Rating adalah peringkat untuk menentukan kelas. Dalam dunia keuangan , kelas ditentukan oleh lembaga rating. Lembaga ini punya Standard Operating Procedure untuk menentukan rating suatu surat berharga pasar uang maupun pasar modal dan saham. Semakin tinggi reputasi suatu lembaga Rating semakin dipercaya rating yang dipublikasikan. Seperti dijepang ada , Rating & Investment (R&I), Japan Credit Rating Agency (JCRA),di AS ada A.M. Best , Dun & Bradstreet, Fitch Ratings, Moody's, Standard & Poors, di Autralia ada Baycorp Advantage. Di Kanada ada Dominion Bond Ratin Service dan di Indonesia ada lembaga Pemeringkat Efek.
Kemudian istilah Rating ini juga dipakai dalam berbagai kehidupan social. Berbagai Lembaga Rating dibentuk yang berkaitan dengan Pendidikan, LSM, Acara Telivisi dan sampai kapada Homepage didunia internet. Dibidang pendidikan, lembaga rating menjadi acuan mahasiswa atau pelajar untuk memilih universitas atau sekolah yang mereka inginkan. Begitu juga dengan Acara televise, rating sangat berpengaruh bagi pemasang iklan untuk membeli jam tayangnnya. Dunia internet juga, rating akan mempengaruhi jumlah pemasang iklan. Bahkan lembaga LSM akan mudah mendapatkan simpati dan bantuan dari masyarakat apabila ratingnya tinggi.
Dalam bentuk lain, Rating juga hadir dalam bentuk publikasi dari media massa yang berbobot. Seperti di AS Majalah Forbes , Fortune , Majalah SWA di Indonesia dan Koran Kompas. Media Massa walau bukan sebagai lembaga rating resmi namun publikasi yang disampaikannya telah menjadi sebuah pengakuan dan dipercaya oleh public sebagai rating. Bahkan media massa bersama lembaga polling ikut memberikan rating bagi kandidat president untuk dipercaya oleh public. Jadi, tidak ada lagi ruang social ,ekonomi dan budaya yang dapat menghindar dari rating.
Lembaga Rating bukanlah Government Body. Ini adalah lembaga swadaya masyarakat yang dikelola oleh para intelektual disegala bidang. Idealisme tentang lembaga pemantau untuk lahirnya objectivitas agar public tidak diperdaya oleh mekanisme pasar adalah tepat untuk kehadiran rating. Disamping tentunya agar system pasar bekerja secara efisent dan efektif. Namun perjalanan waktu, kepercayaan yang begitu tinggi terhadap keberadaan lembaga rating ini telah mengakibatkan lembaga rating sebagai lembaga business oriented. Maka konspirasi antara yang mendapatkan berkah dari rating dan pemberi rating terjadi dengan apik. Publikpun ditipu . Batas moral tentang kebenaran dan kebaikan terdeviasi.
Sebuah kenyataan yang meneyedihkan adalah lembaga rating telah merendahkan legitimasi negara dihadapan public.Berbagai surat hutang negara ditentukan kepercayaannya dari lembaga rating ini. Juga telah merendahkan lembaga agama dan budaya, terbukti jauh dari rating. Lembaga rating sudah tidak lagi seratus persen melihat data fundamental. Rating diangkat dari symbol symbol materialistis. Negara yang banyak berproduksi dan berkosumsi ratingnya tinggi. Perusahaan yang banyak beriklan , ratingnya tinggi. Sekolah atau kampus yang megah, ratingnya tinggil. Tayangan TV tak bermutu , ratingnya tinggi. LSM yang rajin mengadakan jumpa pers , ratingnya tinggi. Calon president yang rajin pasang iklan , ratingnya tinggi. Semua karena rating, orang melakukan apa saja untuk mendapatkan kepercayaan dari public dan mendulang untung dari itu.
Kini, sebuah fakta terungkap dengan jelas. Lembaga Rating tidak lebih hanyalah penipu ulung. Berbagai rating berkatagori tinggi seperti AAA, AA, A, BBB yang dikeluarkan atas surat berharga , hancur karena gagal bayar. Saham ber rating "blue chip" dengan harga berlipat akhirnya terjun bebas.. LSM , yang ratingnya tinggi ternyata tidak lebih hidup dari pesanan pengusaha dan penguasa. Kampus dan sekolah yang ratingnya tinggi ternyata hanya menghasilkan gerombolan penipu di bursa dan pemerintahan. Televisi yang ratingnya tinggi ternyata hanya menghasilan acara sampah. Perusahaan yang ratingnya tinggi ternyata tempat bercokolnya orang orang penipu. Calon president yang ratingnya tinggi ternyata tidak lebih pengekor dan bukan pembaharu.
Pada akhirnya kita disadarkan bahwa krisis terjadi akibat sebuah system yang memang dari awal sudah salah. Karena semua pada akhirnya adalah kepentingan pasar yang bebas direkayasa untuk menipu. Dan kita semua tertipu dengan "rating" dan menjadi korban tanpa kita pernah menyadari itu semua, dengan terbukti kita lebih suka dengan semua yang bermerek terkenal dan tinggal ditempat high class agar rating social kita tinggi.
Kemudian istilah Rating ini juga dipakai dalam berbagai kehidupan social. Berbagai Lembaga Rating dibentuk yang berkaitan dengan Pendidikan, LSM, Acara Telivisi dan sampai kapada Homepage didunia internet. Dibidang pendidikan, lembaga rating menjadi acuan mahasiswa atau pelajar untuk memilih universitas atau sekolah yang mereka inginkan. Begitu juga dengan Acara televise, rating sangat berpengaruh bagi pemasang iklan untuk membeli jam tayangnnya. Dunia internet juga, rating akan mempengaruhi jumlah pemasang iklan. Bahkan lembaga LSM akan mudah mendapatkan simpati dan bantuan dari masyarakat apabila ratingnya tinggi.
Dalam bentuk lain, Rating juga hadir dalam bentuk publikasi dari media massa yang berbobot. Seperti di AS Majalah Forbes , Fortune , Majalah SWA di Indonesia dan Koran Kompas. Media Massa walau bukan sebagai lembaga rating resmi namun publikasi yang disampaikannya telah menjadi sebuah pengakuan dan dipercaya oleh public sebagai rating. Bahkan media massa bersama lembaga polling ikut memberikan rating bagi kandidat president untuk dipercaya oleh public. Jadi, tidak ada lagi ruang social ,ekonomi dan budaya yang dapat menghindar dari rating.
Lembaga Rating bukanlah Government Body. Ini adalah lembaga swadaya masyarakat yang dikelola oleh para intelektual disegala bidang. Idealisme tentang lembaga pemantau untuk lahirnya objectivitas agar public tidak diperdaya oleh mekanisme pasar adalah tepat untuk kehadiran rating. Disamping tentunya agar system pasar bekerja secara efisent dan efektif. Namun perjalanan waktu, kepercayaan yang begitu tinggi terhadap keberadaan lembaga rating ini telah mengakibatkan lembaga rating sebagai lembaga business oriented. Maka konspirasi antara yang mendapatkan berkah dari rating dan pemberi rating terjadi dengan apik. Publikpun ditipu . Batas moral tentang kebenaran dan kebaikan terdeviasi.
Sebuah kenyataan yang meneyedihkan adalah lembaga rating telah merendahkan legitimasi negara dihadapan public.Berbagai surat hutang negara ditentukan kepercayaannya dari lembaga rating ini. Juga telah merendahkan lembaga agama dan budaya, terbukti jauh dari rating. Lembaga rating sudah tidak lagi seratus persen melihat data fundamental. Rating diangkat dari symbol symbol materialistis. Negara yang banyak berproduksi dan berkosumsi ratingnya tinggi. Perusahaan yang banyak beriklan , ratingnya tinggi. Sekolah atau kampus yang megah, ratingnya tinggil. Tayangan TV tak bermutu , ratingnya tinggi. LSM yang rajin mengadakan jumpa pers , ratingnya tinggi. Calon president yang rajin pasang iklan , ratingnya tinggi. Semua karena rating, orang melakukan apa saja untuk mendapatkan kepercayaan dari public dan mendulang untung dari itu.
Kini, sebuah fakta terungkap dengan jelas. Lembaga Rating tidak lebih hanyalah penipu ulung. Berbagai rating berkatagori tinggi seperti AAA, AA, A, BBB yang dikeluarkan atas surat berharga , hancur karena gagal bayar. Saham ber rating "blue chip" dengan harga berlipat akhirnya terjun bebas.. LSM , yang ratingnya tinggi ternyata tidak lebih hidup dari pesanan pengusaha dan penguasa. Kampus dan sekolah yang ratingnya tinggi ternyata hanya menghasilkan gerombolan penipu di bursa dan pemerintahan. Televisi yang ratingnya tinggi ternyata hanya menghasilan acara sampah. Perusahaan yang ratingnya tinggi ternyata tempat bercokolnya orang orang penipu. Calon president yang ratingnya tinggi ternyata tidak lebih pengekor dan bukan pembaharu.
Pada akhirnya kita disadarkan bahwa krisis terjadi akibat sebuah system yang memang dari awal sudah salah. Karena semua pada akhirnya adalah kepentingan pasar yang bebas direkayasa untuk menipu. Dan kita semua tertipu dengan "rating" dan menjadi korban tanpa kita pernah menyadari itu semua, dengan terbukti kita lebih suka dengan semua yang bermerek terkenal dan tinggal ditempat high class agar rating social kita tinggi.