Latar belakang Jokowi sangat
berbeda dengan Prabowo. Jokowi lahir dari keluarga miskin yang sedari kecilnya
dipaksa mandiri untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Dia harus merasakan betapa
getirnya menjadi orang pinggiran ketika tiga kali terusir dari tempat
tinggalnya yang dipinggiran kali. Prabowo lahir dari keluarga bangsawan dan
terpelajar. Sedari kecil dia hidup mewah dan masa remajanya dalam dididikan
berkelas diluar negeri. Jokowi lahir dari seorang wanita muslimah yang sederhana
dan Prabowo dilahirkan oleh seorang ibu kristiani yang terpelajar. Karenanya
sikap hidup Jokowi sangat rendah hati namun tak membuat dia rendah diri untuk
menjadi something. Setamat SMA dia berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri ,
Universitas Gajah Mada. Sementara Prabowo setamat SMA masuk Akademi Militer
yang mencetak perwira dibawah dokrin Orde Baru dan setelah itu dia menikah dengan
puteri Presiden RI. Jokowi menikahi wanita biasa dari keluarga rakyat jelata.
Selama 30 tahun karir Prabowo di Militer hanyalah melaksanakan perintah
atasannya dan tunduk dengan Protap ( prosedur operasional tetap). Memang
serdadu tidak dilatih untuk menggunakan otaknya secara mandiri tapi menggunakan
otaknya untuk melaksanakan perintah orang lain. Kreatifitas serdadu adalah
keseharian yang membosankan bila tidak ada perang dan konplik. Jokowi tumbuh
dan berkembang sebagai wiraswasta. Dia tidak memulai dari modal berlebih tapi
dari modal seadanya berkat pinjaman dari bank. 9 tahun di merintis usaha jatuh
bangun sampai dia berhasil mengeksport produk furnitur nya ke manca negara.
Jokowi tumbuh by natural menjadi mandiri, Prabowo tumbuh by design untuk
menjadi alat kekuasaan.
life begins forty.Usia empat
puluh telah membuat Jokowi matang. Business nya telah settle. Hidupnya telah
stabil. Dia juga bisa mengangkat kehidupan keluarga besarnya menjadi lebih
baik. Diusianya ke empat puluh dia bersama keluarga berangkat haji untuk
menyempurnakan rukun Islam ke Lima. Pada posisi ini biasanya orang ingin
berbuat lebih untuk menumpuk hartanya menjadi konglomerat. Tapi tidak bagi
Jokowi. Dia lebih menggunakan usianya untuk berguna bagi orang banyak .Karena
itulah dia masuk dalam dunia politik praktis. Awalnya dia melamar kepada Partai
Islam namun terlalu sulit baginya untuk bergabung karena dia bukanlah islam aliran.Dia islam rahmatan lilalamin. Namun potensinya dilirik oleh Partai sekular
yang berhaluan kiri ,yaitu PDIP. Jokowi tidak melihat hal berbeda antara Islam dan PDIP karena keduanya punya misi yang sama yaitu membela kaum duafa.
Karena itulah dia terpilh sebagai Walikota Solo. Periode kedua dia terpilih
kembali sebagai Walikota dengan pengakuan rakyat sampai 90%. Ini merupakan
pilkada dengan tingkat pengakuan rakyat paling tinggi. Semua itu karena rakyat
merasakan kehadirannya sebagai pemimpin
yang memang untuk melayani rakyat. Jokowi tidak membawa gajinya sebagai
walikota kerumah tapi membaginya kepada rakyat miskin. Dari suksesnya di Solo mengantarnya menjadi Gubernur DKI.
Potensinya dilirik oleh elite politik di tingkat pusat untuk menjadikannya
politisi berkelas nasional.
Pada usia lima puluh, Jokowi
telah berada dijalur puncak pengakuan publik akan kepemimpinannya sebagai
Gubernur DKI. Pengakuan bukan hanya datang dari dalam negeri tapi juga dari luar
negeri. Gaya kepemimpinannya yang blusukan bukanlah pencitraan tapi memang itu
lahir dari jiwanya yang tak bisa berjarak dengan rakyat khususnya kaum duafa.
Prabowo , diusia lima puluh berada diposisi terendah dalam hidupnya. Dia
diberhentikan sebagai Perwira Tinggi karena alasan amoral dan tidak disiplin. Prabowo
di ban masuk ke Amerika karena kasus pelanggaran HAM berat dan sampai kini Prabowo
tidak pernah berani datang ke Komnas HAM untuk mengklarifikasi tuduhan
terhadapnya. Rumah tangganya hancur dan sampai kini dia tidak mampu membangun
kembali rumah tangga. Karirnya di bisnis berujung kepada Pengadilan Niaga
akibat gagal bayar hutang sebesar Rp.14 Triliun dari lebih 100 kreditur.
Prabowo terselamatkan dari kebangkrutan karena diberi kesempatan oleh Pengadilan Niaga menyelesaikanya hutangnya selama 15-20 tahun. Dengan keadaan
ini Prabowo bukanlah orang yang mapan tapi orang yang tersandera oleh hutang
dan dalam islam berhak mendapatkan zakat. Beda dengan Jokowi dimana karir
businessnya tidak menjadikan dia
terlilit hutang. Sebagai suami dia mampu menjadikan keluarganya tetap utuh dan rukun. Tidak ada prestasi Prabowo sebagai pemimpin
rakyat kecuali memimpin serdadu. Memimpin rakyat berbeda dengan memimpin
serdadu yang terlatih menuruti perintah dan loyal. Memimpin rakyat butuh
kematangan spiritual dan kecerdasan akal
untuk bersikap bijak terhadap tuntutan rakyat yang beragam dengan latar
belakang rakyat yang plural.Ini tidak mudah. Jokowi telah membuktikan itu di
Solo dan di Jakarta.
Apa yang ditawarkan Prabowo untuk
menjadi presiden hanyalah sebuah agenda yang hampir semua perguruan tinggi
mempelajari agenda tersebut. Namun masalah kehidupan ini agenda tetaplah agenda
namun pelaksanaan adalah segala galanya. Prabowo tidak pernah teruji sebagai
pemimpin rakyat kecuali serdadu, sama seperti SBY dan Seoharto yang pada
akhirnya memimpin dengan mental follower asing. Tak nampak dari mereka pemimpin yang
visioner , yang tercermin dari caranya
berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan
kemampuannya memfungsikan semua potensi
positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara
menjadi ( way of being ) yang transformative. Kita butuh pemimpin yang berjiwa pemimpin
yang memimpin dengan cinta. Bukan pemimpin yang dibesarkan oleh dokrin patuh
tanpa syarat dan terlatih membunuh. Bukan.! Prabowo berambisi untuk menjadi
presiden karena itu dia mendirikan partai. Jokowi tidak punya ambisi kecuali
memang sadar akan takdirnya untuk berguna bagi orang lain. Tak penting dimana
dia ditempatkan namun itu akan menjadi sebaik baiknya tempat untuk dia
mengabdi. Tak dikejarnya kekuasaan namun
bila datang tidak dia tolak. Kalau kini dia di calonkan oleh PDIP maka itu bukanlah
karena kekuatannya memaksa PDIP memilihnya tapi by process dia memang qualified
to be come president. Sebagaimana di Solo maupun di DKI, ketika dia berkuasa
maka dia adalah milik Rakyat. Tak ada satupun yang bisa mendiktenya, termasuk
partainya. Semua karena rakyat dan kembali kepada rakyat, kembali kepada kita semua, tentunya...
3 comments:
Terima kasih atas summary-nya pak Jeli, ternyata berbuat banyak bagi masyarakat bukanlah pekerjaan yang mudah, karena nyatanya banyak pemiimpin umat muslim yang lebih suka dibelakang layar dan berteriak dengan sangat keras mendukung prabowo...sementara yang sudah berbuat nyata malah dituduh dengan berbagai serangan seolah ada musuh bersama baru dalam kehidupan muslim Indonesia saat ini.... Asal Bukan Jokowi....Semoga Allah SWT senantiasa memberikan jalan keluar dari bangsa ini yang sebenarnya memiliki potensi besar dalam menjadi suri tauladan bangsa lain dalam beragama sekaligus berdemokrasi....
terima kasih Pak Erizeli Bandaro, tulisan yang sangat menarik dan sangat penting untuk dibaca khalayak ramai.
Banyak informasi terkait Jokowi dan Prabowo di sini, semoga mencerahkan kita semua tentang rekam jejak mereka. Pilpres sekarang cukup panas dengan berbagai kampanye negatif dan hitam. Blog ini perlu dipromosikan agar memberikan pandangan yang berimbang kepada masyarakat.
Post a Comment