Tuesday, May 26, 2015

Sonangol...?

Tiga hari lalu Presiden Joko Widodo akan melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Gedung Indonesia 1. Gedung tersebut digarap oleh PT China Sonangol Media Investment (CSMI), perusahaan kerjasama antara PT China Sonangol Land dan Media Group. Gedung yang akan berdiri di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, akan memiliki 59 lantai. Gedung Indonesia 1 dibangun di atas lahan seluas 18.925 meter persegi, dengan luas area konstruksi 306.000 meter persegi serta setinggi 303 meter. Proyek ini sebetulnya dibiayai sepenuhnya oleh konsumen strata title.  Pengelola  menawarkan kepemilikan bangun per lantai dalam kondisi kosong. Semua interior ditanggung oleh konsumen. Sebelum proyek dibangun, sudah sold out.Sehingga praktis pengelola tidak ada resiko apapun atau sudah untung sebelum proyek dibangun. lantas siapa konsumennya ? sebagian besar adalah orang kaya dari Indonesia.Maklum kawasan Thamrin bersinggungan dengan Thamrin adalah kawasan emas dengan yield investasi yang sangat tinggi. Ini bisnis smart yang memanfaatkan pasar kelompok menengah atas indonesia yang kaya raya. Jadi tidak ada kaitannya dengan investasi asing atau aseng. Ini hanya bisnis

Siapakah dibalik investasi ini sebenarnya? Tanah proyek berada dikawasan milik Plaza Indonesia Realty yang dimiliki oleh keluarga Eka Cipta yang berkerja sama dengan keluaga Cendana. Tahun lalu saya dengar rumor  China International Fund yang punya koneksi dengan Oei Hong Leong masuk melalui skema shadow banking kedalam Plaza Indonesia Realty Tbk.Ini bisa dimaklumi karena antara Hong Leong dengan keluaga Eka Cipta sangat dekat, bahkan masih satu keluarga dan juga hubungan  Surya Paloh sebagai mitra Hong Leong dengan keluaga Cendana juga dekat. Hong Leong adalah putra ketiga dari Pak Eka Cipta Widjaya. Memang karakter seorang anak laki laki yang disetiap keluarga punya karakter berbeda beda walau dari ayah yang sama.Dia berbeda dengan anak-anak Eka yang lain--Teguh Ganda Widjaja, Muktar Widjaja, Sukmawati Widjaja, Indra Widjaja, Frankie Widjaja, dan Usman Widjaja--Hong Leong justru memilih hidup jauh dari usaha ayahnya. Sedangkan yang lain masih bergelut dalam ruang lingkup kelompok Sinar Mas yang dibangun sang ayah.  Hebatnya berjalannya waktu dia  berhasil   membangun jaringan bisnis sendiri yang berpusat di negeri tetangga,  Singapura. Bahkan Hong Leong sudah berhasil membangun jaringan bisnis   di negara leluhurnya, Cina. Kabarnya sudah lebih dari 500 perusahaan  yang dibelinya di Negeri Tirai Bambu.

Oei Hong Leong sebenarnya dilahirkan di Indonesia. Namun, sang ayah entah   mengapa justru memasukkan sang anak ke sekolah dasar RRC. Uniknya,  Hong Leong tidak menjadi warga negara Indonesia atau Cina. Dia justru  memilih menjadi warga negara Singapura dan beristrikan seorang wanita  Taiwan. Tampaknya Hong Leong cukup percaya diri untuk melakukan deal bisnis sendirian tanpa melibatkan Ayahnya. Statusnya yang "gado-gado" dia  manfaatkan betul untuk kepentingan usahanya.  Pengalamannya bersekolah di RRC sangat berguna untuk melobi  teman-temannya yang kemudian menjadi pejabat di sana. Hubungan dengan istrinya sangat membantu untuk membuat transaksi dengan pengusaha   Taiwan. "Saya tidak mencari proyek, tetapi justru proyek yang mencari    saya," ujar Hong Leong.  Oei Hong Leong adalah negosiator ulung dan ahli financial engineering yang memanfaatkan skema shadow banking dan banking. Kehebatannya berkelas dunia .Pada akhir tahun 2013, Oei Hong Leong menuntut Goldman Sachs Group Inc. di Pengadilan Federal New York  dalam kasus Trading money market  real Brasil-yen. Tuduhan yang dialamatkan Oei kepada Goldman Sachs adalah fraudulent misrepresentation (kesalahan penyajian dengan maksud menipu), breach of fiduciary duty (pelanggaran kewajiban fidusia), fraudulent inducement (bujukan yang menipu), dan unjust enrichment (pemerkayaan yang tidak adil).

Dia juga ada andil di Dayuan International Development  yang merupakan pemegang saham 99% dari China International Fund,Hong Kong. Semua tahu CIF  dibalik investasi gigantic di Angolan dan Guinean dalam bisnis pengelolaan sumber daya alam termasuk Migas. Yang saat sekarang CIF melalui anak perusahaannya Sonangol  menawarkan JV dengan pertamina untuk membangun kilang minyak. Sonangol harus punya komitmen membangun kilang didalam negeri untuk bisa JV. Artinya harus ada investasi masuk ke Indonesia. Kalau ingin trading maka Sonangol harus ikut ketentuan yang ditetapkan oleh ISC. jadi apapun bisnis yang didukung pemerintah haruslah dasarnya investasi real. Tidak ada lagi rente bisnis yang hanya mengandalkan pasar dan Sumber daya alam.  Banyak pihak menduga bahwa CIF adalah milik pemerintah China. Secara hukum tidak ada kaitannya dengan pemeritah China. CIF bukan BUMN china walau salah satu key director adalah “orang pemerintah “China. Bagaimanapun dan darimanapun sumber investasi harus business basic, bukan politik.

Sebagaimana Dengxioping ketika awal membangun ekonomi China juga menggunakan koneksi pengusaha china perantauan untuk membawa investasi asing masuk ke China. Begitu juga banyak pengusaha indonesia yang sukses di luar negeri yang punya kaitan keluarga dengan pengusaha Indonesia.Mereka orang baik dan petarung melawan hegemoni capitalism yang menggurita dunia melalui debt trap.Mereka tidak memburu proyek pemerintah yang menguras APBN tapi mereka menangkap kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan untuk berkembang atas dasar mutual benefit.  Pada akhirnya investor seperti inilah yang akan memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan nasional.

1 comment:

Unknown said...

Infonya bagus sekali Bang....!!! two thumbs up.... membuka wawasan... thx

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...