Ada teman saya orang Korea punya pabrik di China, di kawasan Dongguan. Pabriknya produksi Sepatu wanita. Tahun 2015 setiap hari ada saja buruh yang berhenti kerja. Mereka keluar begitu saja tampa minta pesangon. Kemudian dia cari gantinya. Engga mudah. Rata rata pekerja baru minta gaji diatas UMR. Kemudian lambat laun dalam setahun jumlah pekerja sudah di bawah 50%. Dia lapor kepada pejabat Pemda. Bahwa dia kesulitan dapatkan buruh sesuai UMR. “ Mengapa anda tidak naikan upah diatas UMR, seperti perusahaan lain. “ kata pejabat China.
“ Tapi bukankah pemerintah sudah buat aturan UMR. Apakah itu tidak cukup kuat memaksa buruh mengikuti aturan?
“ Aturan UMR itu bukan produk hukum yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Semua tergantung antara perusahaan dan pekerja. Kalau buruh tidak mau terima sebesar UMR itu, kami tidak bisa menghukum mereka. Itu pilihan mereka yang harus kami hormati. Sebaliknya juga sama, kalau anda beri mereka di bawah UMR dan mereka setuju kami juga engga bisa ikut campur.
Memang sejak tahun 1999 terjadi traing dan propaganda besar besaran dari pemerintah China kepada kaum buruh. “Kerja keras lah kalian. Kuasai skill dan trampillah kalian. Agar besok kalian jadi tuan atas diri kalian sendiri. “ Ada lagi slogan “ kerja keraslah hari ini agar besok kalian tidak berusaha keras dapatkan kerjaan”. Setiap kawasan industri, pemerintah menyediakan pusat pelatihan. Selama mereka ikut pelatihan, mereka dapat upah dan tempat tinggal. Setelah mereka bekerja, mereka juga dipantau oleh pemeritah. Index produktifitas nya dihitung secara berkala. Kalau ada penurunan, aktifis buruh datang mendorong mereka agar lebih produktif dan mengarahkan mereka agar naik kelas.
Benarlah tahun 2008, upah buruh terus naik setiap tahun seiring meningkatnya produktifitas mereka. Itu bukan karena aturan pemerintah. Tetapi karena alasan kompetisi antar perusahaan untuk dapatkan buruh. Mengapa? mendapatkan buruh digaji UMR semakin sulit. Rata rata mereka minta diatas UMR. Tanpa disadari terjadi transformasi industri di China. Industri yang mengandalkan upah buruh murah terpaksa hengkang ke wilayah lain di China yang masih tersedia upah murah. Atau pindah ke Vietnam, Afrika. Yang tetap ada di China di Zona Ekonomi Khusus adalah industri yang padat modal dan membutuhkan skill diatas rata rata. Upah sudah mendekati USD 5 per jam.
Apa yang terjadi pada China, sebetulnya adalah proses sunatullah dalam hidup. Dimana setiap orang harus punya kemampuan survival di tengah kerasnya kesehidupan yang tidak ramah. Di Hongkong saya bertemu dengan gerombolan TKW yang sedang santai di sekitar Causeway Bay. Saya tanya, mengapa kamu jadi TKW? Saya juga bertemu dengan teman di Eropa dan AS. Saya tanya kenapa kamu engga kerja di Indonesia?. Alasan mereka soal gaji dan penghargaan. Menurut saya itu jawaban cara smart untuk survival tanpa keluhan. Engga manja minta diproteksi oleh negara. Banyak pengusaha Indonesia yang mendirikan pabrik di China, Vietnam, Malaysia. Saya tanya mengapa engga buat di Indonesia ? susah bisnis di Indonesia. Kita maju, dipalakin. Kita susah dicuekin. Yang menang yang dekat dengan penguasa aja. DL DL, dia lagi dia lagi. Mereka berbisnis di luar negeri itu juga cara smart untuk survival.
Kalau anda minta segala sesuatu perlindungan dari negara atau perusahaan, sampai mati anda tidak akan pernah dewasa. Sampai kapanpun SDM tidak akan pernah menjadi modal kekuatan bangsa untuk makmur. Malah menjadi beban negara yang senantiasa diperas lewat subsidi dan proteksi. Dulu pengusaha rente dipermudah. Respect mereka kepada karyawan rendah. Karena mereka tidak merasa bisnis mereka berkembang karena karyawan. Tetapi karena penguasa. Kini dengan adanya UU Cipta kerja, bisnis karena politik sudah tidak adalagi. Semua perusahaan harus menjadikan SDM sebagai asset. Dan tentu SDM yang tahu survival. Tidak manja dan bergiat meningkatkan produktifitas. Yang lemah, sebaiknya jangan jadi buruh. Jadi wirausaha juga tidak buruk. Toh sekarang kemudahan berusaha dibuka lebar. Apalagi? berhentilah mengeluh. Perbaiki sikap dan kuatlah berkompetisi.
No comments:
Post a Comment