Dulu ketika Rasul masih hidup dan
tinggal di Madinah, bersabda "“bahwa Kota Konstantinopel akan jatuh ke
tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan
pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R.
Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Pemahaman Ilmu pengetahuan yang terbatas
namun keimanan yang sangat besar maka sabda rasul itu diyakini sebagai sebuah
muhjizat. Mengapa ? Ketika itu, Konstatinopel adalah sebuah kerajaan yang
dilengkapi dengan tentara terlatih dan dikelilingi oleh tembok kota yang sulit
ditembus dengan tekhnologi yang ada pada saat itu. Dan lagi, ketika Rasul
berkata itu, umat islam sedang dalam posisi hidup mati menghadapi serangan kaum
kafir qurais,yang selalu terancam. Namun Sabda Rasul itu diyakini oleh para
pengikutnya kecuali kaum yahudi. Mereka tahu bahwa apapun perkataan Rasul
adalah bersumber dari Allah. Keimanan kepada Allah ,juga adalah keimanan kepada
Rasul. Kata kata Rasul itu dicatat
dengan rapi oleh para sahabatnya, dan menjadi inspirasi hebat bagi para pejuang
islam setelah Rasul wafat. Mereka ingin menjadi orang terpilih membuktikan
sabda Rasul itu. Namun ketika itu diyakini sebagai Mukjizat maka ia mengecoh. Terbukti berkali upaya penaklukan
benteng Konstantinopel yang di lancarkan sejak zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan , Khalifah
Umayyah, Khalifah Abbasiyyah, termasuk di zaman Khalifah Harun Arrasyid.
Beberapa usaha untuk menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para
pemimpin Daulah Utsmaniyyah termasuk Sultan Murad II yang pernah melakukan
beberapa kali pengepungan ke benteng tersebut. Semua nya gagal.
Tapi, untunglah, tak semua dan
tak selamanya orang teperdaya dengan Mukjizat. Sultan Murad II menyadari dan
paham apa tersirat dibalik hadith Nabi itu bahwa itu bukan mukjizat yang
seperti Nabi Sulaiman mendatangkan Istana Bulqis didepan matanya. Hadith
menyebutkan hukum sebab akibat yang tak terbantahkah ( sunattullah ) bahwa
hanya yang qualified berhak menjadi penakluk. Bahwa kemenangan itu hanya
mungkin bila pemimpinnya baik dan rakyatnya juga baik. Sultan Murad II menyatadari bahwa dia bukan
orang yang qualified sesuai hadith Nabi itu. Untuk itu dia focus untuk
mengawali rencana penaklukan itu dari mendidik putranya sejak usia dini untuk
menjadi penakluk. Putranya itu bernama Muhammad Tsaniy,yang belakangan dikenal
dengan Sultan Muhammad Al Fatih. Proses membuat Al Fatih menjadi penakluk
bukanlah hal mudah atau simsalabim.Tapi proses panjang. Ia didik oleh guru
terbaik diberbagai bidang. Melewati usia pertumbuhan dengan belajar dan belajar
keras. Ketika dia terpilih sebagai khalifah dalam usia muda.Perencanaan
penaklukan itu dibuat dengan sangat teliti dan melibatkan berbagai ahli
dibidang alat perang, spiritual, management logistik perang . Tidak sekali
serang langsung menang.Butuh berkali kali serangan dengan korban tak terbilang
sampai akhirnya Al Fatih berhasil merubuhkan konstatinopel. Sejarah berhasil
membuktikan sabda Rasul itu bahwa Kota
Konstantinopel jatuh ke tangan Islam. Namun tidak dengan mudah tapi proses
panjang untuk bisa sempurna seperti syarat yang ditetapkan sabda Rasul itu.
Mao ingin agar Cina yang ”terbelakang”
bisa beberapa tahun jadi sebuah negeri industri yang setaraf Inggris. Mao percaya
dengan mimpi sosialis komunis yang tidak menciptakan kelas,kesetaraan dalam
kebersamaan untuk membangun peradaban sama rasa sama rata. Untuk itu negara
menguasai semua untuk memastikan terjadinya distribusi keadilan. Dengan hebat
Mao menyampaikan retorika tentang kemujizatan komunisme yang akan memimpin
dunia. Rakyat banyak termotivisi dan terinspirasiuntuk di mobilisasi demi mimpi
Mao “Lompatan China jauh kedepan”. Di pedesaan Cina yang luas, ribuan tanur
tinggi untuk produksi baja dibangun dengan mengerahkan segala bahan yang ada.
Hasilnya: baja yang tak bermutu. Sementara itu, di seantero Cina yang luas,
selama dua tahun berjuta-juta petani telah dikuras tenaganya untuk itu, hingga
sawah dan ladang telantar—dan kelaparan pun datang. Berapa juta manusia yang
mati akibat itu, tak pernah bisa dipastikan. Ketika Deng menggantikan Mao, dia sadar bahwa
mimpi sosialis komunis bukanlah negara “berhak” atas semua tapi negara “berkuasa” atas semua
yang digunakan untuk tegaknya keadilan .Kesetaraan itu bukan diterjemahkan sama rasa sama rata
tapi bermakna keadilan sosial dimana
kesejahteraan orang tergantung dari kerja keras dan pengetahuannya. Hanya
dengan cara itu mimpi sosialis komunis bisa tegak karena emansipasi rakya
terbangun dan setiap orang memberikan kontribusi untuk terbangunnya peradaban
yang makmur dan bermartabat.
Tentu saja harus dicatat:
Indonesia hari ini bukan Khalifah Islam di masa Mu’awiyah , Umayyah, Abbasiyyah yang percaya merebut konstatinopel adalah mukjizat bukan pula Cina di masa
Mao yang percaya kemakmuran China karena mukjizat retorika komunisme. Indonesia harus bersikap seperti Sultan Murad II dalam menafsirkan hadith bahwa kemenangan adalah proses sunatullah,bukan mukjizat. Sultan Muhammad Al Fatih yang berhasil
menaklukan Konstantinopel karena akhlak nya ( mental ) yang agung sehingga
menjadi teladan bagi rakyatnya untuk meniru. Maka terciptalah lingkungan soslal
politik yang meninggikan kalimah Allah dimana
kebaikan diutamakan, kebenaran dibela dan keadilan diperjuangkan. Indonesia harus percaya bahwa kemakmuran itu bukan mukjizat tapi karena proses kerja keras dan kemampuan berkembang karena ilmu pengetahuan. Negara
sebagai wasit yang adil dan bendahara yang jujur dan amanah serta komandan yang tumakninah dengan aturan dan hukum yang
mengutamakan keadilan bagi semua. Indonesia butuh kapitalisme demi terjadinya
kompetisi dan efisiensi namun Indonesia juga butuh sosialimse demi keadilan sosial dan Indonesia
idak bisa lepas dari agama demi lahirnya peradaban yang dirahmati Allah.
Kapitalisme dan sosialisme adalah kebudayaan dan Islam adalah agama yang
menjadi penyeimbang dan memastikan mukjizat itu bukan too good to be true tapi
mukjizat itu adalah kesadaran kita mengakui bahwa Tuhan menjamin rezeki semua
makhluk namun Tuhan tidak pernah mengirim
makanan kesangkar burung. Inilah mukjizat manusia. Menyadari ini adalah inti
dari kesadaran bertauhid yang benar. Bahwa manusia bukan hidup untuk “meminta”
tapi “memberi.”
No comments:
Post a Comment