“ We are now facing more than just a financial mess; almost every other major institution is under threat. The political system is adrift; public schools are failing; the borders are porous; the intelligence agencies are dysfunctional; the inner cities are infested with drugs and gangs; the family is broken; and millions are fleeing their churches. In most of our institutions there is poor leadership. A survey by Harvard's Center for Public Leadership revealed 77 percent of Americans believe the country faces a leadership crisis; this is prevalent across 12 different institutions and leadership groupings. In the survey, Congress, the executive branch, the business community and the media ranked in the lower echelons. Democratic capitalism is based on widespread social trust - especially, trust in leaders. Without this confidence, the whole system threatens to unravel. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. “ ini adalah komentar dari Jeffrey T. Kuhner is a columnist at The Washington Times sehubungan dengan adanya credit crisis dan dilanjutkan dengan bail out oleh pemerintah sebesar USD 700 billion.
Ungkapan tersebut diatas ingin menyadarkan public AS bahwa krisis terjadi harus disikapi secara fundamental terhadap akar masalah. Dana talangan tidak akan menjamin perbaikan ekonomi AS. Ini hanya mengobati rasa sakit tapi tidak menghilangkan sumber penyakit. Biang penyakit sebenarnya adalah ada pada kemorosotan moral para pemimpin AS. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. Saya terhenyak membaca komentar oleh kolumnis yang disegani di AS ini. Padahal sebelumnya para pemimpin AS begitu bangganya mengeksport paham kapitalisme dan demokrasi kepada seluruh dunia. Mereka memaksakan agenda demokrasi dan kapitalisme , neo liberal disemua sector tapi mereka lupa satu hal bahwa apapun ideology haruslah didukung oleh kepercayaan public terhadap pemimpinnya. Dan itu hanya mungkin bila pemimpinnya mempunyai moral spiritual yang tinggi.
Di AS para politisi berusaha menghilangkan ruang agama dalam setiap pembahasan regulasi. Kampanye hidup bebas dan individualisme telah membuat banyak gereja kosong dan bahkan ada yang dilelang. Namun , Islam tumbuh dan berkembang secara significant di AS. Kedatangan Islam di AS menjawab semua kebutuhan spiritual masyarakat AS yang mulai gamang dengan masa depannya. Lambat tapi pasti, Islam mulai menjadi agama yang diperhitungkan. Keagungan peradaban Islam tempo dulu ,kini mulai diulas oleh berbagai seminar. Spiritual Islam dan kehebatan sejarah peradaban islam , banyak digunakan oleh perusahaan Raksasa AS sebagai cara memotivasi karyawan untuk tumbuh dan berkembang ditengah arus globalisasi. Mereka sadar globalisasi bukan seperti yang kuat memakan yang lemah tapi globalisasi seperti ketika Islam menguasai dunia, dimana kemakmuran dan keadilan , perdamaian mewarnai seluruh pelosok bumi.
Sementara itu, kalangan politisi AS terus meniupkan kebencian terhadap pengaruh Islam diseluruh dunia. Bahkan negara yang mendukung kekuatan gerakan islam akan menuai kesulitan untuk memperoleh dukungan pendanaan dari lembaga multilateral. Ulah AS terhadap Afghanistan, Pakistan, Irak , Sudan adalah bukti betapa rendahnya moral politikus AS dan selama ini hanya ditonton saja oleh public AS. Namun , dengan kejatuhan wallstreet dan mega scandal dibidang keuangan, maka public AS baru sadar bahwa musuh mereka sebenarnya bukanlah Islam tapi diri mereka sendiri. Dan islam selama ini berjuang tidak lebih hanya untuk mengingatkan umat manusia agar kembali kepada hakikat diciptakan oleh Allah bahwa manusia itu harus menegakan kebajikan dengan menjujung tinggi the truth, goodness dan justice. Dan itulah moral sebenarnya yang membuat semua fondasi social kokoh sepanjang masa.
Tapi akankah ini dapat dipahami oleh para politikus AS ? Keliatannya masih jauh sebagaimana ungkapan dari Jeffrey T. Kuhner “Don't expect to hear any of this from Sen. Barack Obama or Sen. John McCain. They are our leaders, after all. “Sangat menyedihkan dan keliatannya krisis ini tidak disikapi sebagai peringatan Allah. Mereka masih meremehkan situasi…Bagaimana dengan kita ?
Ungkapan tersebut diatas ingin menyadarkan public AS bahwa krisis terjadi harus disikapi secara fundamental terhadap akar masalah. Dana talangan tidak akan menjamin perbaikan ekonomi AS. Ini hanya mengobati rasa sakit tapi tidak menghilangkan sumber penyakit. Biang penyakit sebenarnya adalah ada pada kemorosotan moral para pemimpin AS. The solution is not more government regulation; it is moral and spiritual renewal. Saya terhenyak membaca komentar oleh kolumnis yang disegani di AS ini. Padahal sebelumnya para pemimpin AS begitu bangganya mengeksport paham kapitalisme dan demokrasi kepada seluruh dunia. Mereka memaksakan agenda demokrasi dan kapitalisme , neo liberal disemua sector tapi mereka lupa satu hal bahwa apapun ideology haruslah didukung oleh kepercayaan public terhadap pemimpinnya. Dan itu hanya mungkin bila pemimpinnya mempunyai moral spiritual yang tinggi.
Di AS para politisi berusaha menghilangkan ruang agama dalam setiap pembahasan regulasi. Kampanye hidup bebas dan individualisme telah membuat banyak gereja kosong dan bahkan ada yang dilelang. Namun , Islam tumbuh dan berkembang secara significant di AS. Kedatangan Islam di AS menjawab semua kebutuhan spiritual masyarakat AS yang mulai gamang dengan masa depannya. Lambat tapi pasti, Islam mulai menjadi agama yang diperhitungkan. Keagungan peradaban Islam tempo dulu ,kini mulai diulas oleh berbagai seminar. Spiritual Islam dan kehebatan sejarah peradaban islam , banyak digunakan oleh perusahaan Raksasa AS sebagai cara memotivasi karyawan untuk tumbuh dan berkembang ditengah arus globalisasi. Mereka sadar globalisasi bukan seperti yang kuat memakan yang lemah tapi globalisasi seperti ketika Islam menguasai dunia, dimana kemakmuran dan keadilan , perdamaian mewarnai seluruh pelosok bumi.
Sementara itu, kalangan politisi AS terus meniupkan kebencian terhadap pengaruh Islam diseluruh dunia. Bahkan negara yang mendukung kekuatan gerakan islam akan menuai kesulitan untuk memperoleh dukungan pendanaan dari lembaga multilateral. Ulah AS terhadap Afghanistan, Pakistan, Irak , Sudan adalah bukti betapa rendahnya moral politikus AS dan selama ini hanya ditonton saja oleh public AS. Namun , dengan kejatuhan wallstreet dan mega scandal dibidang keuangan, maka public AS baru sadar bahwa musuh mereka sebenarnya bukanlah Islam tapi diri mereka sendiri. Dan islam selama ini berjuang tidak lebih hanya untuk mengingatkan umat manusia agar kembali kepada hakikat diciptakan oleh Allah bahwa manusia itu harus menegakan kebajikan dengan menjujung tinggi the truth, goodness dan justice. Dan itulah moral sebenarnya yang membuat semua fondasi social kokoh sepanjang masa.
Tapi akankah ini dapat dipahami oleh para politikus AS ? Keliatannya masih jauh sebagaimana ungkapan dari Jeffrey T. Kuhner “Don't expect to hear any of this from Sen. Barack Obama or Sen. John McCain. They are our leaders, after all. “Sangat menyedihkan dan keliatannya krisis ini tidak disikapi sebagai peringatan Allah. Mereka masih meremehkan situasi…Bagaimana dengan kita ?