Sunday, October 21, 2012

Andaikan berbagi...


Seluruh dana yang berputar dimasyarakat, entah itu pedagang, industry, jasa, sampai kepada dana pension, perusahaan sekuritas, asuransi dll , ujungnya akan parkir di bank. Bank adalah hulu dari aktifitas uang. Tapi dana ini tidak gratis. Bank harus memberikan bunga kepada deposan atau penabung. Bagaimana bank membayar bunga tersebut ? tentu dari tugas bank sebagai intermediary  yang mendapatkan bunga dan fee dari peminjam. Selisih pendapatan bank dengan pengeluaran ( cost of fund dan operational cost ) harus positip kalau tidak bank akan merugi. Dengan itu bank tidak boleh rugi. Bank harus untung walau dijejali dengan tanggung jawab moral sebagai agent of development. Ketika kemakmuran meningkat, ekonomi tumbuh pesat, maka uang akan semakin deras masuk kebank dan tidur. Mengapa ? karena ini memang dokrin secular bahwa bila pendapatan berlebih setelah dipotong belanja maka menabunglah dibank.Negara juga, kalau pendapatan berlebih, juga menabung. Makin besar tabungan negara semakin perkasa negara itu. 

Sejak tahun 90an Eropa , jepang, tumbuh dengan pesat. Budaya jepang dan Eropa memang gemar menabung dan hidup teratur sebagai pekerja kolompok. Akibatnya uang semakin membanjiri brankas bank. Kekuatan cash in berupa tabungan yang begitu besar sementara pengeluaran untuk pembiayaan project yang begitu rendah, maka membuat bank kesulitan mengatasi banjir likuiditas ini. Bank mengalami bleeding karena interest spread negative. Mengapa bank kesulitan untuk menyalurkan dana ? karena ini berkaitan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank international for settlement yang berhubungan dengan pengelolaan resiko dan prinsip kesehatan bank. Pengelolaan resiko berkaitan dengan kualitas kredit yang harus free riskless. Kesehatan bank adalah kepatuhan memenuhi kecukupan modal ( CAR dan Reserve Requirement). Ini harus dipatuh oleh seluruh bank central didunia. Dua hal ini tidak mudah dan selalu dilemma. Seperti orang pakai sarung. Ditutup kepala kaki nongol, ditutup kaki,kepala nongol.

Keadaan semakin betambah runyam karena orang kaya Arab yang mendapatkan berkah petro dollar juga gemar menabung dan malas berbagi. Dana mereka  memenuhi brankas perbankan di eropa. Posisi likuiditas sudah sampai pada titik meruntuhkan system perbankan di Eropa. Pada saat itulah tahun 1998, Joseph J. Cassano, seorang sarjana bidang political science dari Brooklyn College mengajukan proposal kepada JP Morgan tentang Credit Default SWAPS ( CDS). CDS adalah jaminan resiko atas kredit. Analogi singkatnya bila bank kelebihan dana , ia bisa membeli kredit dari bank lain atau lembaga keuangan. Resiko atas gagal bayar ini ditanggung oleh asuransi. Besaran premi asuransi yang harus dibayar oleh sipenjual kredit tergantung dari tingkat resiko ( biasanya diukur dari tingkat rating). Nah melalui skema CDS ini produk marketable securities berkembang luas, dari yang real sampai yang sintetik  bertaburan dilantai bursa.Walau settlement untuk CDS itu ada yag physical settlement dan cash settlement namun pada kenyataannya cash settlement lebih digemari tanpa harus tahu apakah CDS itu benar ada phisik dibelakannya. Berkat CDS inilah bank di Eropa dan Jepang terselamatkan dari bleeding akibat banjirnya likuiditas.

Penjual CDS terbesar adalah Amerika Serikat dan Pelindung resiko terbesar juga adalah AS (misal AIG ). Maklum saja karena AS adalah Negara yang paling innovative menciptakan saluran investasi dan negara yang paling rakus berkonsumsi ( termasuk pemerintah ) serta negara yang paling kuat dukungan system keuangan. Sebagian dana hasil penjualan surat berharga itu masuk kesektor riel untuk pembiayaan project perusahaan afiliasi AS yang beroperasi dibanyak Negara ( terbesar masuk ke China, Brazil dan India ). Adapula yang dipinjam oleh pemerintah AS sendiri, disamping memang untuk memenuhi konsumsi rakyat AS yang rakus. Belakangan karena Eropa dan jepang terus kebanjiran likuiditas sementara saluran investasi sector riel melambat akibat fluktuasi ekonomi global seperti  hancurnya bisnis dot.com tahun 2000, maka AS menciptakan sendiri wahana investasi sector riel melalui kredit perumahan ( mortgage ).  Bahkan aturan ketat soal CDS tahun 2000 dihapus oleh Parlemen AS, dan sejak itu kreatifitas jual beli surat hutang tak bisa lagi dibatasi. 

Sampai pada puncaknya semua harus dibayar dan modal yang keluar dari brangkas bank itu bukan berbiaya murah. Tahun 2008 ketika system jual beli hutang ( marketable securities) berkatagori AAA itu tidak mampu membayar resiko gagal maka kepanikan terjadi. Hanya butuh beberapa jam saja setelah itu aksi lepas  terjadi besar besaran di bursa. Krisis terjadi. Diawali di AS dan terus menjalar ke Eropa, hanya masalah waktu akan terus menjalar keseluruh dunia. Prinsip bank tidak boleh ambil resiko ternyata dengan instrument CDS yang dianggap aman sesuai kuridor BIS justru menjadikan bank sebagai pesakitan dan akhirnya memaksa negara harus mem bailout. Banyak orang menganalisa krisis ini dari berbagai perspektif tapi tidak pernah masuk kemasalah esensi dari penyebab krisis itu sendiri. Apa penyababnya ? Penyababnya adalah mindset bahwa kelebihan dana setelah berkonsumsi harus menabung. Mengapa harus nabung ? Mengapa tidak sharing dalam skema yang saling menguntungkan dan menjaga ? Menurut teori ekonomi secular memang tidak ada istilah sharing. Harta adalah milik pribadi dan setiap pribadi berkuasa atas hartanya. Negara tidak bisa mencampuri ini dan justru harus menyediakan alat perlindungan agar harta orang kaya tetap aman.

33 negara miskin mempunyai hutang luar negeri yang mencekik sebesar USD 80 milliar. Bandingkan nilai bailout 10 bank besar di AS yang mencapai USD 800 miliar. Andaikan prinsip sharing ini dari dulu  diterapkan maka kelebihan dana itu bisa membantu Negara ketiga merampingkan APBN nya dari jeratan hutang dan lebih berdaya menggerakan perekonomian. Pasar akan meluas, wahana investasi sector real aka meluas untuk menampung kelebihan dana tersebut dan krisis tidak perlu terjadi. Dan tentu instrument investasi ilusi tidak perlu ada untuk menyerap dana berlebih dari orang yang gemar menabung tapi malas berbagi. Jadi islam benar adanya. Bahwa harta harus berfungsi social karena semua adalah milik Allah dan harus kembali kepada Tuhan. Selagi pinsip kelebihan dana harus ditabung dan menjadi mindset bagi semua termasuk pemerintah maka selama itupula krisis akan terus terjadi dan manusia hidup sangat renta. Akankah Eropa, Jepang dan AS menyadari soal ini? Entahlah

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...