Siapa pun pasti mengenal sosok bhikshu yang dikenal sebagai Tang San Zang (hakka.Tong Sam Cong). Bhikshu dengan nama asli Xuan Zang (Hsuan Tsang) ini terkenal sebagai guru dari siluman kera batu Sun Wu Kong (Sun Go Kong) dalam kisah Perjalanan ke Barat karya Wu Cheng En (di Indonesia telah ditayangkan filmnya dengan judul Kera Sakti). Dalam film itu mengisahkan perjalanan penuh rintangan yang harus di hadapi sang biksu. Perjalanan ke Barat itu tujuannya untuk mengambil kitab suci . Dan ternyata kisah biksu ini menuai kontroversi hingga sekarang. Saya menulis ini tidak bermaksud untuk memperbesar kontroversi. Tetapi hanya sekedar melihat sejarah dari perpektif berbeda.
Abad ke 17 muncul ulama hebat bernama Wang Tai Yu. Dia ingin mengubah sudut pandang terhadap islam. Harus menyeimbangkan pemahaman langit dan bumi. Wang menulis buku yang berjudul " Chinese Gleams of Sufi Light” ( terjemahan inggris ). Para sufi seperti Wang Tai Yu juga mengemas cerita kera sakti itu sebagai metode mengajarkan islam tanpa menghilangkan unsur Budha dan budaya China. Pemahaman islam yang disampaikan oleh Wang lebih kepada mengaktualkan islam dalam akhlak. Bagaimana Islam bisa melahirkan semangat kemandirian ditengah masyarakat. Bagaimana mentranformasi dari masyarakat yang nrimo, apatis , pesimis, korup menjadi masyarakat yang progressive, passion, berikhsan.
Kisah perjalanan ke Barat adalah novel yang lahir dari berbagai versi sesuai agama yang ada.. Orang Budha dan islam berbeda versi ceritanya. Yang ada dalam berbagai literatur sejarah, hanya perjalanan seorang diri. Sementara soal " kera sakti" itu hanya dongeng saja atau metafora terhadap simbol prilaku manusia. Ada yang mengatakan bahwa kisah ini adalah kisah seorang Tong Sam Cong yang melakukan perjalanan ke barat ( baca: arab ) untuk mengambil kitab suci ( baca: al quran ).Namun tentang kebenaran terkait keislaman biksu Tong masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.Ada pula yang menganggap bahwa perjalanan biksu Tong ini murni sejarah peradaban Budha di China. Kita akan mengulas sedikit tentang kisah Biksu Tong ini dalam konteks Islam di China.
Tong Sam Cong yang hidup di zaman Dinasti Tang (618-907 M) beragama Konghucu. Setelah islam diperkenalkan Nabi Muhammad saw (570-633 M), ia mendapat kabar dari para pedagang yang melintasi jalur sutera (jalur perdagangan sutera telah berlangsung sebelum Masehi) bahwa telah lahir agama baru, yaitu Islam. Itu adanya di Barat. Iapun melakukan perjalanan ke Barat selama 17 tahun untuk mendapatkan pengetahuan soal telah turunnya kitab suci Al Quran. Tong akhirnya menjadi seorang seorang muslim/Islam. Soal benar salah sejarah ini, kita tidak tahu. Tapi coba kita lihat alasan dibawah ini.
Pertama, perjalanan 17 tahun mencari kitab suci itu dari Timur (Propinsi Zhe Jiang) ke Barat lewat Ta Li Muk Phen Ti/Se Chou Ce Lu/Jalur Sutera (XinJiang di wilayah Barat daratan Cina). Jadi yang dimaksud perjalanan ke Barat itu adalah Wilayah Barat/She Thien. itu Arab. Nah kalau perjalanan ke Barat itu yang dimaksud adalah India, tentu harusnya “ perjalanan ke Selatan. Karena India /Thien Tok itu wilayah Selatan. Kalau ke Barat arahnya , itu rasional. Karena pintu gerbang menuju Arab sesuai Jalur sutera, rutenya yaitu dari Propinsi Zhe Jiang (Cina bagian Timur) menuju Barat lewat Gansu lalu ke XinJiang. Sampai kini, di Xinjiang itu ada Fo Yen San/Flamming Mountain yang sebagian besar beragama Islam.
Kedua, jarak kelahiran Tong Sam Cong(abad ke 7 M) dan Budha Sidharta Gautama (5 abad SM) terbentang kurang lebih 1200 tahun. Jadi engga mungkin kan kalau Tong Sam Cong ke Barat cari kitab Suci Budha. Karena seribu tahun lebih sebelum dia lahir agama Budha sudah diperkenalkan oleh Tat Mo Co Su/Bodhi Dharma/Zen yang juga dari India. Bukti Tat Mo Co Su ada di kuil Shaolin gunung Shiong San Propinsi Henan.
Ketiga, Jalur sutera dari Cina - India sudah ada sebelum perjalanan Tong, yaitu dari arah Selatan negeri Cina. Pertanyaan sederhana adalah, kalau benar perjalan itu ke India, mengapa harus memutar begitu begitu jauh lewat Utara baru ke Selatan, sedangkan alat transportasi dahulu hanya unta, kuda atau keledai. Kan engga mungkin mau buang waktu yang sulit dan jauh.
Keempat, pada masa itu (abad ke 6-7 M) di India mayoritas menganut agama hindu. Sementara agama budha mengalami kemunduran (abad 3 M) akibat wafatnya raja asoka (232 SM) sehingga tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India. Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak. Jadi engga mungkinlah Tong ke India disaat agama Budha sedang tidak populer lagi.
Nah sampai disini kita bisa menilai secara logika bahwa perjalan ke Barat itu bukan perjalanan ke India dan dan tidak dalam misi mendapatkan kitab suci Budha. Sekarang kita mencoba tahu, gimana sampai Islam masuk ke China? Apakah ada kaitannya perjalanan Tong Sam Cong ke Barat , karena berita akan ada kunjungan duta Islam ( utusan Khalifah Ustman ( 651M) dari Madinah ( Arab). Mari kita baca sejarahnya.
Ada buku yang berjudul Muslims in China (Perkembangan Islam di Tiongkok). Buku ini ditulis oleh Ibrahim Tien Ying Ma. Secara lengkap buku ini mengupas sejarah perkembangan Islam di Cina sejak awal masuk hingga tahun 1980-an. Islam masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M). Itu terjadi di masa Khalifah Utsman bin Affan RA. Menurut Chen Yuen, dalam karyanya, A Brief Study of the Introduction of Islam to China, masuknya Islam ke Cina sekitar tahun 30 H atau sekitar 651 M (masa setelah Tong Sam Cong melakukan perjalanan ke barat).
Ketika itu, Cina diperintah oleh Kaisar Yong Hui. Ada pula yang menyebut nama Yung Wei penerus dari kaisar tang li shi min. Siapa yang memperkenalkan Islam ke China? Dia adalah Saad bin Abi Waqqash RA, sahabat rasul, pahlawan perang Badar dan penakluk Persia. Sejarah ini diperkuat dalam kitab sejarah Cina, yang berjudul Chiu T’hang Shu. Diceritakan, Cina pernah mendapat kunjungan diplomatik dari orang-orang Ta Shih (Arab). Orang-orang Ta Shih ini, merupakan duta dari Tan mi mo ni’ atau Amirul Mukminin, Khalifah Utsman bin Affan.
Orang China mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao/Yisilan Jiabao yang berarti ‘agama yang murni’. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran ‘Ma-hia-wu’/‘Buddha Ma-hia-wu’ (Nabi Muhammad SAW) dengan sebutan di 'Barat / Barat Besar’. Menurut cerita Perjalanan ke Barat oleh Tong Sam Cong sempat dihalangi oleh Kaisar.Mengapa ? Kaisar kawatir kedatangan Duta Islam ke China bisa menggangu kekuasaannya. Tetapi Tong dapat lolos sampai ke Barat.
|
Masjid Huaisheng |
Tapi setelah Saad Abi Waqqash tiba di China, utusan Khalifah Utsman itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang. Mengapa? Karena Saad Abi Waqqash datang dengan misi damai. Ia dapat meyakinkan Kaisar Yong Hui soal misi Islam rahmatan lilalamin. Akhirnya Kaisar menghargai kedatangan Saad dan menganggap ajaran Islam punya kesamaan dengan ajaran Konfusionisme/budha. Untuk menunjukkan kekagumannya terhadap Islam, kaisar mengizinkan berdirinya masjid pertama di Chang- an (Kanton). Masjid itu bernama Huaisheng atau Masjid Memorial. Menurut versi Ibrahim Tien Ying Ma, masjid itu diberi nama Kwang Tah Se, yang berarti menara Cemerlang, dan dibangun oleh Yusuf. Sedangkan, masjid lainnya yang dibangun di sini adalah Chee Lin Se, yang berarti masjid dengan tanduk satu. Kedua masjid itu masih tetap berdiri hingga saat ini setelah 14 abad. Silahkan berkunjung ke Guanzho.
Ketika Dinasti Tang berkuasa, China tengah mencapai masa keemasan, sehingga dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok. Jadi islam di China lebih dulu masuk daripada Indonesia dan bangsa lain. Masuknya islam ke China tidak ada unsur politik dan tidak ada perang. Kedatangan Saad Abi Waqqash RA ke China bersama pasukannya dalam misi damai. Misi cinta dan kasih sayang. Masuknya Islam ke China tidak datang ratusan tahun setelah islam diperkenalkan oleh Rasul. Tetapi hanya 30 tahun setelah Nabi Wafat. Artinya ajaran islam di China lebih murni. Tidak tercemar politik dan kekuasaan seperti islam yang diperkenalkan belakangan oleh Dinasti islam yang pernah berkuasa.
Itu sebabnya umata islam di China sangat sufi. Dalam kehidupan antar manusia, sangat sulit membedakan dengan Budha, konghucu. Tidak ada simbol. Itu bisa dilihat dari kehidupan suku Hui yang merupakan bagian dari suku Han, suku terbesar di China. Mereka tidak berpolitik. Itu sebabnya mereka bisa hidup dalam sistem apapun. Tetapi mereka mempengaruhi kebijakan politik lewat akhlak yang baik. Karena memang esensi islam, juga agama lainya adalah akhlak. Bukan ritual dan simbol. Keberadaan suku Uighur sebetulnya tidak seperti yang diceritakan Barat yang ingin memisahkan dari dari China demi tegaknya syariah islam. Itu hanya cerita lama tentang perang proxy dari AS dan Eropa yang ingin menguasai wilayah Barat China dan Asia tengah yang kaya SDM Mineral dan Migas.
Kebabasan Beragama di China.
Saya menyaksikan sendiri, di setiap kantor pemerintah di Urumqi, di tempat umum seperti stasiun , bandara, tidak sulit menemukan tempat sholat. Di Xinjiang ada lebih dari 24.400 tempat ibadah, termasuk untuk Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan kepercayaan lain seperti Saman. Dari jumlah itu, 24.200 adalah masjid! Bahkan Perda Syariah Xinjiang mengharuskan pemda membiayai para Imam dan Khotif dan pembangunan masjid.
Umat islam di China tidak dilarang pergi haji. Tidak dilarang melakukan ibadah puasa. Tidak ada larangan menggunakan pakaian muslim. Tidak ada larangan melakukan kegiatan keagamaan. Semua biasa biasa saja. Kalau ada larangan menggunakan burka, itu hanya berlaku di tempat umum seperti kantor pemerintah, stasiun, terminal, bandara, mall. itu sebagai salah satu sarat standar sekuriti. Di tempat pribadi , itu bebas saja.
Pernah ada larangan berpuasa, dan orang Xinjiang sendiri tidak terkejut dengan larangan itu. Karena larangan itu bukan datang dari hukum nasional China, tetapi dari Perda Syariah. Maklum Xinjiang itu di China sama dengan Daerah Istimewa Aceh di Indonesia yang punya hak otonom mengelola wilayahnya, khususnya soal keagamaan. Sebenarnya, bangsa Uighur bukan etnis muslim terbesar di China, melainkan etnis Hui. Namun walau minoritas, mereka punya hak otonomi. Mengapa etnis Hui tidak pernah terdengar melawan pemerintah? Mungkin karena mahzab Etnis Hui itu sama dengan mahzab NU di Indonesia. Mereka mudah dipersatukan dan sangat toleran.
Kembali pada issue Larangan puasa. Itu bukan pada puasanya tetapi pada ritual puasa yang mengharuskan orang tidak tidur sepanjang malam. Ini bisa membuat orang ngantuk ketika siang hari. Kalau dia pegawai, akan mengurangi produktifitas. Kalau dia murid , akan membuat otaknya lemah menerima pelajaran. Nah kalau sampai ada orang ngantuk ketika berpuasa, maka dia harus batalkan puasa. Itu artinya dia melanggar aturan Perda Syariah.
China melarang kegiatan keagamaan yang boros. Itu bukan hanya untuk umat islam, tetapi juga bagi umat kristen dan budha. Contoh China melarang Natal dengan pesta berlebihan tapi tidak melarang kebaktian di gereja atau di rumah. Bahkan tradisi ritual keagamaan pada prosesi pernikahan yang mewah, juga dilarang. Semua larangan itu tidak berkaitan dengan sentimen anti agama. Tetapi bagian dari pendidikan mental agar agama benar benar berfungsi sebagai sumber kekuatan dan kecerdasan spiritual. Hidup itu tidak ramah. Kalau tidak disiplin, tidak hemat, gunung emas pun akan habis.
Saya sempat bilang ke teman di Urumqi “ Kamu tahu, orang luar bilang China menghalangi umat islam beribadah”. Teman saya hanya tersenyum. Bagi saya senyum itu lebih kepada ketidakpedulian dia dengan issue soal agama itu. Mengapa ?” Penduduk kami lebih dari 1 miliar. Tanah kami tidak sesubur Indonesia. Iklim kami tidak seperti Indonesia. Kami hanya bisa berpoduksi tanah selama 5 bulan saja. Beda dengan indonesia bisa sepanjang tahun karena iklim yang bersahabat. Dengan situasi itu, semua orang China hanya peduli dengan issue soal perut. Hari hari kami sudah sangat sibuk memikirkan bagaimana bisa makan hari ini dan besok tidak harus kelaparan. Itu saja.”
Bagaimana dengan sekelompok orang yang menolak dan melakukan aksi terorisme di Xinjiang. “ Itu bukan hanya terjadi di Xinjiang, juga terjadi di negara lain, seperti Eropa dan AS, termasuk di Indonesia yang mayoritas islam. Biasa saja. Itu tugas Polisi dan tentara menghadapinya. Itu soal kriminal. Engga ada kaitannya dengan agama. “ katanya tersenyum.
Islam dan Komunisme.
Ketika Nabi Muhammad memperkenalkan persepsi tentang Tuhan, penduduk Makkah tidak ada yang keberatan. Mereka paham. Itu bukan ajaran baru. Mereka sudah lebih dulu tahu. Karena sebagian besar penduduk Makkah beragama Yahudi dan Nasrani. Kalau ada penyembah berhala hanya segelintir saja. Tapi ketika Nabi Muhammad menentang perbudakan. Menentang ekploitasi wanita. Tidak setuju dengan kemewahan hidup yang mubazir. Itu langsung ditentang. Mengapa ? itu sama saja Nabi Muhammad sedang mendobrak dinding tebal peradaban yang memang sudah terlanjur berengsek. Apa yang dialami oleh Nabi Muhamamad juga dialami oleh Nabi Isya dan lainnya.
Ketika Mao bicara tentang perlunya politik persatuan China, tidak ada perbedaan pendapat dengan elite partai Guomintang. Tetapi ketika Mao menolak terlalu besarnya peran feodalisme. Langsung ditolak oleh Guomintang. Mengapa ? karena Mao menolak ekploitasi wanita. Menolak kemewahan hidup yang berlebihan dan menolak sistem ekonomi yang memperbudak buruh. Dengan senjata dan pasukan besar, Guomintang menghabisi gerombolan komunis yang dipimpin oleh Mao Zedong. Tapi tidak pernah berhasil. Bahkan akhirnya kalah. Padahal pasukan komunis tidak punya senjata cukup. Tentara tidak terlatih. Mengapa? karena Mao bisa merebut hati rakyat China. Budaya yang hidup dihati rakyat China memang seperti ajaran Mao. Mengapa?
Mao terinspirasi dengan Karl Marx. Mao menerima pemikiran Karl Marx dalam konteks metodelogi mencapai tujuan sosialisme. Tapi tidak dengan idiologinya. Siapa itu Karl Marx? ia adalah seorang filsuf, ahli politik, sejarawan, dan tokoh pencetus marxisme. Karl Marx lahir di Jerman (1817-1883) dan meninggal pada usia 65 tahun. Ada yang menyebut lahirnya tahun 1818. Karya populernya adalah Pamflet (1848), Manifesto Komunis (1848), dan tiga volume Das Kapital. Tetapi karya nya itu baru dibaca orang setelah dia meninggal beberapa tahun kemudian. Sebetulnya semua tulisan Karl Max terinspirasi dengan Nabi Muhammad ( silahkan baca Buku” Muhammad 'Inda 'Ulama II Charb” Oleh Syeikh Khalil Yasin ).
Paham Marxian melihat Nabi dalam konteks dialektika historis yang berhasil membentuk beliau sebagai sosok dengan karakter revolusiner. Apa itu? Perang idiologi. Yang targetnya meruntuhkan dominasi dan hegomoni kaum borjouis ( mustakbirin ) atas kaum proletar (mustadh’afÄ«n). Penindasan kaum berjuis terhadap kaum proletar sesuatu yang permissive secara agama ketika itu. Orang kuat menindas yang lemah. Namun Nabi mencerahkan akan hak kaum proletar ( (mustadh’afÄ«n). Pada konteks sejarah, maka kita akan menikmati seni perang ideologi dan kekuasaan yang eksotis dicontohkan Nabi. Paham politeisme bangsawan arab dihantam dengan ideologi monoteisme rumusan Muhammad.
Menurut Syed Ameer Ali ( dalam buku” The Spirit of Islam ), konsepsi ideologis tersebut tidak serta-merta take for granted dari langit. Akan tetapi, ia merupakan satu kesatuan proses sejarah dan pergulatan ideologis-spiritual Nabi yang telah dia peroleh sejak masa kanak-kanak hingga dia berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat tanpa kelas. Itu tak jauh bedanya dengan komunisme. Karena memang akar ajaran komunisme itu adalah Islam itu sendiri. Untuk lebih jelasnya bisa baca buku karya, Munir Che Anam, yang berjudul “ Muhammad dan Karl Marx tentang Masyarakat tanpa kelas". Sukses nya ekonomi China sekarang dan membantu negara islam yang susah, kalau boleh disimpulkan karena mengimplementasikan ajaran Islam tapi dilakukan tanpa bendera tauhid.
Jadi kalau ada orang Islam membenci komunis, itu karena dia tidak paham komunis. Karl Max tidak mengajarkan anti Tuhan. China tidak anti Tuhan. Kalau mereka menolak agama masuk dalam politik, itu bukan berarti mereka anti agama, bukan berarti tidak menerima ajaran Agama. Tapi karena mereka tidak setuju agama menjadi instrumen superstruktur untuk mengeksploitasi manusia. Ekonomi dan akses produksi hanya dikuasai oleh aristokrat/kaum feodal alias borjouis yang tidak punya rasa puas mengeruk keuntungan dengan memperbudak manusia lainnya (proletar) atas nama agama. Sejarah membuktikan dengan hancurnya khilafah Islam dan kerajaan atas nama Gereja akibat korupsi dan penindasan. Semoga paham.