Wednesday, December 31, 2014

Berbuat karena cinta.

Berbulan bulan korban bencana Gunung Sinabung di Sumatera Utara, tidak jelas statusnya. Mereka tinggal di barak pengungsian. Setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden, tidak lebih 1 bulan , masalah pengungsi dapat di identifikasi dengan jelas melalaui acara blusukan kelokasi. Jokowi memerintahkan Menteri Kehutanan memberikan status tanah hutan lindung sebagai tempat pemukiman bagi keluarga korban bencana dan memerintahkan ABRI untuk ambil bagian membangun perumahanya. Masalah selesai.  Tak lama setelah itu masalah Lapindo dapat di indentifikasi dengan akurat berdasarkan masukan dari semua sumber. Hasilnya , Jokowi mengambil keputusan untuk mengalokasikan dana pada APBN guna menalangi kewajiban Lapindo untuk membayar kekurangan  ganti untung tanah warga yang terkena lumpur. Masalah selesai. Sebelumnya masalah ini mengambang lebih dari 8 tahun dan dibiarkan menjadi polemik tak berkesudahan.  Masalah korban gunung Sinabung, Lumpur Lapindo, adalah bencana yang tidak ada satupun pihak menginginkannya namun pemerintah sebelumnya begitu lambatnya menyelesaikannya. Sehingga ditengah bencana, pejabat hanya berwacana namun masalah tidak pernah selesai. Seharusnya disaat bencana terjadi negara hadir memberikan total solusi sehingga mereka tidak perlu kehilangan harapan. Sebagaimana Jokowi buktikan, ketika bencana longsor di Banjarnegara, Jawa tengah, Jokowi langsung berada dilokasi dan memberikan arahan kepada petugas untuk melakukan apa saja agar korban dapat ditolong dan memastikan mereka masih punya harapan. Masalah selesai, dan tidak butuh berbulan bulan.

Ketika AirAsia hilang kontak , pada hari itu juga menteri Perhubungan membentuk crisis center sehingga memungkinkan segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat dan terkoordinir. Keesokannya Wapres langsung hadir di Crisis center dan sehari setelah itu Jokowi setibanya di Jakarta dari Kunjungan ke Papua, tidak banyak berkomentar tentang kecelakaan itu. Jokowi tidak menemui Keluarga korban atau mengucapkan rasa prihatin atau memberikan harapan palsu. Tapi dia langsung mendatangi markas BASARNAS dan memimpin rapat koordinasi semua kekuatan SAR yang ada. Pada hari itu juga sebetulnya Team SAR sudah dipimpin langsung oleh Presiden. Ini kali pertama terjadi dalam sejarah republik.Keesokan harinya Team SAR berhasil menemukan korban dan Presiden Jokowi langsung terbang ke lokasi di Pangkalan Bun melihat proses evakuasi badan pesawat dan jenazah dari pesawat Hercules, kemudian bertemu keluarga di pusat krisis Bandara Juanda untuk menyampaikan duka cita. The mission accomplished! Bisa dikatakan, ini operasi SAR yang paling transparan yang saya ketahui. Dimana Presiden dan Wapres terlibat langsung dalam operasi SAR. Penanganan pusat krisis yang profesional. Saya mengikuti secara seksama beragam krisis di negara lain, termasuk hilangnya dua pesawat Malaysia Airlines kode penerbangan MH370 dan MH17. Tidak bisa dibandingkan pola tragedinya. Tapi pola layanan dan informasi kepada publik dan keluarga tergolong sangat baik...Bravo Presiden Jokowi, SAR, TNI,POLRI.

Ada dua hal yang perlu kita catat dari sikap Jokowi  ini , Pertama kepeduliannya terhadap nyawa manusia dan nasip rakyat yang terkena korban tanpa memperhitungkan dana yang harus dikeluarkan. Kedua , karena itu dia melompati pagar tinggi birokrasi yang membuat dia berjarak dari rakyat. Dua hal tersebut bukanlah sikap yang mudah bagi seorang President yang disibukan dengan segala problema kenegaraan yang kompleks. Namun, Jokowi dengan kekuatan hatinya meyakinkan semua pihak yang berada dibawahnya untuk berbuat demi cinta. Rakyat butuh pemimpinnya disaat mereka tidak berdaya. Seteguk air diberikan dengan wajah senyum, harapanpun tercipta. Itulah yang ingin disampaikan Jokowi ketika dia harus hadir ditengah tengah rakyat yang terkena musibah. Tampilnya Jokowi menjadi Presiden Baru Indonesia telah menjadi sebuah fenomena. Walaupun fenomena itu bagi sebagian orang, setidaknya bagi mereka yang tidak menetapkan pilihannya pada Jokowi-JK, dan tergabung dalam KMP (Koalisi Merah Putih), dinilai sebagai “the engineered phenomenon” (fenomena yang direkayasa). Karena diyakini keberhasilan dan kepopulerannya muncul atas bluffing dari media. Namun apapun persepsi kubu penentang Jokowi terhadap kemunculan dirinya, yang pasti mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI ini, berhasil mengemas dirinya sebagai “Pemimpin Rakyat”.

Cap sebagai “Pemimpin Rakyat” yang menempel pada Jokowi, tidak hanya didasarkan pada gaya ‘blusukan’-nya dalam menjalankan roda pemerintahan, baik di Solo maupun Jakarta, tetapi keberaniannya dalam mengubah “kelaziman politik” dalam tata politik Indonesia. Dari caranya menyelesaikan masalah yang bersinggungan langsung dengan penderitaan rakyat adalah satu bukti bahwa dia tidak akan pernah berjarak dengan rakyat namun tetap mengedepankan akal sehat , bukan emosional. Rakyat juga harus dididik mandiri dengan semakin kecil ketergantungan mereka terhadap subsidi konsumsi. Negara harus mengupayakan segala cara agar mencari nafkah mudah dan rakyat mampu membeli kebutuhannya dengan harga berapapun. Walau untuk mencapai itu harus mengambil keputusan yang tidak populer namun demi rakyat, demi hari esok ,harus  ada yang berkorban dan negara akan meminimal korban itu melalui program KISehat, KISejahtera, KIP.

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...