Tuesday, August 02, 2005

PILKADA

Apakah mungkin dalam Pilkada akan terjadi money politik ? Itu sangat besar kemungkinannay karena untuk dapat menjadi calon diperlukan "sewa perahu", baik yang dibayar sebelum atau setelah penetapan calon, sebagian atau seluruhnya. Jumlah sewa yang harus dibayar diperkirakan cukup besar jauh melampaui batas sumbangan dana kampanye yang ditetapkan dalam UU, tetapi tidak diketahui dengan pasti karena berlangsung di balik layar. Juga, calon yang diperkirakan mendapat dukungan kuat, biasanya incumbent, akan menerima dana yang sangat besar dari kalangan pengusaha yang memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut. Jumlah uang ini juga jauh melebihi batas sumbangan yang ditetapkan UU. Karena berlangsung di balik layar, maka sukar mengetahui siapa yang memberi kepada siapa dan berapa besarnya dana yang diterima.

Disamping itu untuk kabupaten/kota yang jumlah pemilihnya sekitar 10.000 sampai dengan 100.000 pemilih, tetapi wilayahnya memiliki potensi ekonomi yang tinggi, pengusaha yang memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut bahkan dapat menentukan siapa yang akan terpilih menjadi kepala daerah. Dengan jumlah dana yang tidak terlalu besar, sang pengusaha dapat memengaruhi para pemilih memilih pasangan calon yang dikehendakinya melalui "perantara politik" yang ditunjuknya di setiap desa. Dan untuk daerah dengan tiga atau lebih pasangan calon bersaing, perolehan suara sebanyak lebih dari 25 persen dapat mengantarkan satu pasangan calon menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Dalam situasi seperti ini, penggunaan uang memengaruhi pemilih melalui "perantara politik" di setiap desa/kelurahan mungkin menjadi pilihan "rasional" bagi pasangan calon.

Bila identifikasi di atas benar sebagian atau seluruhnya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah praktik politik uang tersebut? Setidak-tidaknya tiga cara dapat ditempuh, yaitu melalui mekanisme pelaporan dan audit dana kampanye pilkada langsung, penegakan hukum, dan melalui pengorganisasian pemilih (organize voters) oleh para pemilih sendiri. Cara pertama diadopsi oleh peraturan perundang-undangan, tetapi pengaturannya masih harus dilengkapi oleh KPU provinsi/KPU kabupaten/kota. Masalah tidak sesederhana itu itu. Aturan tetaplah aturan, Audit tetaplah audit namun bila nafsu untuk menang dengan segala cara maka itu semua bisa didobrak. Siapa yang paling suci untuk mengawasi itu? Kalau kenyataanya semakin banyak aturan dan audit justru semakin panjang mara rantai money politik terjadi.

Tak ada jalan lain kecuali system ini harus dirubah. Menyerahkan langsung kepada rakyat untuk memimpin kepala daerah memang sangat ideal tapi dalam masyarakat yang masih sebagian besar terbelakang pendidikan politiknya adalah sangat tidak elok. Bangsa Indonesia dari sejarahnya adalah masyarakat budaya yang masih terikat dengan kepemimpinan adat dan agama dalam menyelesaikan masalahnya. Alangkah baiknya bila peran adat dan agama dijadikan dasar platform bagaimana memilih pemimpin. Bahwa pemimpin itu tidak datang dari pasar tapi datang dari tengah masyarakat yang dikenal lahir batin oleh masyarakat itu sendiri. Tugas pemerintah memberikan aturan yang jelas dan melegitimasi kepemimpinan itu. Harap dicatat dalam Agama islam, orang tidak dibenarkan mengejar kekuasaan , apalagi menyombongkan diri agar dirinya terpilih.

Selagi sistem ini masih tetap dipertahankan maka lihatlah kenyataan nanti. Tidak akan lahir kepemimpinan di tingkat daerah yang amanah. Kalaupun ada hanyalah segelintir.Untuk menyampai tujuan idealnya, sistem ini masih akan membutuhkan waktu yang panjang. Amerika saja sampai sekarang masih bergelut dengan banyak masalah terhadap pemilihan langsung ini. Anehnya, kita masih saja menerima cara cara sulit sementara cara yang mudah melalui kerapatan adat dan agama diacuhkan. Bukankah hukum moral lebih tinggi dibandingkan hukum buatan manusia.

Tinggi gunung dapat diukur
Tinggi nafsu sulit diukur
Bila nafsu sudah bersemayam dihati
maka kasih sayangpun menjadi mati
Harta dan jabatan memang menawan hati
membuat orang berlari tanpa henti
Tidak peduli bila itu tanpa empati
Padahal harta dan pangkat tidak dibawa mati
Bila pejabat negeri suka mengumbar janji
Uangpun ditebar untuk menarik hati
Maka jadilah negeri ini demokrasi tanpa hati
yang akan melahirkan pemimpin tanpa hati

Friday, July 29, 2005

Kematian?

Bayangkanlah ! kata penceramah Sholat Jumat. Anda berada dalam suatu tempat antah berantah. Disekeliling anda yang ada hanya ular besar dengan lidahnya mendesis desis kearah anda. Disamping itu ada makhluk berwajah menakutkan membawa palu godam raksasa yang siap diarahkan kepada anda. Anda ingin berlari dari situasi yang menakutkan itu. Tapi kemana mau lari. Itu ruangan sempit sekali. Tak ada satupun celah bagi anda untuk lari. Tentu anda akan terlolong lolong memohon bantuan dari orang lain. Tapi suara anda berbalik kembali kepada diri anda. Tak ada celah yang bisa membawa suara lolongan anda keluar. Sementara wajah menakutkan dan ular berbisa semakin mendekat kepada anda. Dalam situasi itu, jantung anda berdetak kencang seiring rasa takut tak terperikan. Bayangkanlah !

Tunggu sebentar. Cerita diatas bukan kehidupan yang sebenarnya. Tapi terjadi didunia mimpi. Anda terjaga dari mimpi buruk. Tapi ingatan tentang mimpi itu hanya membuat anda bersyukur bahwa itu “hanya mimpi” dan anda terbangun untuk menikmati kehidupan dimana semua masih terkendali. Tapi tahukah anda ? kehidupan setelah kematian, dialam kubur, tak lebih sama seperti itu. Bila amal ibadah kita bertumpuk atau lebih banyak dibandingkan dosa maka selama dialam barzak kita menikmati mimpi indah sampai hari kebangkitan. Tapi bila amal ibadah minus dan dosa surplus maka kita akan merasakan mimpi buruk sampai hari dibangkitkan. Siksa alam berzak adalah siksa jiwa. Kenikmatan alam barzakh adalah kenikmatan jiwa. Pertanyaan apakah kita siap dengan mimpi buruk ataukah kita berharap mimpi indah setelah kematian ? Atau anda tidak percaya ada kehidupan setelah kematian? Lantas bagaimana dengan dunia mimpi yang acap anda rasakan ?

Bagaimana kehidupan Alam kubur itu, Nabi bersabda “"...Ingatlah kematian, demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis." (Shahih Muslim). Begitulah dahsyatnya alam kubur. Sampai Nabi pun berkata “ akan tertawa sedikit dan banyak menangis” bila mengingat dosa yang dilakukan. Setiap orang tak bisa menghindari mati. Semua pasti akan menemui takdirnya. Bila saatnya datang, siap tidak siap harus menemui ajalnya (QS al-A'raf [7]: 34). Ini urusan yang pasti. Setiap ada berita kematian teman atau keluarga, pada waktu itulah Allah berdialogh kepada kita tentang sesuatu yang pasti dan menanti. Bahkan setiap waktu, maut memanggil manggil kita untuk pulang. Hanya orang bebal yang tak bisa belajar dari kematian sahabat, keluarga, dan orang lain. Tapi kita tidak sadar.

Apa yang kita banggakan tentang kehidupan ini. Bila saatnya datang untuk pergi tak ada satupun yang kita bawa kecuali amalan kita sendiri. Harta berlebih yang dibela dengan all at cost, ketika mati ,maka yang menikmati adalah ahli waris. Istri cantik yang dipuja siang malam, ketika mati , dia akan kawin lagi dengan pria lain. Jabatan yang dibela dengan segala cara ketika mati orang lain akan bersegera menggantikan. Semua seperti firman Allah "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS Al Ankabut: 64). Sungguh tolol bila kita memperjuangkan yang sedikit sementara yang banyak kita lupakan. Yang banyak itu adalah akhirat. Itulah tempat keabadian dimana semua akan diperhitungkan sebaik baiknya oleh Allah.

Mencintai dunia adalah kebodohan yang pasti. Menjadikan dunia sebagai tempat pesinggahan menuju tempat akhir adalah cerdas. Yang namanya tempat persinggahan maka bukanlah tempat untuk menetap. Ini tempat untuk mempersiapkan diri menempuh perjalanan panjang. Maka bekal selama ditempat persinggahan itu harus disiapkan dengan sebaik baiknya. Perbanyaklah ibadah, tegakkan sholat, perbanyaklah berbagi dalam bentuk apapun dan yang penting dari itu semua, lakukan segala amalan hanya untuk beribadah kepada Allah dengan ikhlas se ikhlasnya. Insya Allah, kelak dialam kubur kita tidur dalam mimpi terindah. Atau bila kita lalai dan memanjakan diri didunia lupa alam kubur, maka terimalah mimpi terburuk dari yang buruk. Semua tergantung kita...

Monday, July 25, 2005

Pancasila

Sila Pertama menetapkan Ketuhanan yang Maha Esa. Ini merupakan pengakuan sejarah bahwa bangsa indonesia adalah bangsa religius. Agama diyakini sebagai jalan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Para pendiri negara menyadari bahwa perlu pemahaman ketuhanan sebagai tiang utama negara agar rakyat rela bela negara , ikhlas bergotong royong dan cinta akan tanah air. Bukankah seluruh agama sepakat tentang itu ¿ Jadi Ketuhanan sebagai spirit emotion untuk menciptakan Kemanusiaan yang adil dan Beradad. Agama sangat mempunyai perhatian tentang perlunya menegakkan unsur unsur kemanusiaan kepada siapa saja dalam bentuk cinta dan kasih sayang. Lebih daripada itu kemanusiaan yang menjujung tinggi perlakuan berkeadilan.

Dari sikap inilah akan muncul masyarakat yang beradab. Satu contoh anda memberi pekerjaan kepada orang lain. Itu artinya didalam diri anda telah terbentuk kemanusiaan karena mau membuka lapangan pekerjaan. Tapi anda juga harus menegakkan keadilan dengan memberikan upah yang pantas serta lingkungan kerja yang nyaman. Maka dengan demikian anda telah menjadi orang yang berlaku secara beradab. Negara menguras seluruh hasil alam dengan maksud untuk menciptakan keadilan bagi rakyat. Agar negara menjadi negara yang beradab. Lantas bagaimana bila hutan gundul , minyak makin berkurang depositnya dan lingkungan rusak sementara rakyat tetap samakin miskin dan bahkan harus menanggung hutang koleftif yang maha besar. ¿ Ini artinya negara yang tidak beradab.

Bila kemanusiaan yang adil dan beradab itu sudah menjadi nafas kehidupan berbangsa dan bernegara maka sudah pasti akan tercipta Persatuan Indonesia , kesatuan dalam masyarakat. Karena tidak ada perasaan dikecilkan atau dipinggirkan. Semua masyarakat merasa satu jiwa untuk bahu membahu bela negara dan ikhlas berbuat untuk saling melindungi. Bila ada daerah yang tidak ingin mengakui Republik ini atau golongan yang menolak negara kesatuan RI maka itu semua akibat tidak adanya rasa keadilan. Semua upaya mempersatukan negara dengan kekuatan apapun tidak akan mampu kecuali rasa keadilan.

Rasa keadilan akan mempersatukan masyarakat dari berbagai suku, agama dan daerah. Dari keadilan inilah kepemimpinan nasional dibentuk yang berlandaskan kepada Kerakyatan yang dipimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Artinya kepemimpinan nasional merupakan ruh dari keyakinan kepada tuhan yang harus menegakkan kasih sayang kepada sesama dengan sikap yang berkeadilan dan beradab. Tentu saja tidak ada nuansa diktator, totaliter. Tidak ada menang atau kalah dalam berpolitik. Semua masalah dan kepentingan golongan di selesaikan dengan cara musyawarah dengan bahasa hati bukan bahasa egoistis. Lihatlah bila dasar beragama dipermainkan maka agama menjadi komoditi dan keadilanpun dipermainkan maka kesatuan dihadapi dengan tangan besi. Kepemimpinanpun dilakukan dengan manifulasi politik dengan mempermainkan amanah rakyat. Sidang DPR pun menjadi ajang caci maki satu sama lain. Sikap santun yang diajarkan oleh agama sudah kabur dalam berpolitk. Karena politik sudah menjadi dewa untuk meraih kekuasaan dalam bentuk kesombongan dan ketamakan.

Bila kepemimpinan terbentuk dengan didasarkan kepada keyakinan ketuhanan yang maha esa maka kepemimpinan itu bukan lagi sebagai rezeki tapi sudah menjadi amanah yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak.. Amanah untuk menegakkan keadilan ditengah masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keikhlasan untuk menegakkan amanah dengan rendah hati akan menimbulkan simpati rakyat untuk bersatu dan mengakui kepemimpinan nasional sebagai bagian dari kepercayaannya kepada Allah SWT. Akhirnya apapun yang disampaikan/diperintahkan oleh kepemimpinan itu akan didukung oleh rakyat karena bahasa pemimpin itu adalah bahasa hati yang bersumber dari Allah untuk tegaknya keadilan sosial.

Sejarah telah mencatat jutaan rakyat relat mati untuk mempertahankan kemerdekaan negeri ini. Mereka adalah para suhada yang ikhlas mati demi mengikuti perintah pemimpinnya “ Merdeka atau mati “.Tidak akan ada keadilan sosial ditangah pemimpin yang lemah dalam beragama. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya akan menjadi impian tak berujung bila kepemimpinan hanya berorientasi pada kepentingan pribadi dan golongannya saja. Dan yang menyedihkan Pancasila yang awalnya di create dengan mukadimah "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya ditiadakan dalam draft final pembukaan UUD 45. Sejak itulah umat Islam tidak lagi melekat dengan Pancasila. Sejak itu Pancasila hanyalah jargon tanpa perekat apapun untuk menggiring mayoritas Islam dalam barisan rahmatan lillamin. Dan ketika reformasi , Pancasila terkubur oleh eurforia demokrasi sekular. Selesailah sudah. Bagaimana nasip bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam ? Biarlah sejarah kelak yang akan mencatat.

Sunday, July 24, 2005

JALAN MENUJU PUNCAK

TIdak ada yang gratis dalam hidup ini. Semua harus diperjuangkan. Ongkos setiap perjuangan tergantung kondisi yang anda inginkan. Orang Minang punya pepatah “ Indak ado gunung nan ndak ba lurah. Samakin tenggi gunung samakin dalam lurahnyo. “ Tidak ada gunung yang tak berngarai ( jurang ). Semakin tinggi gunung maka semakin dalam pulalah jurangnya. Orang Minang yang hidup dengan philosopi alam “ Adat bersandi sara , sara bersandi kitabullah” sangat meyakini hukum alam ini. Untuk mencapai puncak gunung anda harus melalui empat kondisi jalan ( istilah minang Jalan Mampe’k) Apabila anda tidak bisa melalui empat kondisi jalan ini maka jangan harap anda akan sampai dipuncak gunung dengan kedamaian dan rasa syukur.

Pertama„ Jalan Mendatar „ Sebelum anda mendaki maka anda akan melewati jalan mendatar ditengah hutan belantara. Anda bisa memilih jalan yang sudah dilalui orang lain dimana semua sudah terdapat jejaknya dan tentu saja aman. Atau anda dapat memilih jalur lain namun anda harus siap menerima resiko kehilangan arah atau dimangsa binatang buas. Didalam hutan banyak sekali jebakan yang bisa membuat anda jatuh. Semua tergantung pilihan anda. Yang pasti sukses anda adalah kualitas anda. Apakah ingin hidup sebagai follower atau sebagai inovator dan creator.

Kedua “ Jalan Mendaki “. Untuk mencapai puncak maka anda harus menguatkan otot dan bahu untuk mendaki. Anda tidak bisa berlari karena itu akan menguras energi anda sendiri. Sementara anda sendiri tidak tau bila akan sampai dipuncak. Artinya anda harus mempunyai emosi yang terkendali dalam melihat puncak gunung. Dalam mendakipun anda harus rela untuk berhenti barang sejenak bila memang lelah. Bila anda kehilangan arah maka cobalah berhenti barang sejenak. Pandanglah langkah yang sudah terlewati, tataplah puncak gunung itu. Kemudian pikirkan dan analisa langkah yang telah anda lalui. Ada banyak gunung semua memiliki tinggi yang berbeda. Sesuaikan kadar kemampuan diri dan tentukan mana puncak yang akan anda raih maka itu adalah bijaksana.

Cerita kaum sufi menyebutkan tentang seekor bakicot merayap mendaki pohon murbay yang sangat tinggi. Sang burung mentertawakan Bakicot sambil berteriak “ Hii Bakicot apa yang engkau lakukan. Pohon murbay ini tidak sedang tidak berbuah dan berdaun karena musim gugur. Dan lagi sampai kapan anda akan tiba dipuncak pohon ini. “ Bakicot dengan tenang terus merayap pohon itu dan menjawab “ Saya tau pohon ini sedang tidak berbuah dan berdaun tapi setidaknya ketika musim semi datang , saya sudah sampai dipuncak pohon untuk memakan daun murbai.” Untuk mencapai puncak tidak hanya dibutuhkan kekuatan phisik dan fasilitas yang tersedia tapi lebih dari pada itu adalah kemampuan melihat dari tabir kegegelapan. Melihat dengan kekuatan hati. Itu semua bersumber dari satu sikap “ SABAR dan ikhlas. “

Ketiga “ Jalan melereng “. Ketika mendaki , maka kondisi yang tidak bisa anda hindari adalah jalan melereng ( jalan melingkar) mengitari tebing gunung. Disekitar anda terdapat jurang yang sangat dalam. Semakin tinggi puncak gunung yang hendak anda capai maka semakin dalam jurang yang ada disamping jalan anda. Dilereng gunung ini , selalu jalannya lincin. Anda akan mudah sekali tergelincir . jalan mencapai puncak memang mengharuskan anda menempuh jalan berliku. Memang sangat menyakitkan bila anda harus terjatuh namu anda harus bangkit untuk mencoba lagi dan mencoba lagi. Yang pasti kesuksesan itu adalah reward terindah dari perjuangan tanpa lelah. Sikap hati hati dan bijaksana mengendalikan emosi meredam ego adalah sangat penting bila anda ingin selamat sampai dipuncak.

Keempat “ Jalan menurun “ Ketika anda telah berhasil sampai dipuncak maka tidak ada yang dapat anda rasakan kecuali puas. Bahwa anda telah menjadi bagian dari sejumlah orang yang berhasil mencapai puncak dengan melewati berbagai tantangan. Banyak pula yang gagal mencapai puncak. Berhenti sebatas lereng gunung. Tetapi lambat atau cepat andapun harus ikhlas untuk turun. Jalan menurunpun tidaklah mudah. Ia membutuhkan kekuatan emosi dan kesabaran mengitari lereng gunung dan menghadapi dalamnya jurang kehidupan.

**
Banyak orang hanya melihat dan berhasrat meraih keindahan puncak gunung tapi tidak siap melewati pendakian dan menyusuri lereng gunung. Yang mereka lakukan adalah melakukan jalan pintas. Menyogok untuk menjadi pemenang. Menjilat agar mendapat jabatan. Berjudi agar cepat kaya. Merampok , korupsi agar cepat sukses. Bila mereka sampai dipuncak dengan cara ini maka tentupula mereka tidak siap bila harus turun. Karena mereka tidak pernah tau cara untuk turun. Mereka tidak pernah dapat menarik hikmah kemanusiaan dari keberadaannya dipuncak karena mereka melangkah diluar hukum alam. Naik cepat dan turunpun cepat dan biasanya bukan turun secara alami tapi terjun bebas!. Hitler mati di bunker bawah tanah setelah dihujani Bom oleh pihak sekutu. JF. Kennedy mati ditembak. Mahatma Gandi mati ditembak. Jhon Lenon juga mati ditembak. Napoleon mati di pulau Elba karena diracuni. Alexander mati karena diracuni. Mereka semua tercatat dalam sejarah sebagai orang hebat tapi berakhir jatuh dengan sangat menyedihkan.

Tapi berlainan dengan Rasullullah Muhammad SAW , turun menuju keabadian sang pencipta Allah SWT dengan penuh kedamaian setelah mencapai puncak kemenangan gilang gemilang.. Kematian adalah jalan turun dari puncak kehidupan dan disambutnya dengan senyum.Anehnya diakhir hayatnya Nabi menolak fasilitas kemudahan tanpa rasa sakit dari malaikat untuk melepaskan ruhnya . Lagi lagi dia tidak ingin menolak sunnatullah. Takdir.

Kehidupan yang sedang kita lalui ini adalah tidak lebih sama. Semua kita melalui process mencapai puncak walau puncaknya berbeda beda kadar ketinggiannya pada masing masing orang. Semakin tinggi puncak yang hendak kita capai maka semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Jalan mendatar , mendaki , melereng dan akhirnya harus turun dari puncak. Kita tidak bisa menghindari hukum alam ini. Sunnatullah. Penolakan hukum alam akan menimbulkan pradox , kehancuran bagi diri kita sendiri juga bagi kehidupan umat manusia di planet bumi ini.

Kakek saya mengingatkan “ alam takambang jadi guru ( alam terbentang menjadi guru ) dan Alhamdulillah itu selalu saya ingat dalam mengarungi kehidupan ini“ Merantaulah buyung dahulu , dikampung berguna belum. Makna dari ungkapan ini adalah raihlah keberhasilan dengan banyak membaca , melihat dan mendengar karena beban untuk mu sudah menanti „ menjadi rahmat bagi alam semesta. „-

Saturday, July 23, 2005

LIMA JARI

Lima. Itu adalah bilangan yang selalu dekat dengan kita sehari hari.. Dimulai dengan Lima Indra ( Panca Indra ) yang terdiri dari mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Kemudian ada Pancasila. Palsafah negara kita yang sekarang sudah mulai dilupakan. Padahal didalam Pancasila ada Ketuhanan dan ruh yang menekankan perlunya kemanusiaan, keadilan. Tapi dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas itu. Saya hanya akan memberikan makna menurut versi saya tentang Lima jari. Jari yang ada pada tangan kita. Tentu kita semua memiliki itu bila kita tidak cacat.

Jari Jempol ( ibu jari )
Dalam keseharian Jempol menjadi simbol tentang kesempurnaan, kehebatan. Pendek kata setiap kita melihat sesuatu yang sangat sempurna maka kita akan memberikan “acungan Jempol “ . Jarang sekali orang memberikan “acungan Jempol “ kepada lawannya. Walau sikap itu tentu sangatlah terpuji karena menghargai kelebihan lawan juga akan mengangkat nilai kita.

Dalam versi kepribadian maka jempol yang ada pada tangan anda itu seharusnya mengingatkan anda untuk selalu berbuat yang terbaik bagi orang banyak. Atau setidaknya berbuat baik untuk keluarga , teman dan lingkungan terdekat. Menjalani hidup dengan satu tekad “ berbuat baik “ tentu akan menjadikan anda pribadi yang Jempol dihadapan orang lain dan pasti akan jempol pula dihadapan Tuhan. Bila hubungan dengan manusia mendapat acungan jempol maka kehidupan itu akan menjadi indah bagi kita. Berbuat baik tidak membutuhkan biaya mahal. Dengan senyumanpun anda sudah melakukan kebaikan. Atau mulailah dari yang terkecil / sederhana. Misal memberi makan kepada kucing, tidak membuang sampah sembarangan, mendatangi sahabat atau keluarga yang terkena musibah, menjaga ketertiban berlalu lintas dan mengikuti aturan “dilarang merokok “ditempat umum , sabar dalam antrian. Dari yang sikap yang sederhana itu , bila anda dapat lakukan dengan konsisten maka setidaknya akan menumbuhkan rasa peduli kepada sesama dan menghargai aturan komunitas anda. Dari yang sederhana ini akan menyuburkan rasa kasih sayang didalam hati anda dan akirnya akan berbuah cinta kepada sesama. Maka anda memang pantas mendapat acungan jempol.

Jari Telunjuk.
Mungkin tidak pernah kita lihat bila kita menunjuk sesuatu menggunakan jari jempol. Memang ada sebagian budaya jawa yang mengharuskan hamba sahaya menunjuk dengan jari jempol. Alasanya tentu menjaga kesopanan. Karena menurut versi feodal hamba sahaya tidak berhak memberikan petunjuk. Dia adalah pribadi pelengkap penderita yang harus selalu ditunjukin. Tapi umumnya semua orang menunjuk dengan jari telunjuk. Karena itu adalah manusiawi dan seolah menjadi konsesus dibumi ini. Termasuk saya.

Dalam hal jari telunjuk ini , tentu kita haruslah mendapat pelajaran tentang perlunya kita mempunyai sifat memberi ‘petunjuk ‘kepada siapapun yang membutuhkan. Memberi petunjuk adalah kebaikan yang sangat mudah namun berdampak luas bagi orang yang anda beri petunjuk ( arahan ). Bila ada kesalahan nyata terjadi didepan anda maka seharusnya anda berani menyampaikan kebenaran dalam konsep memberi petunjuk. Tidak dalam arti menggurui dengan paksaan. Banyak kita lihat sekarang betapa masyarakat individualist sangat mahal memberi pentunjuk bahkan menjadikan petunjuk sebagai satu komiditi ( lahan business ) Kehidupan yang penuh kompetisi telah membuat orang menjadikan petunjuk sebagai satuhal yang sangat mahal. Semakin mahal tarif “ petunjuk” maka semakin dipercaya pemberi petunjuk itu. Ulama yang tidak minta bayaran akan sulit mendapatkan komunitas bergengsi untuk diberi pencerahan.

Apabila Allah memberi kita nikmat yang tak ternilai maka itu adalah Ilmu. Namun bila Allah menempatkan kita sebagai makhluk terendah maka itu juga karena kita tidak menggunakan Ilmu untuk memberikan pentunjuk kepada orang lain. “ “sampaikanlah kebenaran itu walau hanya satu ayat “ sabda Nabi. Disorga , derajat orang berilmu yang mengamalkan ilmunya untuk kepentingan orang banyak disejajarkan dengan para Nabi. Nilai yang sangat tinggi dalam dimensi keabadian.

Jari Tengah
Dalam susunan lima jari maka “jari tengah “ selalu yang tertinggi /panjang dibanding yang lain. Mugkin ada juga sebagian orang yang mempunyai jari tengah lebih pendek tapi itu termasuk langka. Pengecualian.

Tengah bermakna “keadilan “. Tengah adalah pusat bertumpunya timbangan. Permainan sepak bola selalu diawali dengan lapangan tengah. Artinya ‘tengah “ mencerminkan keadilan. Mengapa jari tengah selalu lebih tinggi diantara lima jari ?. Karena semua perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan bernilai bila kita tidak dapat bersikap adil. Anda selalu berbuat baik hingga mengorbankan diri anda sendiri maka anda telah berlaku tidak adil pada diri anda sendiri. Juga anda telah membantu orang lain dengan memberikan pekerjaan tapi anda menghargai jerih payahnya terlalu rendah dibawah UMR. Itu samasaja anda memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi tanpa rasa keadilan. Itu sama saja anda telah mempermainkan kebaikan dengan tidak memberikan keadilan terhadap orang lain. Kebaikan yang lebih jahat daripada perbuatan jahat yang sebenarnya.

Panca indra yang ada pada diri kita tidak akan berfungsi dengan baik bila kita tidak dapat mengendalikannya dengan kekuatan jiwa dan pikiran yang seimbang dan adil.. Ibarat anda mengendarai kereta dengan lima kuda. Kelima indra itu adalah kuda. Sementara Kereta adalah kehidupan anda. Maka kelima kuda itu dapat bergerak seirama menuju jalan yang anda inginkan bila anda dapat mengarahkan mereka dalam barisan yang teratur sesuai dengan kehendak jiwa dan pikiran anda. Namun dapat pula kelima kuda itu berlari kearah yang berlainan atau salah satu diam tak bergerak maka tentu bukannya kereta itu akan bergerak malah anda akan jatuh tersungkur oleh kelima kuda itu. Mengarahkan kelima indra membutuhkan keadilan /keharmonian /keseimbangan agar kehidupan anda sampai pada tujuan yang sebenarnya.

Pada kehidupan bangsa kita kini, keadilan telah menjadi komoditi. Keadilan tidak lagi berdasarkan kata nurani tapi lebih pada petimbangan untung rugi. Sehingga keadilan hanyalah bermakna “adil “ tanpa ruh “keadilan hakiki “.Masyarakat yang sudah melupakan hakekat keadilan sangat bulit berbicara tentang “Cinta dan Kasih Sayang. “Sebetulnya bersikap adil tidaklah sulit bila kita mau menjadikan nurani sebagai penentu dalam bersikap.

Jari Manis.
Jari “manis “ ini terletak setelah jari tengah. Sudah menjadi budaya cincin kawin diletakkan pada jari ini. Jari manis menjadi simbol cinta. Simbol keikhlasan jiwa untuk memberi dan bertaut dalam suka maupun duka.

Memaknai Jari Manis ini adalah agar kita diingatkan untuk bertutur kata, berbuat dan melakukan apa saja dengan sikap manis. Sikap yang jauh dari prasangka buruk. Sikap yang mengutamakan kasih sayang dan kejujuran. Senyuman akan selalu terpancar dari sikap manis. Sikaf manis adalah sumber kedamaian yang selalu menerangi jiwa dan pikiran kita. Membuat hidup selalu indah. Sikap ini haruslah menjadi budaya dalam keseharian. Perhatikanlah bila kita berjalan di Mall , orang orang berjalan dengan wajah tanpa kedamaian. Penuh curiga dengan mangapit dompet kuat kuat. Karena takut dicopet.Jangan berharap anda akan mendapatkan respon baik bila hendak bertanya kecuali jawaban singkat “ tanya aja sampai Information desk “ tanpa senyuman. Orang kota mencari kedamaian kedesa katanya untuk menikmati udara pegunungan atau pantai. Kalau mau jujur bukan gungung atau pantai membuat orang damai kecuali nuasa yang berselimut tutur sapa dan sikap manis masyarakat desa itulah penyebabnya.. Justru disinilah kedamaian itu ada. Kemanisan sikap adalah ruh kasih sayang dan membuat semua orang rindu. Tapi anehnya disekitar kita sendiri , dikota yang penuh kemewahan telah membuat kita menjauh dari ruh itu.

Jari kelingking
Jari Kelingking adalah jari tekecil/rendah diatara susunan lima jari. Atau disebut juga anak jari. Tapi kehadirannya membuat kelima jari menjadi sempurna dan anggun. Jari kelingking adalah satu perlambang tentang “Rendah Hati “ Kata kecil/rendah namun tak akan pernah mengecilkan kita. Bahkan dapat membuat kita besar. Tokoh besar dalam sejarah mempunyai sifat redah hati ini. Seperti Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Isa RA, Mahatma Gandhi , Ibu Theresa dan banyak lagi. Mereka besar dan abadi dalam sejarah karena mereka memberi teladan tentang kebaikan , ketulusan dengan sikap “rendah hati “

Bila sifat rendah hati tidak ada maka rumah mewah berlebih kamar tidaklah cukup bagi anda. Makan secukupnya tidak akan mengenyangkan anda. Baju tanpa merek terkenal tidak akan membuat anda nyaman. Anda tidak akan nyaman memiliki kendaraan bila tidak bermerek terkenal dan mahal. Anda tidak akan puas bila putra anda hanya tamatan universitas dalam negeri. Rendah hati akan menjauhkan kita dari kehidupan penuh topeng untuk mendapatkan kehormatan. Sifat sombong membanggakan kelebihan diri sendiri tak mau mendengar saran orang lain, tidak suka memberi maaf dan meminta maaf, Takabur dengan keyakinan dan kemampuan yang ada adalah sifat yang bertolak belakang dengan sifat rendah hati. Sifat yang akan merusak jiwa dan pikiran .Yang pada akhirnya kita terdampar dalam keresahan yang tak bertepi. Menuai derita ditempat keceriaan. Bagai ikan mati karena haus. Rendah hati adalah lambang kekuatan sejati, Kekuatan yang tampil dari kejujuran , ketulusan dan kepatutan.

**
Genggamlah kelima jari itu dan tekad kan dalam diri anda untuk menjadikan kelima jari itu sebagai hikmah untuk menuntun anda menuju kebahagiaan , kedamaian didunia dan akhirat.

Wednesday, July 20, 2005

PENJARA

Mungkin sudah banyak tau bahwa Tommi ( Hutomo Mandala Putra – Putra ex Mantan President Soeharto ) ada di LAPAS Nusakambangan. Ini adalah LAPAS terangker di Indonesia dan hanya diperuntukan bagi terpidana berat saja. Terisolasi tidak hanya berada dalam Kamp Tahanan tapi juga dari kehidupan ramai. Tapi taukah anda. Dalam kondisi terpenjara pidana ,senyatanya Tommi tidak pernah terpenjara secara perdata. Kehidupan businessnya terus berjalan. Dia nampak bahagia karena penjara telah membuat hatinya tidak lagi terpenjara. Kekawatiran tentang masa depan sudah bukan lagi yang diperhitungkannya. Melalui beberapa sahabat yang masih setia , dia mulai membenahi usahanya. Bahkan bertambah lancar dan tajam sepak terjang business nya. Dalam kurungan , dia telah berhasil melakukan restruktur perusahaannya secara menyeluruh. Didalam situasi menjadi pesakitan Tommi jadi mengetahui siapa teman siapa lawan. Penjara pisik tidak pernah menghentikan orang untuk berkreasi apabila dia mempunyai kebebasan dalam berpikir tanpa ada rasa kawatir akan masa depannya. Percaya Allah telah menentukan semua yang ada didepan kita. Percaya Allah maha pengampun, pengasih dan penyayang kepada hambanya yang ikhlas. Dalam hal Tommi apakah dia dapat mengambil hikmah dari situasinya kini ¿ wallahu a’lam.

Ada seorang sahabat yang selalu berkeluh kesah dan tertekan. Karena dia selalu memikirkan masa depan anaknya yang masih berusia 5 tahun. Tantangan yang ada didepan mata selalu disikapi berlebihan. Kawatir karirnya akan hancur dan tentu akan berpengaruh terhadap masadepan anaknya. Ketika bunga bank turun diapun semakin tidak nyaman karena kawatir tabungannya tidak bisa bertambah cepat untuk mendukung masa depannya. Rasa cinta yang berlebihan terhadap masa depan keluarga telah membuat dia semakin kikir terhadap orang lain. Juga kikir terhadap dirinya sendiri. “ tidak akan ada orang akan peduli pada anak saya bila saya tidak punya cukup bekal untuk masa depannya. “ begitu keluhnya dalam kekawatiran yang tak pernah hilang. Rasa kawatir telah memenjara kreatifitasnya dan takut mengambil resiko apa saja yang akan mengurangi hartanya.

Jadi tidak mengejutkan bila banyak orang yang ada didalam mobil mewah , di rumah mewah dan kamar kerja mewah merasa terpenjara. Penjara yang menghalanginya untuk melangkah bebas. Yang selalu merasa diawasi. Tidak ada yang membuatnya merasa terpenjara kecuali perasaannya sendiri. Perasaan akan kekawatiran masa depan. Perasaan takut kehilangan harga diri. Perasaan takut kalah. Kekayaan harta menimbulkan perasaan takut kehilangan. Kekawatiran ini membuat dia semakin tamak dan semakin curiga dengan siapapun yang akan mengurangi hartanya. Sehingga langkah dan tindak tanduknya semakin eksklusif. Jauh dari orang kebanyakan. Dia bentengi rumahnya dengan pagar tinggi. Dia bentengi uangnya di bank bank yang menawarkan layanan pribadi ( Private Banking ) yang sulit dilacak orang. Secara teratur dia selalu general check up di luar negeri untuk memastikan tubuhnya sehat. Kawatir kematian menjemputnya. Kawatir dan kawatir itulah yang terus membuatnya tidak pernah bahagia. Sebetulnya mereka ada karena kemiskinan jiwa dan kekerdilan bersikap. Harta diburu dengan cara tanpa perasaan kasih sayang. Kecuali sikap tamak dan tidak peduli dengan orang lain. Lebih mengutamakan harta daripada “ cara” mendapatkan harta.

Pernah suatu ketika di Mekkah, tepatnya di Masjid Al Haram, di saat buka shaum ada beberapa orang pengemis membawa kain yang tampaknya penuh dan isinya terlihat berat. Mereka meminta-minta sampai kain bawaannya semakin banyak. Hingga sulit dibawa dengan tangannya. Ternyata, dia melakukan itu karena merasa bahwa belum tentu besok hari akan mendapatkan kesempatan yang sama. Orang yang miskin jiwa seperti itu terus tumbuh. Orang-orang yang licik, koruptor, yang mengambil harta orang lain tanpa hak, sebetulnya mereka adalah orang-orang miskin. Walaupun jabatannya tinggi, kedudukan dan hartanya berlimpah, tetapi jiwanya tetap miskin. Dia akan terus mengambil apa saja yang ada di hadapannya, meski itu bukan miliknya. Saat pembagian beras untuk orang miskin (Raskin), mereka menjadi orang pertama yang mengambil beras itu. Sebelum sampai kepada yang berhak sudah dimakan lebih dulu oleh oknum-oknum yang miskin jiwa tersebut. Atau kalau tidak, beras itu mereka timbun untuk kemudian dijual.

Orang yang miskin jiwa, bila naik jabatan akan sibuk mencari rampasan. Akibatnya, kewajibannya menjadi terbengkalai. Miskin jiwa, meski kaya harta; dia akan merusak. Oleh karena itu, jangan mencari pasangan yang kaya secara lahiriah. Carilah manusia yang kaya batin dengan penuh kemuliaan. Kekayaan lahir itu hanyalah topeng. Orang yang hanya mempertontonkan topeng adalah kekanak-kanakan. Harta yang didapat dengan tidak halal tidak akan membuat bahagia. Bahkan akan jadi racun untuk keluarga. Yang akan membelenggu kehidupannya. Memenjarakan dirinya sendiri.

Perasaan kawatir itu lebih banyak timbul karena refleksi akal yang menyesatkan. Akal selalu salah menyikapi masadepan dan cenderung membuat pikiran kita terbelenggu. Pikiran kita ada dalam perhitungan untung rugi semu. Perhitungan akal inilah yang mendikte hati dan perasaan kita menjadi merasa selalu terpenjara. Padahal masa depan bukanlah milik kita. Kita hanya memiliki masa lalu dan masa kini. “Maka nikmat apa saja yang ada pada kalian, maka itu semua dari Allah (S. 2: 165)” Setiap yang bersumber dari Allah tentu Allah akan menyediakan pertolongannya bagi kita. Setiap yang bersumber dari Allah tidak akan membuat kita teraniaya. Karenanya bersihkanlah hati dan jernihkan akal tanpa topeng yang menyesatkan. Apabila kita berjalan kearah yang benar maka kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Bila kita mengejar dunia maka kita akan kehilangan akhirat. Bila kita mengejar akhirat maka kita akan mendapatkan kedua duanya.

Jadi perkuatlah pegangan bandul kehidupan anda dengan banyak berbuat tanpa rasa kawatir apakah bandul itu akan kekanan atau kekiri. Caranya lepaskan belenggu dari perasaan ingin dihormati , ingin diperhatikan , ingin menguasai , ingin aman. Selanjutnya melangkahlah dengan bebas bagai burung camar. Ikhlas berbuat karena Allah ,melintasi hari hari dengan banyak “memberi.” Semakin banyak anda “memberi” maka semakin jauh belenggu ‘keinginan” dari kehidupan. “Memberi “ adalah kata kerja yang didasarkan oleh cinta dan Kasih Sayang bagi sesama dan karenanya itulah kebebasan yang hakiki bagi jiwa dan pikiran kita.

Tuesday, July 19, 2005

BERSYUKUR

‘ Saya seperti keledai atau lebih tepat kuda penerjang bukit. Hidup saya selalu ditekan oleh tuntutan yang tidak bisa saya hindari. Saya harus menghidupi ribuan karyawan. Bayar bunga bank , angsuran hutang Bank dan belum lagi harus ngemong pejabat. Setiap saya bangun pagi , terasa begitu berat beban yang menghimpit sehingga saya tidak pernah tau lagi keindahan mentari pagi. “ Demikian teman saya bertutur. Dulu puluhan tahun lalu, dia juga pernah mengeluh betapa sulitnya hidup serba diatur dan terjebak dengan rutinitas sebagai karyawan. Dia putuskan untuk berhenti kerja. Ingin mandiri. Kini dia tidak lagi merasa hidup serba teratur. Karena tidak ada yang mengatur. Dia tidak lagi menghadapi rutinitas yang membosankan karena dia sebagai creator dan leader. Tapi dia sekarang menghadapi “tuntutan yang tidak bisa dihindari. Artinya dalam rentang waktu hidupnya , dia telah melakukan kesalahan. Hidup sebagai karyawan, itu salah. Juga hidup sebagai pengusaha juga salah. Lantas mana yang benar. Mungkin dia dulu menyalahkan tuhan ketika menjadi karyawan. Dan kini tentu dia akan menyesali mengapa tuhan menjadikannya sebagai pengusaha. 'Dan sedikit sekali daripada hamba-Ku yang tahu berterima kasih (bersyukur)." (QS. Sabda': 13)

Teman saya yang lain juga pernah bertutur bahwa dia sangat kecewa karena gagal mendaki gunung himalaya setelah berhasil menaklukan Gunung Jaya Wijaya. Tapi jauh sebelumnya dia pernah mengeluhkan karena belum berkesempatan mendaki gunung Jaya Wijaya. Saya tidak tau apa yang akan dikeluhkan bila dia telah berhasil menaklukkan Gunung Himalaya. Mengejar puncak ego adalah sifat manusia pada umumnya dan sebagaimana firman Allah
"Sesungguhnya Allah sentiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." (QS. al-Baqarah: 243)

Manusia acap kali terjebak dalam egonya. Karena dia selalu melihat dari sisi negatif atas takdir yang menimpanya. Dia tidak mampu menerima apa yang disebut sisi “ kelebihan dan kekurangan, Kebaikan dan keburukan “. Dua kata yang selalu bersanding. Keseimbangan yang mengharuskan kita untuk terus bergerak. Layaknya ayunan bandul jam. Ayunan kekiri dan kekayan yang selalu sama. Tapi ayunan itu akan tetap bergerak apabila tempat bertumpu ayunan itu kuat. Keterhentian ayunan itu akan membuat proses terhenti. Kekiri atau Kekanan. Dua duanya selalu tidak nyaman karena tidak ada keseimbangan. Tidak ada warna. Hidup akan menjadi hampa. Kita harus mempunya kekuatan untuk mempertahankan bandul kehidupan dalam situasi dan kondisi apapun. Karena itu pasti akan terjadi seiring waktu berlalu.
“ Sesungguhnya Kami (Allah) menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah antara mereka yang terbaik perbuatannya."(QS. al-Kahfi:7)

Tidak berlebihan bila orang bijak berkata “ Aku membutuhkan kesulitan agar aku dapat mengerti makna kemudahan. Aku membutuhkan penderitaan agar aku dapat memahami kebahagiaan. Aku memahami kebencian orang lain bila mengharuskan aku untuk belajar mencintai orang lain. “ Seharusnya hidup bukanlah untuk dianalisa apalagi dikeluhkan tapi dilalui sambil melihat langkah dibelakang dan mensyukuri setiap apapun yang kita terima.
" Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl:78)

Begitupula kita selalu inginkan segala sesuatu dapat berjalan sesuai apa yang kita mau.. Kita tidak menyadari bahwa setiap hasil adalah suatu reward dari kesabaran , ketekunan dan kerja keras. Proses ini bergulir tanpa bisa kita hindari. Kualitas dan kuantitas reward sangat tergantung kualitas kita melewati proses waktu itu. Setiap manusia mempunya kualitas sendiri sendiri dan sehingga mempunyai reward sendiri2 sesuai takarannya. Itu sebabnya takdir manusia menjadi berbeda. Ada karyawan , ada pengusaha dan penguasa , ada kaya , ada miskin. Menyadari ini akan membuat kita disadarkan bahwa hidup terlalu singkat bila kita hanya sibuk menilai reward. Reward materi tidak memberikan apaapa kecuali kehampaan. Sementara menanamkan kepuasan , rasa syukur terhadap diri sendiri karena mampu memuaskan orang lain dan menghidarkan diri dari segala perbuatan maksiat adalah buah yang tak ternilai. Apapun buahnya , kita telah menentukan pilihan kita secara benar. 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (Q.s. Ibrahim: 7

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...