Berbulan bulan korban bencana
Gunung Sinabung di Sumatera Utara, tidak jelas statusnya. Mereka tinggal di barak pengungsian.
Setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden, tidak lebih 1 bulan , masalah
pengungsi dapat di identifikasi dengan jelas melalaui acara blusukan kelokasi. Jokowi
memerintahkan Menteri Kehutanan memberikan status tanah hutan lindung sebagai
tempat pemukiman bagi keluarga korban bencana dan memerintahkan ABRI untuk ambil
bagian membangun perumahanya. Masalah selesai.
Tak lama setelah itu masalah Lapindo dapat di indentifikasi dengan akurat
berdasarkan masukan dari semua sumber. Hasilnya , Jokowi mengambil keputusan
untuk mengalokasikan dana pada APBN guna menalangi kewajiban Lapindo untuk
membayar kekurangan ganti untung tanah
warga yang terkena lumpur. Masalah selesai. Sebelumnya masalah ini mengambang
lebih dari 8 tahun dan dibiarkan menjadi polemik tak berkesudahan. Masalah korban gunung Sinabung, Lumpur
Lapindo, adalah bencana yang tidak ada satupun pihak menginginkannya namun pemerintah
sebelumnya begitu lambatnya menyelesaikannya. Sehingga ditengah bencana,
pejabat hanya berwacana namun masalah tidak pernah selesai. Seharusnya disaat bencana terjadi negara
hadir memberikan total solusi sehingga mereka tidak perlu kehilangan harapan. Sebagaimana Jokowi buktikan, ketika bencana
longsor di Banjarnegara, Jawa tengah, Jokowi langsung berada dilokasi dan memberikan arahan
kepada petugas untuk melakukan apa saja agar korban dapat ditolong dan
memastikan mereka masih punya harapan. Masalah selesai, dan tidak butuh berbulan
bulan.
Ketika AirAsia hilang kontak ,
pada hari itu juga menteri Perhubungan membentuk crisis center sehingga
memungkinkan segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat dan terkoordinir.
Keesokannya Wapres langsung hadir di Crisis center dan sehari setelah itu Jokowi
setibanya di Jakarta dari Kunjungan ke Papua, tidak banyak berkomentar tentang
kecelakaan itu. Jokowi tidak menemui Keluarga korban atau mengucapkan rasa
prihatin atau memberikan harapan palsu. Tapi dia langsung mendatangi markas
BASARNAS dan memimpin rapat koordinasi semua kekuatan SAR yang ada. Pada hari
itu juga sebetulnya Team SAR sudah dipimpin langsung oleh Presiden. Ini kali
pertama terjadi dalam sejarah republik.Keesokan harinya Team SAR berhasil
menemukan korban dan Presiden Jokowi langsung terbang ke lokasi di Pangkalan
Bun melihat proses evakuasi badan pesawat dan jenazah dari pesawat Hercules,
kemudian bertemu keluarga di pusat krisis Bandara Juanda untuk menyampaikan
duka cita. The mission accomplished! Bisa dikatakan, ini operasi SAR yang
paling transparan yang saya ketahui. Dimana Presiden dan Wapres terlibat
langsung dalam operasi SAR. Penanganan pusat krisis yang profesional. Saya
mengikuti secara seksama beragam krisis di negara lain, termasuk hilangnya dua
pesawat Malaysia Airlines kode penerbangan MH370 dan MH17. Tidak bisa
dibandingkan pola tragedinya. Tapi pola layanan dan informasi kepada publik dan
keluarga tergolong sangat baik...Bravo Presiden Jokowi, SAR, TNI,POLRI.
Ada dua hal yang perlu kita catat
dari sikap Jokowi ini , Pertama
kepeduliannya terhadap nyawa manusia dan nasip rakyat yang terkena korban tanpa
memperhitungkan dana yang harus dikeluarkan. Kedua , karena itu dia melompati
pagar tinggi birokrasi yang membuat dia berjarak dari rakyat. Dua hal tersebut
bukanlah sikap yang mudah bagi seorang President yang disibukan dengan segala
problema kenegaraan yang kompleks. Namun, Jokowi dengan kekuatan hatinya
meyakinkan semua pihak yang berada dibawahnya untuk berbuat demi cinta. Rakyat
butuh pemimpinnya disaat mereka tidak berdaya. Seteguk air diberikan dengan wajah senyum, harapanpun tercipta. Itulah yang ingin disampaikan Jokowi ketika
dia harus hadir ditengah tengah rakyat yang terkena musibah. Tampilnya Jokowi
menjadi Presiden Baru Indonesia telah menjadi sebuah fenomena. Walaupun
fenomena itu bagi sebagian orang, setidaknya bagi mereka yang tidak menetapkan
pilihannya pada Jokowi-JK, dan tergabung dalam KMP (Koalisi Merah Putih),
dinilai sebagai “the engineered phenomenon” (fenomena yang direkayasa). Karena
diyakini keberhasilan dan kepopulerannya muncul atas bluffing dari media. Namun
apapun persepsi kubu penentang Jokowi terhadap kemunculan dirinya, yang pasti
mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI ini, berhasil mengemas dirinya sebagai
“Pemimpin Rakyat”.
Cap sebagai “Pemimpin Rakyat”
yang menempel pada Jokowi, tidak hanya didasarkan pada gaya ‘blusukan’-nya
dalam menjalankan roda pemerintahan, baik di Solo maupun Jakarta, tetapi
keberaniannya dalam mengubah “kelaziman politik” dalam tata politik Indonesia. Dari
caranya menyelesaikan masalah yang bersinggungan langsung dengan penderitaan
rakyat adalah satu bukti bahwa dia tidak akan pernah berjarak dengan rakyat
namun tetap mengedepankan akal sehat , bukan emosional. Rakyat juga harus
dididik mandiri dengan semakin kecil ketergantungan mereka terhadap subsidi
konsumsi. Negara harus mengupayakan segala cara agar mencari nafkah mudah dan
rakyat mampu membeli kebutuhannya dengan harga berapapun. Walau untuk mencapai
itu harus mengambil keputusan yang tidak populer namun demi rakyat, demi hari
esok ,harus ada yang berkorban dan
negara akan meminimal korban itu melalui program KISehat, KISejahtera, KIP.
No comments:
Post a Comment