Dapat anda bayangkan bila ada orang yang dikejar kejar di kampung halamannya dan kemudian diusir. Hanya karena mereka berbuat tanpa merugikan siapapun kecuali keyakinannya berbeda dengan agama kita. Kelompok Ahmadiah menjadi kumpulan orang yang tanpa perlindungan hukum sebagai warga Negara.
Kemudian hanya karena kesalahan media massa yang memuat karikatur tentang keberadaan Muhammad SAW yang terkesan mengejek lantas kita menjadi marah. Para Partai mengkoordinir Demontrasi yang terjadi dimana mana. Bahkan mengancam keberadaan perwakilan Kedutaan Denmark di Indonesia. Semuanya itu karena “Kemarahan “ yang tak pernah jelas alasan yang dapat dikemukakan dalam kacamata Islam. Masyarakat Denmark menjadi tunpahan kemarahan. Pengikut Ahmadiah menjadi bulan bulanan kemarahan. Semua hanya karena ketersinggungan tentang “pelecehan Nabi Muhammad SAW “.
Saya tidak pernah habis mengerti dan berusaha mencoba memahami tentang “ kemarahan “ ini namun tak dapat saya temukan titik kebenaran. Tersebutlah dalam banyak cerita tentang kebesaran perjuangan Rasulullah ketika awal menyiarkan Islam sampai akhir hayatnya. Semuanya menyimpulkan tentang keindahan sikap seorang rasul akhir zaman. Utamanya sikap tersebut adalah betapa beliau sangat menghargai perbedaan dan sangat menghormati musuhnya. Bahkan seorang wanita yang bernama HIndun , yang mempunyai kebencian sangat kepada rasul , juga telah memakan jantung dan hati pamannya yang gugur di Medan perang. Pada akhirnya di maafkannya dan nikahi sebagai istrinya.
Juga ada diceritakan bagaimana seorang yang begitu membenci rasul hingga setiap Rasul lewat didepannya , dia selalu meludahi rasul. Hal ini tidak pernah dilayani dengan kekerasan oleh rasul. Senyuman hangat dan kerendahan hati tetap terpancar diwajah sang kekasih Allah itu. Hingga disuatu hari , rasul mengetahui bahwa orang yang selalu membencinya itu sedang dalam keadaan sakit. Beliau datang membesuk sambil mendoakan sisakit. Terlalu banyak kisah tentang keindahan akhlak Muhammad SAW , bahkan hampir semua hadith menceritakan tentang sikap beliau yang sangat agung. Puncak dan kesimpulan dari Akhlak beliau adalah rasa kasih sayang kepada siapapun. Peperangan yang beliau lakukan bukanlah bertujuan untuk memusnahkan musuh tapi untuk mencapai kemenangan yang kemudian memaafkan musuh. Tanpa ada keinginan untuk mempermalukan musuh. Untuk menggambarkan keagungan sikap Muhammad SAW itu ditegaskan oleh Allah dalam firmannya bahwa “ tidak akan aku kirim engkau ke bumi ini kalaulah bukan untuk rahmat bagi alam semesta.
Islam adalah agama kasih sayang. Didalam islam sangat jelas dituangkan dalam Alquran dan hadits tentang bagaimana menanamkan rasa kasih sayang tersebut kepada manusia beserta seluruh isi alam semesta. Tapi mengapa kita sebagai umat islam tidak memahami semua ini dengan ruh ajaran Islam. Mengapa kita terjebak dalam ritual agama dan symbol symbol agama hingga kita mudah sekali tersinggung dan “marah” bila ritual dan simbol itu dilecehkan orang lain. Padahal substansi agama yang begitu banyak dirusak, kita tidak peduli. Merajalelanya korupsi, penyalah gunaan jabatan dan bertaburannya tempat maksiat disetiap sudut kota, tidak pernah kita “marah”. Setiap hari kita melihat betapa banyaknya orang lemah yang terkapar dijalanan. Begitu banyak yang tersingkir dari lapangan pekerjaannya. Semuanya menjerit tanpa ada yang mau memperdulikannya. Dan kita tidak pernah marah dengan situasi ini.
Ya , Kita marah bila ada yang menghujat rasul , tapi kita tidak pernah marah bila ada orang yang seenaknya melanggar sunnah rasul. Para pelanggar sunnah rasul itu adalah mereka yang berkuasa namun tidak peduli dengan penderitaan rakyat kecil. Anggota dewan yang diberi amanah rakyat namun tidak peduli dengan aspirasi umat. Para artis yang menjual kemolekan tubuhnya hingga membuat orang melakukan zina mata setiap hari. Dan lain sebagainnya. Mereka semua adalah penghina sejati keberadaan Rasulullah. Tapi kita tidak pernah ada keberanian melawan mereka. Sementara sekelompok kecil apa yang disebut dengan Ahmadiah , kita kejar bahkan rumahnya kita bakar. Kita memperlihatkan sikap salah kita sebagai orang beragama secara vulgar didepan public. Kita tidak malu dengan sikap yang tidak jelas ini. Sementara kita begitu lantangnya bicara tentang kebenaran yang kita yakini namun setiap hari melanggarnya dan bahkan menjadi penonton yang baik terhadap kemaksiatan didepan umum.
Sampai kapan kita terus hidup dalam symbol symbol tanpa pernah memahami makna terdalam dibalik symbol symbol tersebut. Nabi Muhammad tidak akan pernah bersedia untuk dipuji kecuali berharap kita meniru akhlak beliau. Dan itu adalah permintaan terakhirnya ketika menjelang ajal “ Kelak akan banyak sekali aliran dan kelompok agama , namun kalian semua akan selamat bila kalian berpegang dengan ALquran dan Sunnah ku. “ . Jadi tidak ada dogma apapun yang dapat membenarkan kekerasan terhadap adanya perbedaan paham. Bukankah perbedaan itu adalah rahmat bagi Allah. Dan bukankah kebencian kaum kafir itu sudah jelas dan harus diperangi dengan Akhlak yang mulia dengan keagungan sifat seorang Rasul akhir Zaman yaitu “ Kasih Sayang.” .
Hentikan kekerasan dan kembalilah pada inti ajaran Islam yaitu Kasih sayang tanpa ada dendam atau amarah apalagi membuat orang teraniaya. Perangilah yang sepatutnya diperangi. Sesungguhnya kafir itu ada dalam diri kita sendiri yaitu Nafsu Shaitan. Taklukkanlah musuh itu maka kita akan menjadi pemenang sejati dihadapan Allah . Bila ini kita lakukan maka rasul akan terenyum dalam dekapan Rabb di Sorga.
Wallahualam