“Saya merasa seolah-olah bedah transplantasi telah menyerahkan tubuh saya kepada jiwa yang asing- perasaan saya, cara saya bertindak, cara saya merasakan berbagai hal, pemikiran dan keinginan saya- semuanya berubah, seolah-olah ada dua jiwa yang menetap di tubuhku.”. Demikian ungkapan penerima donor jantung pada operasi transplatasi. Bahkan dalam beberapa kasus ada kepribadian penerima donor jantung praktis tidak dikenali lagi oleh orang-orang terdekatnya, dan bahkan oleh dirinya sendiri.
Setelah menemukan bahwa neuropeptides ada dalam semua jaringan tubuh manusia, Pert meyakinkan bahwa melalui cellular receptor (sel-sel yang peka rangsangan), kemungkinan pikiran atau memori tinggal di dalam bawah sadar atau kesadaran manusia yang secara psikologis telah terjadi jalinan hubungan antara memori, organ dan pikiran. Para saintis dari Universitas
Paul Pearsall, MD, seorang psychoneuroimmunologist dan penulis buku The Heart’s Code, telah meneliti pemindahan memori melalui pencangkokan organ tubuh. Setelah mewawancarai hampir 150 penerima donor jantung dan organ tubuh lain, Pearsall mengemukakan suatu penemuan bahwa ternyata jaringan sel-sel yang hidup mempunyai kapasitas untuk mengingat. Akhirnya pada musim semi 2002, bersama Schwartz dan Russek, Pearsall melakukan satu penelitian, yang diterbitkan Journal Near-Death Studies, dengan judul, “Perubahan Paralel Kepribadian Pada Penerima Donor Jantung Dengan Si Pendonor.”. Ini semakin menjelaskan bahwa tubuh manusia dibentuk oleh DNA. Ketika transplatasi itu dilakukan sebetulnya terjadi pula transfer informasi DNA donor kedalam tubuh penerima donor dan ini akan menjadi bagian dari bab jurnal kehidupan nya. Makanya penerima donor dapat berubah sifat sesuai dengan pemberi donor.
Di dalam DNA itu tersimpan informasi tentang sejarah kehidupan keturunan sejak para leluhur sampai kepada diri kita dan selanjutnya akan diteruskan kepada anak kita, cucu kita sampai generasi dunia berakhir. Informasi pada DNA itu bagaikan buku jurnal yang sambung bersambung tanpa putus. Segala tabiat baik dan buruk pada diri kita kini akan direkam baik oleh DNA kita dan kemudian akan diteruskan kepada generasi dibawah kita. Walaupun kita sudah bertobat dengan segala perbuatan maksiat namun tetap saja informasi tentang maksiat itu terekam didalam sistem DNA kita dan ini akan diteruskan kepada keturunan kita sebagai sebuah blue print kehidupannya. Artinya ada memori kebaikan dan juga keburukan dalam DNA kita dan itu adalah bagian dari takdir kita. Itulah sebabnya mengapa Agama diturunkan oleh Allah untuk membuat manusia mampu mengelola unsur informasi DNA tentang kebaikan dan keburukan itu, agar kita selamat.
Manusia berbeda dengan binatang yang sudah di design oleh Allah secara tetap. Seperti lebah yang mampu mengorganisir dirinya untuk bertahan hidup. Seperti Harimau yang piawai menjadi kill master terhadap mangsanya. Dan lain sebagainya. Perbedaan manusia dengan binatang terletak pada jiwa. Jiwa manusia sendiri memang memiliki dua sisi. Satu sisi menuju alam ruh (alam tinggi, alamu’ a’la) dan sisi lain menuju alam bawah (rendah, alam materi yang terikat dengan fenomena DNA ) di mana dia diperintah agar memelihara dua sisi yang saling berseberangan ini. Dari sisi yang menuju alam tinggi ia mirip dengan malaikat dalam berbagai keutamaan dan ketekunan beribadat kepada Tuhannya. Sedangkan sisi yang menuju alam bawah membuatnya mampu berinteraksi dengan alam bawah yang terformulasi dari unsur materi (alam khalq).
Penguasaan jiwa terhadap alam materi tersebut adalah melalui tubuh fisik (jism). Itulah sebabnya bila manusia meninggalkan agama maka dia kehilangan kendali untuk mengelola alam ruh dan alam bawah. Bila agama kosong maka jangankan transplatasi materi ( jantung atau organ tubuh ) , transplatasi pemikiran orang lain saja bisa membuat kita tidak menjadi diri kita. Allah menurunkan agama dengan mempengaruhi akal untuk mencernanya. Karena agar manusia pada akhirnya tetap bisa cenderung pada sisi yang tinggi, maka Allah memperkuatnya dengan akal agar dapat menerima apa yang disampaikan dari para malaikat dan Rasul-Nya, di samping juga sanggup memahami apa yang dikehendaki Tuhannya. Inilah kebijakan Tuhan (hikmah Ilahiyyah) yang menjadikan manusia itu istimewa.
No comments:
Post a Comment