus management kepada peningkatan harta yang melahirkan ilusi harga, ilusi business dan akhirnya ilusi manajemen yang dibungkus kantor mentereng, facilitas yang mewah dan standard gaji yang tinggi. Sangat renta , tak stabil.!

Islam punya platform yang jelas tentang konsep management untuk berbagai kepentingan manusia mengelola urusannya didunia. Esensinya adalah The right thing in the right way. Hal yang benar dengan cara yang benar. Hal yang benar ( the right thing ) itu bersumber kepada kekuatan spiritual , hati nurani bersikap tentang cinta dan kasih sayang. Tidak berlebihan mengejar laba namun memuaskan public sebagai konsumen. Gaji yang tidak berlebihan namun cukup. Jujur, transfarance, rendah hati , setia serta berbagai sifat mulia lainnya yang hanya dipahami oleh ketakwaan kepada Allah. . Sementara cara yang benar ( The right way ) adalah ilmu pengetahuan yang tepat dan cukup untuk menyelesaikan urusan yang benar. Artinya serahkan segala sesuatu kepada ahlinya. ( hadith Nabi).

Jadi Islam merapkan Management berfokus kepada Manusia yang berakhlak dan berilmu sebagai titik kekuatan untuk melaksanakan fungsi barang, modal bergerak bagi kesejahteraan umat manusia dimuka bumi. Mungkinkah sosialis dan kapitalis menyadari kesalahan mereka. ?

Saturday, January 23, 2010

Kebahagiaan

Ketika dialogh dengan sahabat, ada sesuatu yang menarik ketika dia bertanya “ Apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan”. Saya tahu bahwa dia sudah menemukan jawaban menurut versinya berdasarkan taffakur. Tapi saya mencoba untu menjawab menurut versi saya sendiri. Bahwa kebahagiaan itu adalah ketika kita tidak lagi bertanya. Tidak ada reaksi apapun dari teman ini atas jawaban saya itu. Kemudian saya mulai masuk dalam analogi sederhana tentang jawaban saya itu dan dia mulai tersenyum. Jawaban sederhana tapi tidak mudah untuk menerapkannya. Begitulah bahagia itu sangat sederhana tapi tidak banyak orang dapat memahaminya.

Kebahagiaan itu berkaitan dengan jiwa. Antara jiwa dan raga selalu berinteraksi tentang rasa dan karsa. Kadang interaksi ini mengakibatkan komplik yang tak berkesudahan. Komplik ini datang dari raga kita dalam bentuk pertanyaan yang tak berkesudahan. Ketika anda melihat orang kaya, kita bertanya ” Kenapa dia kaya dan mengapa bukan saya ?Melihat wanita cantik melintas didepan kita, kitapun bertanya ” oh cantiknya wanita itu. Mengapa bukan dia istri atau pacar saya ?. Ketika melihat orang berkuasa , kitapun bertanya mengapa bukan saya yang jadi persident atau mengapa bukan saya yang jadi pemimpin. Ketika kita sakit, kita bertanya ” mengapa saya tidak sesehat orang lain dan mengapa sakit ini datang? Ketika bencana datang ,kita bertanya ” mengapa harus saya?

Pertanyaan tersebut diatas akan panjang sekali hingga tak ada ujungnya. Dalam kondisi apapun kita akan terus bertanya dan bertanya. Pesatnya ilmu pengetahuan juga karena hasrat yang tinggi untuk terus bertanya. Pesatnya ekonomi suatu bangsa karena hasrat tinggi untuk terus bertanya. Setiap pertanyaan itu memacu orang untuk mengabaikan apa yang sudah diraihnya dan berjuang untuk mendapatkan apa yang masih menjadi tanda tanya itu. Kita berargumen tentang ”tanya ” ini sebagai sikap aktif , progressive atau tidak nrimo. Ini menjadi budaya keseharian kita sebagai ujud berkompetisi. Budaya kompetisi dilegalkan untuk meraih apa saja. Termasuk untuk jadi pemimpin untuk mengendalikan orang banyak.

Tanpa terasa kita terjebak dalam ruang yang tak menghasilkan apa apa. Kemarin kita berjuang keras karena sebuah ”tanya” dan hari ini kita raih itu namun kembali berjuang untuk sebuah ”tanya” agar besok kita dapatkan. Ketika besok kita dapatkan maka yang kemarin akan terlupakan untuk kembali berjuang dan melupakannya. Artinya dalam ”waktu:” kemarin , hari ini dan besok kita nothing. Terperangkap dalam kesia siaan. Padahal dalam rentang waktu itu kita telah mengorbankan segala galanya., tapi suatu pengorbanan yang bersyarat untuk besok karena kemarin dan hari ini bukanlah apa apa bagi kita. Itulah biang persoalan manusia modern dan kita hidup dalam kondisi kapitalis yang berkompetisi.

Bila anda tidak lagi bertanya maka hari ini adalah milik anda. Lah artinya kita tidak progresif dan nrimo? Tidak ! Kita hanya berusaha menjadi sempurna atas nikmat yang kita terima hari ini. Apa itu ? Nikmat umur. Nikmat waktu. Karena memang hanya hari ini yang menjadi milik kita. Kemarin sudah menjadi masa lalu dan tak akan pernah kembali. Sementara masa depan bukanlah milik kita karna belum terjadi. Lantas bagaimana caranya agar kita tidak terjebak oleh permainan waktu ini ? Caranya ya sederhana saja. Mulailah bersyukur dengan segala kondisi apapun, dalam susah maupun senang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin. Jelek maupun cantik, gemuk maupun langsing .

Rasa syukur ini akan menjelma menjadi kebahagiaan pada hari ini dan untuk mempersiapkan besok maka lengkapilah dengan Ikhlas.Untuk ikhlas , maka bersabarlah karena besok kalau kita masih hidup , toh akan menjadi tak lebih sama dengan masa kini. Kita tidak mungkin makan sepuluh piring sekali makan dan kaki kita akan tetap menginjak bumi, ya kan. Sama. Dan bila besok kita almarhum, semua menjadi lain karena yang kita bawa hanyalah sifat syukur, ikhlas dan sabar. Itulah hakikat kita diadakan untuk meraih kebahagiaan didunia dan diakhirat.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...