Monday, August 01, 2011

Kembalilah...

“Kalian bakal berambisi terhadap kepemimpinan dan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Maka senikmat-nikmat kepemimpinan adalah saat seseorang menyusu darinya (menjabat), dan secelaka-celakanya adalah saat orang melepaskan penyusuannya (mati).”. Demikian baginda Rasul bersabda. Mungkin kamu tahu soal hadith ini yang di rawikan. Al-Bukhari dan Muslim. Tentu kamu paham sekali dan sangat paham. Aku hanya ingin mengingatkan sesuatu yang mungkin kamu lupa. Betapa tidak, saudaraku. Berita buruk , tentang suap mengkorup APBN bertebaran di media massa tentang kau dan Partai yang kau pimpin. Aku tidak tahu berita buruk itu senafas dengan perbuatanmu sebenarnya. Karena yang tahu sesungguhnya adalah kamu dan Allah. Tapi sadarilah sebegitu besarnya amarah orang ramai kepadamu karena didasarkan oleh cinta besar akan sosokmu. Mereka melihatmu dan berharap hari esok akan mengukir tentang kebaikan , kebenaran dan keadilan.

Nampaknya, berlalunya waktu ambisi terhadap kedudukan membuatmu lupa akan kasih sayang dan setelah berkuasa maka cinta dan kasih semakin terhalau. Kamu telah tergoda dengan cinta pujian dan kedudukan di tengah para pecinta dunia. Kamu berhias dengan ilmu sebagaimana berhiasnya dengan pakaian yang indah demi duniamu. Tetapi kamu tidak menghiasi ilmumu dengan mengamalkannya untuk cinta dan kasih sayang sebagai sebuah akhlak mulia. Jiwamu cenderung kepada cinta kedudukan sehingga kamu cinta bermajelis dengan keluarga petinggi negeri serta larut dalam gaya hidup sesat dengan bermandikan kemewahan lahiriah , ajudan yang berlapis melindungi mu untuk senantiasa berjarak dengan orang miskin. Maka jalur partai kamu pilihi sebagai landasan nafsu untuk terbang menjangkau langit.

Sehingga kamupun berusaha untuk menjadi Pemimpin Partai. Namun kamu tidak mungkin mendapatkannya kecuali dengan mengorbankan agamamu, sehingga kamu pun merendah-rendah di hadapan Pempimpin Negeri. Kamu pun melayani Penguasa, dan bukan rakyat jelata. Tak nampak lagi garang wajahmu ketika menyaksikan secara dekat kezoliman dibangun secara sistematis. Tak nampak suara indahmu melantunkan firman Allah untuk tegaknya kalamullah.Yang kutahu, kamu mendiamkan perbuatan-perbuatan buruk yang tersurat maupun tersirat. Kepintaran kamu pergunakan untuk membenarkan semua hal yang buruk itu untuk mendapatkan restu melapangkan jalan ambisi memanjakan nafsumu. Akhirnya dapat ditebak, mereka pun mengangkatmu sebagai Ketua Umum Partai. Itu laksana disembelih tanpa pisau, sehingga kamu berutang budi kepada mereka, yang membuatmu harus membalas budi tersebut. Kamupun lupa kepada Rabbmu.

Saudaraku , mengapa kamu sangat mencintai kekuasaan dan melupakan kebenaran yang harus kamu kejar. Ketahuilah bahwa kekuasaan itu sangat mudah memenjarakan dirimu. .Sangat mudah membuatmu dahaga sepanjang waktu, yang akhirnya menderai hidupmu dalam kelelahan tak bertepi. Tak akan sudah citamu mengggenggam kekuasaan sampai kamu menyadari bahwa kekuasaan itu adalah tugas teramat mulia namun teramat sulit dipikul oleh manusia. Tahukah kamu, setiap kali kita berdoa kepada Allah agar tidak dipikulkan beban yang apabila kita tidak sanggup mengembannya. Adakah ada beban terberat selain kekuasaan ?

Kamu sempat mencibirkan keluhanku. Kamu bilang bahwa inilah misi manusia dimuka bumi sebagai khalifah untuk menegakkan amar makruf nahi munkar. Kekuasaan adalah alat untuk menegakkan kebenaran , kebaikan dan keadilan itu sendiri. Benar! Aku tidak berbeda pendapat soal itu. Aku hanya ingin bila kekuasan itu datang bukanlah kita cari tapi dia datang dengan sendirinya sebagai sebuah takdir yang tak bisa dielak. Bila itu terjadi maka pertolongan Allah akan menyertai kita, sebagaimana baginda Rasul pernah bersabda kepada sahabatnya ““Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberinya karena engkau mencarinya engkau akan dibiarkan mengurusi sendiri (tidak Allah bantu). Tetapi jika engkau diberinya tanpa mencarinya maka engkau akan dibantu (Allah l) dalam mengurusinya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim). Paham ,kan.

Apakah mungkin diera sekarang kekuasaan akan datang dengan sendirinya tanpa diperjuangkan,. Jangan jadi utopis. Realitstislah! Kita hidup dalam era berkompetisi. Era demokrasi, dimana kemenangan harus diperjuangkan untuk mendatangkan kekuasaan dalam genggaman. Paham, kan, Katamu. Oh, saudaraku, ini akan menghalangimu mendapatkan kebaikan akhirat dan kemuliaanNYA, Ingatlah firman Allah ““Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83). Suka tidak suka caramu mendapatkan kekuasaan di era kini memaksamu mengawalinya dengan kesombongan melalui pencitraan dan tentu buahnya adalah kesombongan pula yang berujung tak mungkin kepada nilai nilai takwa.

Kembalilah sebelum terlambat. Terlalu banyak contoh betapa kekuasaan diatas banyak ambisi dan rekayasa tak lain adalah berperang dengan Allah dan pada akhirnya selalu kalah dalam kehinaan. Kembalilah.

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...