Friday, July 15, 2011

Sekali dan mati

Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat ,tampilah para sahabat beliau menggantikannya sebagai pmeimpin umat islam. Mereka disebut Khulafaur Rasyidin yang terdiri dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali. Dalam sejarah dunia hingga kini , seperti mereka, belum ada tandingannya pemipin yang mampu dan berani menegakan kalamulllah tentang kebenaran, kebaikan dan keadilan. Mengapa ? kerena mereka mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan kaffah dan adil terhadap rakyatnya. Namun kita semua tahu bahwa semua mereka mengakiri usianya dengan tragis, terbunuh ditangan pengecut , membunuh mereka dengan cara cara tidak kestria. Bahkan Abu Abakar menurut cerita kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari menyebutkan beliau diracun oleh orang yahudi. Setidaknya mereka semua berlaku seperti syair Khairil Anwar " sekali berarti sesudah itu mati.

Kita tidak tahu pasti apa rahasia dibalik takdir yang menjemput para pemimpin terbaik diplanet bumi itu. Yang kita tahu bahwa Allah berbuat dengan sesukanya dan rahasia Allah termaha luas. Saya teringat kata teman saya bahwa ini sebagai pelajaran termahal kepada umat islam bahwa perjuangan menegakkan kalamullah itu tidaklah mudah dan murah. Kehidupan didunia ini hamparan ibadah terluas bagi orang beriman. Baik dan buruk bersanding tak terelakan. Tak mudah untuk mengetahui dengan pasti orang terdekat kita, lingkungan kita. Kita hanya bisa menduga duga dan kemudian berserah diri kepada Allah untuk terhindar dari prasangka buruk. Namun dari sikap seperti inilah yang kadang membuat umat islam yang beriman dan bertakwa sangat renta untuk dikalahkan secara tak adil.

Menegakkan kebenaran ,kebaikan dan keadilan sesuai bimbingan Allah , memang sangat utopis, seruan sorga yang menolak keras segala kezoliman dimuka bumi walau dalam bentuk apapun. Kompromi hati , kompromi pemikiran, tak dikenal bagi mereka yang dibimbing oleh Allah. Mereka terlalu kuat untuk dipengaruhi harta, jabatan, wanita. Mereka terlalu kuat untuk difitnah, dilecehkan. Mereka selalu kuat dalam kondisi apapun termasuk bila harus berseberangan dengan orang orang terdekatnya, orang orang yang nampak setia dan mendukungnya. Baginya perjuangan minggikan kalamullah , cukuplah Allah sebagai penilai. Tak penting karena itu dia harus kehilangan citra. Harus kehilangan jabatan. Bahkan kehilangan sahabat , keluarga. Karena semua yang ada padanya adalah cobaan dari Allah untuk mengujinya agar mencapai kesempurnaan , sebaik baiknya ketakwaan dihadapan Allah.

Apa yang saya uraikan tersebut diatas tak lain sebagai bentuk kerinduan saya sebagai orang beriman akan pemimpin sekaliber Khulafaur Rasyidin,sahabat Nabi, untuk menjadi pemimpin di negeri saya. Apakah ini hanya sebuah utopia ditengah dunia yang brengsek ? Apakah ini impian ditengah siang hari. Apakah ini berharap hujan ditengah terik matahari. Oh, tidak kawan. Selagi Allah kita yakini ada, selagi AL quran dan Hadith kita ikuti, semua hal itu adalah realita yang harus kita jemput. Harus kita perjuangkan. Didunia ini , dikehidupan ini, tak ada yang sulit. Karena kita diciptakan Allah sangat istimewa. Karena kita tempat Allah membanggakan dirinya dihadapan semua mahkluk. Keistimewaan itu sudah melekat pada diri kita untuk menjadi sebaik baiknya makhluk dan pemimpin dimuka bumi. Caranya cukuplah bersandar kepada Al quran dan Sunah. Cukup. Tak sulit. Tak sesulit seperti memahami tulisan Ekonom Alfred Marshall, J.M. Keynes, . Tak sesulit seperti memahami tulisan sosiolog Auguste Comte , Pierre Guillaurne Frederic Le Play, Max Weber, Karl Marx.

SBY, telah ditakdirkan sebagai pemimpin diatas banyak harapan tentang kebenaran, kebaikan dan keadilan setelah kita lelah dengan janji para pemimpin sebelum tak pernah tertunaikan. Berjalannya waktu, kita mulai kembali disadarkan harapan itu semakin sirna. Tentu kita tidak boleh berprasangka buruk kepada manusia apalagi itu adalah pemimpin kita. Hanya setidaknya ditengah carut marut Partai yang dimpimpinnya , kita hanya berharap lagi agar beliau berkaca kepada Khulafaur Rasyidin. Bahwa hadiah tertinggi dari Allah kepada siapapun manusia yang berjuang dijalan Allah adalah syahid. Mati sebagai suhada ditangan musuhnya. Ya, walau tak harus nyawa meregang dari jasad namun setidaknya siaplah berbuat karena Allah walau harus meregang jabatan dari kekuasaan. Ingatlah bahwa sebaik baiknya nilai itu adalah dihadapan Allah. Semoga SBY dapat menarik hikmah dari segala peristiwa yang datang untuk meyakini hidupnya hanya sekali dan sangat singkat, dan alangkah meruginya bila tidak "berarti" dihadapan Allah.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...