Ini cerita temanku. "Dihadapan saya duduk seorang Agent distribusi pabrik saya. Dia tampak gugup dan berwajah kelabu. Dalam keheningan tanpa kata keluar dari mulutnya. Dia tak mampu memulai pembicaraan ini. Data dari Dept Marketing dan Keuangan telah menempatkan dia sebagai agent bermasalah. Penyelesaiannya hanyalah melalui penegak hukum Perusahaan sudah mempersiapkan gugatan kepada dia.
“ Anda sudah menjadi mitra kami lebih dari 2 tahun. Selama itu anda selalu consisten dengan commitment anda. “ Demikian saya memulai pembicaraan. Saya utarakan itu dengan wajah senyum tanpa ada kesan marah atau menyesali masalah yang ditimbulkannya. Dia tatap wajah saya dan mencairlah ketegangan diwajahnya. Dia membalas senyum saya.
“ Saya akui semua kesalahan saya. Karena kebodohan saya. Akhirnya anda dirugikan. Apapun yang akan anda timpakan kepada saya,. Akan saya terima. “ katanya. “ saya ada rumah dan tanah serta perhiasan istri. Itu semua akan saya jual untuk memenuhi kewajiban saya kepada anda. Bila itu belum cukup maka saya siap mempertanggung jawabkan didepan pihak yang berwajib “ lanjutnya.
“ Saya hanya minta anda untuk bangkit lagi dari kesalahan masa lalu anda. Juallah seluruh harta anda. Dan gunakanlah itu sebagai modal awal anda untuk bangkit. Kami akan tetap menempatkan anda sebagai mitra. Kelak bila anda beruntung , angsurlah kewajiban anda yang tertunggak. “ jawab saya. Diapun menangis. Dia peluk saya. Staf direksi lain , menatap bingung kepada saya.
Mengapa kamu begitu mudah memaafkan. Tanyaku, Teman ini menjawab bahwa bila kita harus menghukum , haruslah tanpa amarah. Dan setiap kemarahan itu tidak akan pernah menghasilkan apapun. Energi kita akan hilang dan kehormatan kita akan hancur. Memberi maaf adalah yang terbaik bila maaf itu didasarkan oleh kasih sayang. Benarlah,lanjut teman ini, lambat namun pasti akhirnya dia menjadi mitra terbaik kami. Sangat loyal. Hutang yang tertunggakpun sudah mulai diangsurnya. Akhirnya kami mendapatkan agent yang loyal , yang tangguh digaris depan menjual produk kami.
Kelemah lembutan adalah akhlak mulia. Ia berada diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila setiap permasalahan hidup dihadapi dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikiran yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah ta’ala dan rasul-Nya. Dan jika menyelesaikan masalah dengan kebodohan maka akan menghinakan diri dihadapan manusia.. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemah lembutan, ia akan mulia di sisi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Demikian agungnya akhlak ini sehingga rasullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR. Muslim)
Bila kita sedang marah maka ingatlah bahwa kita terjauhi dari akhlak yang mulia. Bahkan rasulullah bersabda “ Janganlah kamu marah ! “ ( HR Bukhari ) dan itu diulangnya berkali kali. Karena amarah itu adalah pintu kejelekan yang akan menyesatkan manusia dan menghilangkan tali kasih sayang. Orang marah cenderung menghujat, memaki , dan bahkan mengungkit ungkit aib orang yang dimarahi. Mungkin marah dapat berlalu tapi sakit hati bagi yang dimarahi tidak akan lekang oleh waktu. Dia akan membekas dan menimbulkan dendam. Marah yang dimaksud adalah marah yang didorong oleh hawa nafsu. Sebagamana sabda Rasulullah “ Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah”. (Muttafaqqun’alahi). Akan menjadi lain bila marah itu didasarkan oleh kasih sayang karena allah. Marah karena mendidik dan tentu dengan kaidah yang tidak menyakiti hati orang yang dimarahi.
Kendalikanlah diri dari sifat amarah dengan senantiasa mengingat Allah. Berdoa agar dihati kita tetap bersemayam sifat kasih sayang. Sifat yang terhindar dari godaan syaitan yang terkutuk. Bila dorongan amarah begitu memuncak , maka duduklah atau diam sambil berzikir atau berwudhu. Insya Allah , kita akan terhindar dari amarah. Sadarilah bahwa sifat kelemah lembutan penuh kasih sayang tanpa amarah adalah sangat mulia disisi Allah , sebagaimana sabda nabi shalallahu ‘alaihi wasallam : “ Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluq-Nya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemaunnya “ (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat shahihul jami’ No. 6398).
Alangkah indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, karena tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan niscaya akan menjelekkannya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “ Tidaklah kelemahlembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan menjadikannya jelek.” (HR. Muslim).