Wednesday, September 27, 2006

kemanusian

Dari sekumpulan anak anak yang asyk bermain dan para orang tua yang duduk diam sambil memandangi lintas jalan tol yang macet merayap. Ada kesan haru biru dari wajah wajah mereka. Dari kehidupan damai dalam kumpulan komunitas desa kini terdampar ditempat pengungsian. Lambat namun pasti desa yang damai telah berubah menjadi kubangan Lumpur panas. Rahmadhan yang khusu terganggu sudah oleh prahara yang seharusnya tidak perlu terjadi. Mereka adalah rakyat yang lemah. Bahkan terlalu lemah untuk melawan hegemoni penguasa yang maha berkuasa dinegeri ini.

Tragedi luapan lumpur Lapindo semakin menambah buram rentetan pelanggaran hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta hak-hak dasar lainnya, khususnya bagi kelompok khusus, yaitu anak-anak, perempuan, manusia lanjut usia, penyandang cacat, dan lainnya, oleh korporasi penambangan di Nusantara. Tercatat untuk sementara ada enam desa yang harus ditenggelamkan atau dikorbankan karena tanggul yang ada dipastikan tidak akan mampu menahan luapan lumpur yang semakin ganas, terlebih musim hujan akan segera datang.

Walaupun pemerintah melalui Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah berkilah bahwa ini bukan bencana nasional, tapi kenyataannya luapan lumpur Lapindo telah menyebabkan kerugian dan dampak kehidupan secara langsung bagi belasan ribu manusia dan secara tidak langsung bagi puluhan ribu orang lainnya. Lumpur telah merusak habitat tempat manusia menjalankan roda penghidupannya selama ini.

Tragedi ini merupakan sebuah pelajaran yang sangat mahal dari alam akibat kecerobohan manusia dan korporasi, sehingga persoalan ini tidak bisa hanya diselesaikan pada persoalan ganti rugi atau ganti untung semata. Masa depan hidup dan sumber penghidupan belasan ribu manusia telah direnggut. Mereka mengalami stres, bingung, marah, dan gamang menatap masa depan mereka. Kehilangan rumah, tanah, dan terpisah dari keluarga serta leluhur merupakan bentuk kehilangan identitas diri dan budaya yang tidak bisa dilupakan serta diganti begitu saja. Relokasi masyarakat ke tempat yang baru, apalagi yang tidak sesuai dengan ekosistem asal, akan menimbulkan rumitnya persoalan, karena harus beradaptasi dan berakulturasi dengan masyarakat yang telah ada di sekitar wilayah relokasi tersebut dengan potensi sumber daya alam yang berbeda dengan daerah asal.

Persoalan lain yang mengemuka, mana yang lebih penting, keselamatan manusia atau kelestarian lingkungan alam. Ini merupakan sebuah trade-off yang harus diperhitungkan dengan hati-hati. Persoalan keselamatan penduduk adalah hal yang urgen dan mendesak untuk segera diselesaikan. Adapun persoalan lingkungan berdimensi jangka panjang dan jika tidak hati-hati akan semakin memperluas tragedi yang masih berlangsung, baik bagi alam maupun masyarakat lainnya. Di sinilah kebijakan pemerintah dan masyarakat diuji untuk mencari penyelesaian yang terbaik, khususnya bagi perlindungan hak asasi manusia.

Penduduk jawa memang menghadapi ancaman serius akan masa depannya. Didalam perut bumi mereka terkandung potensi sumber daya mineral yang membuat para petualang korporasi berusaha untuk menggalinya. Menurut data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia pada 2002, ada 42 blok penambangan di Pulau Jawa dan perairan sekitarnya. Jumlah ini masih terus bertambah lagi mengingat potensi sumber daya mineral dan tambang yang diperkirakan masih sangat besar di perut Pulau Jawa. Di Jawa Timur saja, pada 2002, ada peningkatan dari 20 blok menjadi 28 blok pada 2006. Bisa dibayangkan betapa rawan kehidupan masyarakat di sekeliling proyek karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi penduduk yang sangat besar dengan 65 persen penduduk Indonesia ada di Jawa. Jumlah penduduk di sekitar blok-blok penambangan mencapai sekitar 62 juta jiwa dari total sekitar 130 juta penduduk di Pulau Jawa. Pulau Jawa yang rawan bencana akan bertambah rentan karenanya.

Mereka kaum yang lemah hanya pasrah menatap masa depannya. Tentu sambil berharap agar ada kebijakan public yang lebih berkeadilan bagi masa depan mereka. Akankah pemerintah menutup mata dengan peristiwa ini hingga menganggap ini hanyalah bagian dari peristiwa alam. Akankah para korporasi yang rakus dapat mengembalikan kesadaran manusiawinya untuk lebih peduli akan lingkungan hidup dari mereka yang tidak pernah mengerti apa apa dari proses tekhnologi memanfaatkan potensi alamnya.. Hanya orang yang bebal yang tidak dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini. Betulkan Bang Ical ?

Tuesday, September 26, 2006

Rekayasa

Teknik atau rekayasa adalah penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, matematika dan pengalaman praktis yang diterapkan untuk mendesain objek atau proses yang berguna. Para praktisi teknik profesional disebut insinyur (sarjana teknik). Namun dalam kehidupan yang lebih luas ternyata rekayasa tidak hanya identik dengan pekerjaan seorang insinyur terknik. Rekayasa juga sudah merambah kedunia social ,ekonomi dan budaya, politik

Negeri kita sangat tertinggal soal ilmu rakayasa ini. Rekayasa dibidang biologi, keuangan , tekhnik , sosial , kita boleh bangga sebagai pengekor dari bangsa lain. Memang tidak ada yang patut dibanggakan bila isi perpustakaan Universitas dan para ahli hanya dipenuhi oleh buku buku dari luar negeri. Anehnya , tidak ada ilmu rekayasa yang bermanfaat dan berkembang sampai kepada aplikasinya di negeri ini kecuali hanya sebatas deretan titel kesarjanaan dan label sebagai negeri konsumen.

Tapi soal rekayasa politik dan korupsi maka Indonesia adalah ahlinya. Sangking ahlinya maka inilah negara yang masuk kelompok negara terkorup didunia. Antara korupsi dan politik bergandengan tangan dengan erat. Politisi , polisi, jaksa, pengacara , notaris dan lembaga pengawas dibidang hukum /keuangan menjadi team work yang solid untuk suatu proses korupsi. Hingga jadilah negeri ini dengan jumlah terpidana korupsi terendah di dunia.

Banyak sekali contoh rekayasa transaksi yang dirancang oleh para ahli kita dan dilaksanakan dengan piawai oleh para professional dan birokrat dalam satu jalinan team work yang solid untuk menghasilkan output yang tak tersentuh oleh system dan hukum negara. Kegiatan ini sangat canggih hingga public dan media massa hanya mengetahui kejadian yang nampak dari luar. Sebetulnya , kisah indah dimedia massa tidaklah mencerminan yang sebenarnya. Publik tidak akan mengetahui yang sebenarnya terjadi dibalik satu pertiwa dimedia massa.

Di tahun 2000 BI mengumunkan perubahan pencatatan devisa dari Gross Foreign Assets (GFA) ke International Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) . Akibatnya terjadi penyusutan devisa sebesar USD 3 milliar. IRFCL ini diperkenalkan oleh IMF IRFCL yang merupakan off-balance-sheet-components, dikurangi predetermined dan contingent short-term drains. Yang pasti hanya indonesia yang mengalami penyusutan ketika migrasi system tersebut sementara negara lain tidak terjadi. Juga, anak perusahaan Bank Indonesia yang berkedudukan di Negeri Belanda, Indover BV, melakukan write off sebesar 385,27 Juta US dollar (ref:situs BPK). Dengan cara mengalihkan ke Indo Plus BV yang telah efektif per tanggal 23 November 2003. Artinya Negara RI qq Bank Indonesia dirugikan sejumlah nilai tersebut. Hebatnya tidak ada politisi di DPR atau aparat hukum yang mempersoalkan masalah ini. Siapakah yang diuntungkan oleh peristiwa ini ?

Garibaldi Venture Fund Ltd , Perusahaan ini mengabil alih Pt. Gajah Tunggal melalui BPPN. Menurut Bloomberg dan PWC perusahaan ini berdomisi di Singapore. Ternyata perusahaan ini tidak terdaftar di singapore alias fiktif. Juga Parallon Perusahaan ini dinyatakan sebagai pemenang tender pengambil alihan BCA melalui divestasi. Menurut Securities & Exchange Commision, Farallon Capital Management LLC merupakan perusahan go-public dengan nomor 0000909661. Namun di dalam situs SEC dan di 20-F FCM bagian daftar subsidiaries tidak terdapat nama FarIndo maupun BCA sebagai anak perusahaan. Dan dari business registry nya mauritius juga tidak ada nama FarIndo sebagai perusahaan berdomisili di Mauritius . Asset BCA senilai Rp. 104 triliun dan dijual hanya senilai Rp.5,3 triliun.Hal tersebut juga terjadi Swissasia Global pengakuisisi Lippo Bank? UniBank Tbk (penerbit NCD bodong) dengan 21 pemeggang saham SPV dari Samoa Island ? Juga Indosat dijual ke STT Singapura ternyata Sales & Purchase Agreementnya (SPA) ke Indonesian Communication Limited (ICL) Mauritius yang katanya subsidiary dari STT Singapura. Ternyata tidak ada ICL sebagai anak perusahaan STT Singapura dan di Busuness Registry negara Mauritius juga tidak ada ICL terdaftar disana Siapakah yang diuntungkan oleh transaksi fiktif ini ? Mengapa harus fiktif ???

Sejak reformasi dan diterimanya faham demokrasi liberal dalam system perpolitikan , telah terjadi transformasi dari korupsi situasional menjadi korupsi konsepsional. Didalam korupsi konsepsional ini , terjadi proses rekayasa dibidang hukum ( bila perlu merubah Kepres, UU atau PP yang dapat meloloskan konsep) dan aturan serta rekayasa informasi untuk memanifulasi kepublik. Batasan keterlibatan tidak lagi hanya sebatas local namun sampai kepada keterlibatan lembaga multilateral dan Multinational corporation. Makanya tidak aneh bila setiap RUU di DPR selalu menjadi lahan empuk bagi anggota dewan untuk mendapatkan keuntungan dari korupsi konsepsional ini. Akibatnya korupsi konsepsional ini melekat dalam satu system yang tidak akan pernah menjadi system ”pro –rakyat miskin “ Inilah kejahatan systematis yang tidak mungkin dilawan dengan system itu sendiri.

Memang benar apa yang dikatakan dalam teori konspirasi bahwa faham demokrasi yang dikampanyekan oleh Amerika serikat adalah bentuk lain dari strategy global “kelompok terkuat” di dunia ini untuk menciptakan suatu tatanan dunia baru yang tidak lagi mengenal batasan negara. Membangun sebuah rejim neoliberal untuk menegakkan tata aturan dan kelembagaan yang memungkinkan semakin terintegrasinya negara tersebut ke dalam sistem kapitalisme global. Pada saat yang sama, mengisolasi, memarjinalisasi, dan mendiskreditkan gerakan rakyat, nasionalis, atau revolusioner lainnya yang potensial mengancam stabilitas dominasi rejim lokal yang pro-AS dan pro-kebijakan neoliberal

Makanya tidak aneh bila negeri ini dikenal sebagai negeri subur namun menjadi pengimpor beras dan produk pertanian lainnya. Juga tidak aneh bila sumber daya alam migas melimpah namun rakyat harus membayar mahal sama dengan bangsa lain yang tidak punya sumber daya migas. Juga tidak aneh bila negeri yang memiliki luas territorial laut melebihi yang dimilik oleh Thailand dan Malaysia namun nelayannya jauh lebih miskin dari nelayan Thailand dan Malaysia. Juga tidak aneh bila negara yang 100 persen mempercayai moral agama namun menjadi negera yang mempunyai peringkat pornographi nomor dua didunia ( setelah Ukraina ).

Semoga kita semua disadarkan akan ancaman serius ini. Saatnya para ilmuwan dan para professional yang masih punya nurani untuk membela mereka yang tertindas untuk bersatu dalam satu jaringan komunitas mandiri. Para pemuka agama , seharusnya tampil kedepan untuk menjadikan agama sebagai perekat dan pemersatu semangat kebersamaan melawan ketidak adilan system ini.

Teman saya mengatakan sikapnya tentang system yang korup ini ” Bila tidak terjadi perlawanan dari kita yang peduli maka Allah lah yang akan melawannya ! Karena allah tidak akan pernah membiarkan kezoliman terjadi terus dimuka bumi ini. Alquran telah mengingatkan dalam banyak peristiwa dari kaum kaum sebelumnya” Nah sebetulnya Allah telah mengingatkan melalui berbagai peristiwa . Hujan tidak turun memberikan berkah tapi dalam bentuk bencana banjir. Angin tidak memberikan berkah lagi bagi nelayan tapi dalam bentuk bencana gelobang pasang. Migas yang dicari , yang keluar lumpur panas. Alam yang berada di lintasan chatulistiwa yang dikenal bagaikan kilauan mustika telah menjadi lintasan bencara gunung meletus, tsunami , angin beliung, gempa..

Sampai kapan kita dapat disadarkan dengan semua ini?

Saturday, September 23, 2006

Tentara/Militer

Malam itu tepatnya 19 september 2006 , 50 tentara dari pasukan elite memasuki wisma pemerintah yang dikawal oleh 200 polisi. Mereka masuk dengan cepat dan memerintahkan seluruh pengawal untuk meletakkan senjatannya. Salah satu pimpinan penyerangan itu menegaskan bahwa Negara dalam penguasaan militer. Ini kudeta. Tanpa perlawanan berarti , seluruh polisi yang menjadi andalan pengawalan meletakkan senjatanya. Sebelumnya seluruh pusat komunikasi dan TV , Radio dan infrastruktur pital Negara telah dikuasai oleh militer. Ratusan kendaraan lapis baja dengan senjata mesin berkeliaran diseluruh kota Bankok dan tentara bersenjata lengkap mengawal ketat kantor kantor pemerintah yang sudah dikuasai Seluruh militer yang ikut andil dalam kodeta ini berkekuatan penuh dengan dukungan dari Wilayah Militer Pertama dan Ketiga, Komando Operasi Keamanan Dalam Negeri, Pusat Tempur Khusus dan satuan-satuan Militer di provinsi Nakhon Ratchasima dan Prachin Buri serta bagian-bagian dari Angkatan Laut.

Pemimpin dibalik kudeta ini adalah Jend. Sonthi Boonyaratkalin Dia melakukan kudeta ini ketika Thaksin sedang berada di New York City AS untuk menghadiri Sidang Umum PBB. Sonthi, 59 tahun, adalah pemeluk agama Islam pertama yang memegang kekuasaan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Masyarakat Thailand mengenal sang jenderal sebagai jenderal intelektual dan sangat humanis serta sangat menguasai permasalahan Thailand.

Teman saya sempat berujar bahwa “ Kita rindu tentara seperti Thailand yang selalu setia kepada rakyat. Mereka tidak peduli dengan jargon demokrasi yang disampaikan oleh kelompok reformis ala barat. Bila situasi demokrasi hanya melahirkan gerombolan politikus yang bertindak layaknya preman untuk menganeksasi hak rakyat maka tentara akan bertindak. Mereka hidup dari rakyat dan akan selalu bersama rakyat.” Sebagaimana diketahui bahwa Thaksin mengusung jargon reformasi politik dengan demokrasi sebagai andalan untuk tampil sebagai pemimpin di Thailand. Thaksin adalah pendiri Shin Corporation yang salah satu bagian dari perusahaannya adalah operator telepon seluler terbesar Thailand Advanced Info Service. Ia juga adalah orang terkaya di Thailand.D engan kekuatan uangnya maka tidaklah sulit bagi Thaksin untuk membiayai kampanyenya. Demokrasi selalu begitu dimana uang adalah senjata utama untuk menjadi pemenang. Maka tidak aneh begitu banyak tokoh tokoh yang bersih di Thailand gagal karena keterbatasan dana.

Kudeta kali ini di Thailand kembali mengingatkan kita bahwa apapun model pemerintahan tidak akan menjadi masalah sepanjang semuanya berorintasi kepada kepentingan rakyat banyak. Nyatanya system monarki di Thailand dimana raja sebagai puncak legitimasi hokum tetap lebih didukung rakyat daripada PM yang mendapatkan legitimasi melalui PEMILU Demokrasi.

Dan benar apa kata masyarakat Thailand, kami tidak mendukung kudeta apapun juga, tetapi selama lima tahun terakhir, pemerintahan Thaksin telah menciptakan sejumlah kondisi yang memaksa militer untuk melakukan kudeta. Thaksin telah menyebabkan krisis di negara ini dan terlalu yakin dengan kekuatan demokrasi yang diperolehnya lewat pemilu sehingga menganggap apapun dapat dia lakukan selama masa pemerintahannya..”

Dengan situasi Negara seperti sekarang ini kita sangat mengharapkan peran TNI untuk kembali ke jati dirinya sebagai pelindung rakyat sebagaimana cita cita Panglima Besar Sudirman “ Tentara dan Rakyat itu ibarat Ikan dan Air. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Derita rakyat juga adalah derita tentara. “ Seperti yang disampaikan oleh Sonthi ketika mengumumkan kudeta “Kami telah merebut kekuasaan. Konstitusi, Senat, Dewan, Perwakilan, Kabinet, dan Pengadilan Konstitusional semuanya telah dibatalkan. Kami sepakat bahwa perdana menteri sementara telah menyebabkan perpecahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya di masyarakat, korupsi yang meluas, nepotisme, dan ikut campur dalam lembaga-lembaga independent, melumpuhkannya sehingga mereka tidak dapat berfungsi. Bila pemerintahan sementara dibiarkan memerintah, hal itu akan merugikan negara. Mereka juga telah berulang kali menghina Raja. Karena itu dewan perlu merebut kekuasaan untuk mengendalikan situasi, memulihkan keadaan yang normal dan menciptakan kesatuan sesegera mungkin.”

Masih mungkinkah kita berharap kepada Tentara kita ?

Sunday, September 17, 2006

Menentukan sikap

Ketika berkumpul dengan teman teman ,berdiskusi soal “membela kaum lemah”. Diantaranya berkata bahwa tanpa uang ditangan dalam jumlah besar , mustahil kita bisa mengangkat kaum lemah dari ketidak adilan system. Banyak lagi retorika yang mengemuka dalam diskusi itu. Semua serba menyalahkan keadaan. Ada juga yang bicara bahwa setiap bulan dia menyisihkan penghasilannya untuk membantu fakir msikin. Ada juga yang bicara membantu sanak famili yang kekurangan. Semua memang punya kepedulian. Tapi “membela kaum lemah” bukan hanya soal memberi dan selesai. Tapi lebih daripada itu adalah bagaimana membangun kelembagaan yang bisa melindungi mereka yang lemah dari ketidakadilan dan sekaligus memperbaiki system yang mengakibatkan semakin banyaknya orang terzolimi. Itulah makna “membela “

Selama ini kita hanya mengenal orang yang lemah adalah orang yang tidak berharta dan tidak memiliki akses social. Sebetulnya mereka yang lemah bukan hanya itu. Ada sekelompok lain yang justru lebih lemah dari pada yang kita saksikan dalam bentuk kemiskinan. Mereka itu adalah orang yang berharta dan berkuasa tapi tak berdaya karena system yang membuat mereka menjadi monster ganas. Para Politisi dan Pemerintah adalah mereka yang terkena paling parah sebagai akibat kezoliman system menjajah dari kelompok pemodal raksasa. Mereka setiap hari menghadapi tekanan dan tak berdaya dihadapan kekuatan asing. Berbagai regulasi terbentuk dan akhirnya meminggirkan mereka yang lemah modal, lemah pengatahuan , lemah jaringan. Apapun yang kita lakukan secara partial tidak akan menyelesaikan masalah terjadinya kezoliman dinegeri ini bahkan dibelahan dunia lain. Inilah makna “membela”

Dalam sebuah hadith sahih Rasulullah Saw bersabda “ sesungguhnya kalian hanyalah akan ditolong dan diberikan rezeki oleh Allah Swt manakala kalian membela orang orang yang lemah” Maka membela mereka adalah berbuat secara terstruktur dalam barisan ( Ashaf ) dan kelembagaan yang rapi dan teratur, Upaya ini memang tidak mudah apalagi hampir semua resource dikuasai oleh segelintir manusia berhati iblis namun satu prinsip yang membedakan antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman adalah terletak pada harapan dan optimisme itu. Allah berfirman :

Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka ( musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan , sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana( QS AL –Nisa (4):104). Dengan demikian dalam berjuang membela mereka yang lemah harus diyakini bahwa rahmat dan pertolongan Alla Swt tersebut hanyalah akan diberikan kepada orang orang beriman yang salah satu syaratnya memiliki komitmen yang kuat untuk membela orang orang yang lemah.

Apabila terbersit sedikit saja dihati kita untuk membela yang lemah namun lebih mengutamakan kepentingan pribadi dalam bentuk apapapun maka rahmat allah akan menjauh dan kehinaan akan datang kepada kita. Ketahuilah ,bagi orang beriman, rahmat, inayah dan pertolongan Allah Swt merupakan suatu keniscayaan dan kebutuhan yang bersifat mutlak. Kerja keras yang kita lakukan tidak mungkin akan menghasilkan sesuatu atau dapat memecahkan suatu persoalan secara optimal tanpa pertolongan dari Allah.

Umat islam pada masa sekarang berada dalam posisi dizalimi dan difitnah. Tugas kitalah sebagai umat untuk berada digaris depan membersihkan dari berbagai fitnah dan isu yang tidak benar dan menyesatkan. Sudah saatnya kita berupaya memberikan fakta dari keteladanan untuk menangkis isu negative yang disampaikan oleh kelompok lain yang bersumber kebencian kepada kita. Tidak dengan membalas melalui kebencian tapi dengan kesabaran sambil terus berjuang karena Allah. Dengan demikian lambat atau cepat akan terbangun kesadaran bagi siapapun bahwa islam itu membawa kedamaian dimuka bumi. Seperti apa yang disampaikan oleh Rasulullah “ Tolonglah saudaramu yang zalim maupun yang dizalimin”

Mereka yang menzalimi kita harus kita tolong dengan mencerahkan mereka lewat keteladanan kasih sayang. Sehinggga cara dan hakikat perjuangan Rasulullah memperbaiki akhlak umat manusia dapat pula kita terapkan. Maka lengkaplah visi kita sebagai muslim yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Bersikaplah yang benar maka kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya.

Saturday, September 09, 2006

peluang makmur

Percayakah anda bahwa dalam sepuluh tahun kedepan Indonesia akan menjadi Negara besar yang makmur “ demikian teman saya yang juga fund manager terkemuka memberikan gambaran tentang masa depan Indonesia. Saya agak terkejut karena bagaimana mungkin dia dapat menyimpulkan seperti ini. Bila melihat situasi Indonesia yang dari tahun ketahun cenderung mengalami penurunan kualitas kemakmuran. Tapi dia punya argument tentang fenomena kemakmuran.

Dulu kala , Amerika dibanjiri oleh banyak pengusaha/pedagang dari berbabagai pelosok bumi. Mereka datang hanya untuk mencari emas. Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa amerika. Dari kegiatan penambangan inilah tercipta kemakmuran. Kemudian, Era Minyak bumi mulai menjadi tulang punggung perekonomian dunia. Maka Negara penghasil minyak dibanjiri oleh pengusaha dari seluruh dunia. Mereka melakukan explorasi dan explotasi untuk menghasilkan energi. Dari kegiatan ini telah mengakibatkan kemakmuran dinegara Negara penghasil minyak tapi banyak pula Negara penghasil minyak yang gagal memanfaatkan peluang ini , seperti Indonesia dan afrika.

Kemakmuran Negara Amerika dan Eropa , Arab telah membuat Negara itu malas berporduksi namun sangat kuat berkosumsi. Pola ini dimanfaatkan oleh China yang mempunyai kekuatan produksi dengan miliaran penduduk. Mereka memanfaatkan momentum ini dengan membuka kemudahan investasi di Negara nya. Maka banyak pengusaha dari Amerika, eropa dan Arab menanamkan dananya untuk kegiatan produksi dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan Negara mereka sendiri. China mendulang keberhasilan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan telah memberikan dampak positip bagi terciptanya kemakmuran.

Sekarang terjadi kekawatiran tentang minyak bumi yang semakin berkurang produksinya. Berbagai riset pencarian energi alternative mulai dilakukan. Hasilnya sekarang technology sudah berhasil mendapatkan sumber energi alternatit yang daya manfaatnya sama dengan minyak bumi dan juga ongkos produksi yang sedikit lebih murah dibandingkan dengan minyak bumi. Energi alternative ini adalah Bio Diesel yang dapat dihasilkan dari tanaman kelapa sawit, jagung, tebu , jarak. Energi ini juga lebih akrap lingkungan dibandingkan dengan minyak bumi

Lahan yang luas dan efefktif untuk penanaman komoditas ini ada di Indonesia. Karena Indonesia memiliki iklim yang layak tanam sepanjang tahun. Juga begitu banyak lahan kosong yang siap digunakan sebagai akibat dari penebangan hutan tropis. Potensi ini akan mendorong perusahaan raksasa diseluruh dunia untuk kembali melirik Indonesia sebagai tempat pemenuhan kebutuhan energi alternative. Mereka akan datang dengan modal raksasa sebagai kapitalis untuk menguasai peluang business ini.

Sebetulnya peluang kemakmuran bagi bangsa Indonesia sejak dahulu kala begitu banyak tapi selalu kita terbuai dengan kemudahan mendapatkan kemakmuran tanpa berupaya untuk menguasai peluang itu. Sejak ratusan tahun lalu Indonesia dibanjiri oleh petualang business dari seluruh pelosok dunia untuk mendapatkan rempah rempah dan emas . Tapi hasilnya hanya menguntungkan dan memakmukan Negara asing. Mereka datang dengan modal dan kekuatan untuk melemahkan negeri ini hingga akhirnya mereka dapat mengontrol semua potensi Indonesia. Ketika era buming minyak , Indonesia tidak mendapatkan banyak kecuali kemakmuran semu dari mekanisme pinjaman luar negeri. Sementara sumber daya alam minyak terus dikuras oleh pihak asing dan hasilnya memakmurkan Negara asing. Sementara rakyat tetap hidup dibawah garis kemiskinan.

Peluang kemakmuran dari tersedianya potensi sebagai penghasil sumber energi alternative ini mungkin adalah peluang untuk yang ketiga kalinya bagi Indonesia untuk mencapai kemakmuran. Namun apakah peluang kali ini akan menghasilkan kemakmuran atau sama saja dengan peluang peluang sebelumnya. Hanya memakmurkan pihak asing yang datang ke Indonesia.

Semoga anak bangsa dari generasi sekarang dapat membaca peluang ini dan sekaligus menjadikan pelajaran kegagalan dari generasi sebelumnya yang lalai memanfaatkan peluang dari potensi yang ada. Teman saya bilang “ Mungkin di planet bumi ini hanya negeri anda yang diberi banyak peluang dan potensi oleh Tuhan untuk dengan mudah mencapai makmur tapi mengapa anda tidak pernah menyadari itu. Mengapa anda biarkan peluang demi peluang berlalu begitu saja dan kemudian anda mungkin marah kepada Tuhan yang membiarkan Negara lain makmur dari potensi anda tersebut. Belajarlah untuk bersyukur dengan semua ini agar anda lebih dapat menghargai kasih sayang tuhan. Cara bersyukur atas pemberian tuhan ini , tentu dengan percaya akan proses kehidupan ; banyak belajar , banyak bekerja dan banyak berbagi kasih. “

Monday, August 28, 2006

Rakyat dan Politik

Ada tiga teori tentang loyalitas pemilih dalam pemilihan umum. Yang partama adalah teori Identification atau Michigan Model ( 1997) yang menjelaskan bahwa pemilih mengindentifikasikan diri dengan partai politik yang mereka dukung. Artinya pemilih menentukan pilihannya sesuai dengan paham partai tersebut ( demokrat, sosialis atau nasionalis ). Kedua, adalah pendekatan social loyality, dikenal dengan model eropa yang mengatakan variable identitas sosial adalah faktor lain penentu perilaku pemilih dalam pemilihan. Artinya dalam teori ini pemilih tidak lebih sebagai alat penegasan pemilih ( voters affirmation ) terhadap loyalitas sosial tertentu seperti agama, etnisitas komunitas dimana mereka dilahirkan, atau kesamaan profesi dll. Ketiga, adalah teori kompetensi dan integritas calon. Artinya pemilih lebih tertarik pada kualitas kandidat yang berlaga dipemilihan , atau isu kampanye yang dikomunikasikan pasangan calon, tanpa mempersoalkan identitas sosial kandidat.

Di Indonesia yang menerapkan pemilihan langsung, kelihatannya system sengaja dibentuk untuk menggiring masyarakat agar memenuhi teori pertama dan kedua. Pedekatan teori pertama dan kedua, tidak membutuhkan kader partai yang berkualitas tapi cukup membeli suara rakat baik melalui jargon agama atau langsung tebar uang kepada rakyat dan bila perlu mengatur anggota KPUD untuk mencurangi jumlah suara.

Untuk mencapai pendekatan teori ketiga, nampaknya agak sulit. Karena bagi calon yang mempunyai integritas dan kualitas tidak mungkin dapat bertanding tanpa ada dukungan dari anggota dewan yang mewakili partai politik didewan. Kualitas ditentukan oleh sejauhmana loyalitas candidate terhadap partai politik. Bukan rahasia umum lagi bahwa setiap calon yang berkualitas terjegal di putaran pencalonan karena tidak didukung oleh partai politik. Menurut sinyalemen bahwa setiap calon dimintai dana oleh anggota DPRD atau Partai agar mereka lolos dalam pencalonan. Teman saya yang terlibat dalam LSM dan dikenal dekat dengan masyarakat baik kualitas maupun integritasnya membina perekonomian wilayah, terjegal karena tidak punya cukup uang untuk mendapatkan dukungan dari partai.

Bila keadaan seperti ini maka sulit sekali indonesia akan mendapatkan calon pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat. Biang persoalannya adalah terletak pada system demokrasi negeri ini yang menerapkan system ” wakil rakyat ”. Dimana apabila rakyat sudah menetapkan pilihannya menempatkan seseorang sebagai wakil rakyat dalam pemilu maka itu adalah final. Dengan demikian , para ” wakil rakyat ” tersebut bebas melakukan apa saja tanpa perlu lagi berkonsultasi dengan rakyat. Dimata mereka apapun sikap mereka adalah wujud dari perwakilan itu sendiri. Soal ada ketidak senangan rakyat, ” ya silahkan tunggu pemilu yang akan datang ”. Makanya tidak aneh , bila seseorang sudah terpilih sebagai wakil rakyat maka dia tidak perlu lagi dekat dengan pemilihnya. Andai ada publik yang meminta calon bupati/gubernur bukan dari partai , maka para wakil rakyat ( orang partai) bisa saja mengatakan ” tidak ” dan kalau publik memaksakan kehendak agar calonnya yang bukan orang partai diikutkan dalam pemilihan maka akan terganjal aturan (system ).

Lain halnya dengan system ” mandataris rakyat ” . Dalam system ini anggota dewan adalah mereka yang benar benar mewakili rakyat. Bicara , sikap dan tindakan bahkan pikiran mereka berorientasi pada rakyat. Mereka selalu merasa perlu mendengar dan berkonsultasi dengan rakyat langsung. Kebijakan mereka adalah mengakomodasi keinginan dan kepentingan rakyat. Singkatnya system ini tidak bisa dilepaskan peran mereka sebagai mandataris rakyat dan harus bertanggung jawab langsung kepada rakyat dan bukan kepada partai. System ini nampaknya diterapkan oleh Malaysia. Reformasi Deng di China adalah perubahan system dari perwakilan rakyat menjadi mandantaris rakyat. Artinya kesuksesan pemerintah lokal atau pejabat partai lokal diukur dari sejauh mana mereka dapat mengakomodasi kehendak rakyat dan berdialog langsung kepada rakyat. Dengan demikian kekuasaan dasar pertemanan sudah tidak ada lagi dan tergantikan dengan kekuasaan untuk rakyat.

System yang ada sekarang ini membentuk model structure pengelolaan negara berdasarkan golongan dan kelompok. Atau meminjam istilah ekstrim adalah ”gerombolan”.. Wakil rakyat dan partai menjadi penentu hitam putih perpolitikan , sementara rakyat ditempatkan sebagai konsumen, yang harus menerima apa adanya setiap kebijakan. System dan praktek perpolitikan seperti ini bukan "produk kemarin", melainkan sebuah fenomena politik yang menyejarah. Sejarah membuktikan bahwa kita memang punya tradisi mengisolasi rakyat dari politik. Ketika reformasi digulirkan dan demokrasi multipartai kita tetapkan , ia sebetulnya merupakan kelanjutan sejarah yang belum juga berhasil kita potong dimana rakyat selalu terjajah akan hak haknya dari gerombolan ( elite ) penguasa. . Memang budaya menjajah terlalu kental dalam perpolitikan kita. Sampai kapan ini akan terus berlangsung ?

Friday, August 18, 2006

Jalan masih panjang

Mungkin inilah Pidato Kenegaraan yang pernah disampaikan oleh seorang president dengan jujur. Berbeda sekali ketika kampanye dulu, yang terkesan begitu optimis dan akhirnya menyulap jutaan pemilih untuk mengangkatnya menjadi president. Ada keraguan tentang sukses yanag saudah dicapai seperti keberhasilan pemerintah mengurangi angka kemiskinan dari 23,4% pada 1999 menjadi 16% pada 2005. “ Jalan masih panjang dan dibutuhkan participasi active masyarakat untuk mendukungnya”.Seakan inilah kalimat yang bersanding untuk menyampaikan bahwa Negara belum mampu mengatasi agenda utama mengurangi kemiskinan di republic ini.

Asumsi yang dikemukakan untuk melanjutkan program kerja tahun depanpun juga terasa realistis. Dimana menempatkan program penanggulangan kemiskinan dimasukkan dalam APBN. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3%, inflasi 6,5%, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia tiga bulan 8,5%, nilai tukar rupiah 9.300 per US$, dan harga minyak US$65, kita berharap penanggulangan kemiskinan bisa cepat dan tepat sasaran.

Saya hanya ingin menjawab sendiri satu pertanyaan bahwa apakah perlu upaya penanggulana kemiskinan membutuhkan jalan yang panjang dan berliku. Mengatasi kemiskinan tidak cukup dengan dana melalui APBN tapi lebih daripada itu adalah kesediaan Negara untuk menciptakan system pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Yang memungkinkan roda pemerintahan berjalan dengan efisien dan tepat sasaran. Berbagai program dan kebijakan bagi rakyat nampaknya selalu menjadi terhambat ketika masuk dalam wilayah kebijakan sektoral. Terlalu banyak kepentingan yang terlibat dan terkesan bertele tele. Padahal bila aparat pemerintah dapat menggunakan nuraninya serta belajar dari kesuksesan Negara lain membangun maka kebijakan itu bukan yang harus diperdebatkan.

Masalah kemiskinan adalah bukti gagalnya kebijakan negara. Apapun dalih yang disampaikan maka fakta Negara gagal melindungi rakyatnya. Hal ini disebabkan oleh mental dari pejabat Negara yang terlalu mengutamakan kepentingan pribadi, golongan dari pada kepentingan masyarakat banyak. Pejabat public terlalu ingin benar dan bila perlu secara hukum tak dapat diganggu kekuasaannya. Seperti yang tergambar betapa alotnya pembahasan tentang , aturan pedoman perilaku hakim yang dibuat Komisi Yudisial. Aturan yang isinya memuat apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan para hakim itu diabaikan begitu saja oleh Mahkamah Agung. Lembaga yudikatif tertinggi itu malah berjalan dengan pedomannya sendiri yang kontroversial--misalnya hakim boleh menerima hadiah--tanpa mengindahkan kritik masyarakat.

Hal yang sama terjadi pada sebagian besar pejabat kita saat menanggapi rencana perumusan Rancangan Undang-Undang (RUU) Etika Penyelenggaraan Negara. Sebagian besar pejabat menolah RUU ini dan akibatnya RUU ini tidak pernah disyahkan menjadi UU sejak lima tahun lalu diusulkan..

Sebetulnya mengatasi kemiskinan tidak perlu menempuh “ jalan yang panjang. “. Masalah ini dapat diselesaikan dengan cepat. Karena Negara ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi besar. Hanya mental penguasalah yang harus di benahi dengan cara revolusi. Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi BBC-London, Jeffrey D Sachs, ekonom lulusan Universitas Harvard yang kini menjadi Direktur Earth Institute-Universitas Columbia, menunjukkan betapa korupsi di Asia sudah menjadi penghalang penting bagi penanggulangan kemiskinan. Sama dengan kemiskinan di Indonesia, korupsi harus ditanggulangi dengan cara-cara yang tidak biasa. Jadi bila penguasa negeri ini masih juga ingin menempuh cara biasa yang bertele tele untuk mengatasi kemiskinan maka tentulah benar apa yang disampaikan oleh president “ Jalan masih panjang….” . Semoga ditengah perjalanan itu rakyat masih bisa sabar, ya pak..….

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...