Yang sulit bagiku adalah mempertanggung jawab janjiku kepada mertuaku. Bahwa aku akan mendorong suamiku menyelesaikan kuliahnya sampai jadi sarjana. “ Aku merasa tidak penting untuk melanjutkan kuliah. “katanya
“ Perkuliahan akan membuka pikiran kamu dan membuatnya mengembara ke tempat-tempat yang jauh.”Kataku.
“ Buat apa? Toh pada akhirnya aku akan kembali ke tempat di mana aku berasal. Mati juga.” Katanya cuek.
Dia selalu punya alasan yang jenial untuk membungkam setiap desakanku agar dia melanjutkan kuliah. Aku membayangkan bagaimana dia bisa berinteraksi dengan orang lain yang hebat hebat di luar sana kalau dia hanya tamatan SMU. Tetapi dengan cerdas dia mengatakan. Hidup ini hanya soal persepsi. Ilmu dunia itu bukan hal yang sulit. Karena itu hanya omong kosong. Tuhan itu maha hebat ciptakan diri kita. Bayangkanlah, kalau hanya orang bertitel saja yang berhak sukses, artinya Tuhan tidak adil. Padahal Tuhan kan maha adil.
Pada suatu saat ketika hendak berangkat tidur aku mengajaknya berdiskusi tentang sikapnya. Itu sudah kebiasaan kami dari sejak awal menikah. Diskusi menjelang tidur. “ Lantas apa pendirian kamu sehingga malas kuliah ?Kataku.
“ Aku engga malas. Aku hanya ogah kalau kuliah itu targetnya titel. Tuhan hanya suruh kita menuntut ilmu. Bukan titel.Dan itu tidak harus dari bangku kuliah. Salah aku dimana”
“ Ya kenapa ?
“ Analoginya begini, kamu tahu ‘kan jeruk? Rasanya manis. Kulitnya berwarna kuning dan licin. Kalau dibanting akan terdengar suara lembek. Sekarang perhatikan. Rasa manis itu karena lidah . Warna kuning itu karena mata . Suara lembek itu karena telinga . Nah sekarang di mana jeruknya? Tidak ada. Semuanya, suara, warna, dan rasa itu diterjemahkan oleh otak melalui gerakan saraf di tubuh. Database otak menerjemahkan warna, bunyi, dan rasa itu menjadi konsepsi tentang jeruk. Lantas di mana ? Tidak ada. Yang ada hanyalah ide.
Diri , tubuh, harta, alam, semua itu adalah materi. itu yang kita pelajari di sekolah dan di kampus. Semua materi itu omong kosong. Kehidupan ini hanyalah kumpulan ide tentang materi. Itu tak lain cara hebat Tuhan mengaktualkan dirinya dalam kehidupan kita. Agar hanya Dia sebagai awal dan akhir dari semua urusan. Kalau hal tersebut dipahami dengan benar, maka masihkah menjadikan materi sebagai orientasi hidup ? Kalau ya, maka pasti sangat tolol. Wong pepesan kosong kok dijadikan tujuan? Nah ilmu dunia itu belajar pepesan kosong.”
“ Segitunya kamu bersikap?
“ Apabila kita memahami bahwa materi itu omong kosong, maka konsepsi kita harus dibangun dari nilai-nilai Tuhan. “
“ Nilai nilai Tuhan? Caranya ?” kataku mulai penasaran dengan sikapnya. Aku bangkit dari tadinya tidur, sekarang duduk menatapnya yang telentang.
“ Tuhan menyediakan metodelogi memahami itu melalui kebudayaan, agama atau pengalaman hidup.”
“ Tapi apakah cukup dengan memahami saja?
“ Tidak. harus melatih alam bawah sadar tentang nilai-nilai Tuhan itu. “
“ Mengapa?
“ Alam bawah sadar adalah bagian pikiran manusia yang dak disadari keberadaannya, namun pengaruhnya sangat besar. 90% kekuatan berasal dari alam bawah sadar. Hanya 10% berasal dari alam sadar. Jadi hanya 10% dari bangku sekolah. Ngapain cari yang 10%.
“ Ya udah. Lanjut. “
“ Bawah sadar diciptakan Tuhan sebagai bentuk kekuasanNya. Nasib ditentukan oleh kekuatan alam bawah sadar itu. Atau bisa dikatakan, senang atau susah, sukses atau gagalnya perjalanan hidup manusia, sangat dipengaruhi oleh “program” atau “suges ” yang tertanam di “Pikiran Bawah Sadar”. Oleh karena itu, sangat penting bagi siapa pun juga untuk memahami “Potensi Pikiran Bawah Sadar”. Yang lebih penting lagi adalah tahu menggunakan kekuatan bawah sadarnya.
“ Ya bagaimana caranya ? Kataku penasaran. Eh dia malah mau tidur. “ Jangan tidur dulu. Tentu tidak akan bisa memahami alam bawah sadar tanpa melalui raga. Ya kan. Terusin ceritanya”
“ Ya. tetapi harus disadari bahwa raga terjebak dengan ruang dan waktu. Nah setiap agama punya cara melatih alam bawah sadarnya itu. Contoh, dalam agama Buddha disebut dengan meditasi. Dalam Islam dikenal ritual sholat dan zikir. Dalam Kristen melalui Kebaktian,berdoa. Hindu punya ritual yang dinamakan Sandhyopasana dan Samskara. “
“ Semua agama punya aturan melatih alam bawah sadarnya melalui ritual.” kataku.
“ Ya pada prinsipnya mereka harus menghilangkan atau membersihkan pikirannya dari rasa bangga, prasangka, atau pengharapan. Dalam Islam, ketika orang sholat dia dak lagi berada di dunia. Dia berada di singgasana Allah. Hanya ada dia dan Allah. Tidak ada perantara apapun. Agama lain pun punya prinsip yang sama. Bila latihan itu dilakukan terus menerus sepanjang usia maka alam bawah sadar akan terbentuk dengan sendirinya. Sehingga pikiran bawah sadar dapat mengendalikan aktivitas fisik tanpa disadari oleh pikiran sadar dan dapat mengungkapkan ide atau pikiran yang berada di luar jangkauan persepsi sadar . Dengan demikian maka hidup akan berubah, penyakit bisa tersembuhkan, kesuksesan dan kebahagiaan bisa diraih dengan mudah. tidak hanya bekerja dengan kecerdasan berpikir, melainkan intuisi, kreatifitas dan keberuntungan berpihak kepada kita “
“ Mengapa?
“ Cara kerja pikiran bawah sadar sangat berbeda dengan pikiran sadar. Apabila selama ini bekerja keras dan hanya mengandalkan logika atau alam sadar saja, maka pasti mendapatkan hasil yang biasa-biasa saja. Atau bahkan untuk mencapai suatu usaha, perlu banting tulang sehingga kelelahan. Mudah terjebak dengan cara pintas perbuatan dosa yang merugikan orang lain.
Nah banyak orang beragama dan berpendidikan di era modern sekarang kurang melatih alam bawah sadarnya. Mereka hanya sibuk melatih logika alam sadarnya melalui pendidikan dan kursus, hasilnya hanyalah paradox. Banyak orang beragama rajin melakukan ritual meditasi dan sholat, malah potensi alam bawah sadarnya dak muncul.”
“ Mengapa? Makin penasaran aku.
“ Karena persepsinya ketika sholat masih berada di alam sadarnya dengan harapan akan mendapat reward pahala atau surga, atau kehormatan. Sehingga meskipun dia rajin sholat dan berdoa, dia masih terjebak dengan alam sadarnya. Renta terhadap tantangan hidup, mudah mengeluh dan cepat putus harapan. “
“ Oh gitu ya”
“ Makanya perlu reorientasi mental beragama. Bahwa agama itu harus dipahami sebagai ‘comprehensive commitment’ dan ‘driving integrating motive’, yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor). Bukan sebagai something to use, but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi dak berpaling dari dirinya sendiri. Sehingga ritual agama tidak membuat dia menjadi lebih baik secara mental. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seper ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. “
“ Gimana dengan orang tak beragama atau paham agama”
“ Bisa saja orang tidak memahami agama dengan baik, dak melakukan latihan sholat atau ritual secara intensif, seperti bangsa Cina, Jepang, atau kaum ateis, aliran kepercayaan, namun mentalnya baik karena alam bawah sadarnya menyala.”
“ Bagaimana caranya mereka melatih alam bawah sadarnya?
“ Ya, lewat kebudayaan. Budaya mereka mengajarkan dan melatih berkomunikasi dengan alam dan lingkungan. Tentu dak berkomunikasi semata dengan kata-kata, berkomunikasi dengan “perasaan” (feeling). Perasaan adalah bahasa jiwa. Jika ingin tahu apa yang benar tentang sesuatu, dengarlah nurani yang senantiasaberbicara kepada manusia setiap waktu. Juga bisa berkomunikasi lewat “pikiran” (thought). Pikiran dan perasaan tidaklah sama, meskipun keduanya dapat berlangsung pada saat yang sama. Dalam komunikasi lewat pikiran, mereka menggunakan media imajinasi dan gambaran. Tulisan China dan Kanji itu gambar imajinasi tentang alam. Itu bermakna hebat. Itu ayat ayat Tuhan. Karenanya, pikiran lebih efektif daripada menggunakan “kata” sebagai alat komunikasi.
Mereka juga menggunakan kendaraan “pengalaman” sebagai media komunikasi, seperti melihat orang sakit, kematian, bencana, kekecewaan, kebahagiaan. Setiap pengalaman itu menjadi pemicu untuk memasuki alam bawah sadar. Contoh mereka gagal berkali kali, mereka tidak mengeluh tapi mereka sikapi dengan positif sebagai cara membangkitkan kekuatan alam bawah sadarnya untuk menjadi orang sukses, kuat, dan punya empati besar kepada orang lain. Mereka paham kalau kegagalan dan penderitaan disikapi dengan negatif dan penuh keluhan maka potensi alam bawah sadarnya semakin meredup dan biasanya mereka jadi korban kehidupannya sendiri. Itu mereka hindari sekali.
Kita tidak perlu bersikap negatif terhadap orang yang tak seiman dengan kita dan menganggap mereka salah. Faktanya kadang mereka lebih sukses membangkitkan alam bawah sadar mereka dibandingkan orang yang katanya taat beragama. “
“ Yaa. Mengapa?
“ Pemahaman teologi mengatakan bahwa manusia menciptakan kejadian di alam semesta ini bersama Tuhan. Bahwa manusia bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang dikehendaki. Artinya Tuhan itu sangat dekat dengan manusia. Bahkan kalangan ahli Tasawuf mengajarkan manusia harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. God as me, atau Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, dalam pengalaman rohani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan spiritual bahwa manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan alam sadar tak lagi berfungsi untuk membedakan antara Khalik dan makhluk, antara Tuhan dan saya. Paham kamu.”
“ Dari mana kamu pahami ini semua ?
“ Ibuku yang mendidikku. Aku masih ingat, waktu SMP, ibuku akan berangkat ke Colombo dalam konprensi wanita sedunia. Dia hanya belajar koversation bahasa inggris seminggu. Setelah pulang dia perlihatkan photo dia berpidato diatas mimbar di hadapan peserta dari seluruh dunia. Dia fasih bahasa arab dan mengerti bahasa China. Padahal dia tidak pernah ke Inggris dan Arab, apalagi ke China. Kamu bayangkan. Kapan ibu saya belajar tentang Dunia perempuan secara terpelajar. Dia hanya lulusan pondok pesantren tingkat SLA. Tetapi ilmu dunia itu mudah saja dia serap. Karena 90% alam bawah sadarnya berfungsi dengan baik. Itu karena dia beragama dengan benar. “ Katanya dan dia nampak lelah dan tertidur. Sejak itu aku tidak akan memaksanya melanjutkan kuliah…Kalau dia bisa mengelola bisnis dengan mitra international dan menggaji orang lulusan universitas terbaik, dia tetaplah suamiku yang tak pernah anggap dunia ini segala galanya. Tetapi hanya jalan Tuhan dan melewatinya dengan cara bersahaja.
No comments:
Post a Comment