Tuesday, October 05, 2010

Ilmu ?

Karena Ilmu pengetahuan peradabadan terbentuk. Dari peradaban ini timbulah upaya untuk memudahkan urusan ( syariah) dalam memenuhi sunnatullah. Baju yang melekat dibadan baik untuk melindungi aurat dan manusia berhasil menemukan mesin jahit dalam satu menit 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkanlah kalau kita menjahit dengan tangan. Dahulu Ratu Isabella (Italia) di abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunikasi tradisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amerika oleh Columbus (?). Lalu di abad XIX Orang Eropa perlu 2 minggu untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan . Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu 17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat terbang, kita hanya perlu 9 jam saja. Subhanallah.

“Dalam peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjegal. Dalam perdamaian, dia membikin hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu. Mengapa ilmu yang amat indah ini, yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sedikit sekali kepada kita?” Itulah sepenggal kata yang disampaikan oleh Albert Einstein kepada mahasiswanya. Itulah pandangan Estein terhadap Ilmu pengetahuan. Bahwa kemajuan yang hendak dituju namun pada akhirnya kemunduran yang didapat. Kemakmuran yang dituju namun pada akhirnya meradang dalam ketidak pastian. Bahkan ilmu pengetahun disegala bidang menimbulkan paradox. Ilmu fisika pada akhirnya menciptakan bomb nuklir. Ilmu kimia pada akhirnya menciptakan biotechnology yang merekayasa kehidupan. Ilmu ekonomi yang melahirkan derivative transaksi dan akhirnya menimbulkan ketidak seimbangan ekonomi. Mengapa begitu ?

Karena agama dibelakangi. Iptek dikedepankan. Agama lepas dari kendalinya terhadap ilmu ( Akal ). Inilah paham sekularisme dimana, agama telah dipisahkan dari kehidupan Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan). Di negeri kita Kementrian Pendidikan terpisah dengan Kementrian Agama. Terpisah juga dengan kebudayaan. Akibatnya tidak jelas lagi kemana arah pendidikan bangsa ini. Kita terjebak dalam putaran dan keresahan akibat berbagai kebijakan pemerintah yang berbasis sekular itu.

Bagi Islam, apapun yang kita lakukan didunia ini berangkat dari syariah. Setiap syariah haruslah didukung oleh ilmu. Keimanan harus ditanamkan dengan ilmu; ilmu harus berdimensi iman ( QS Al-Alaq [96] : 1) ; dan amal mesti berdasarkan ilmu. Karenanya mencari ilmu adalah wajib sifatnya dan berjuang meraihnya adalah jihad. Ini bagian dari ibadah kepada Allah agar kita bisa menjalankan sunnatullah dan menyadari bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu ((QS An-Nisaa` [4] : 126). Disamping itu karena niat mencari ilmu untuk beribadah maka hanya kebaikan saja yang akan lahir dari ilmu itu. Ia menetramkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Para Ahli sains akan melahirkan produk yang akrab dengan masyarakat untuk semakin dekat kepada Allah. Para Ahli ekonom akan membuat system perdagangan dan keuangan yang melahirkan keadilan sosial bagi semua. Para ahli sosial akan merekat budaya cinta kasih ditengah masyarakat

Hal tersebut diatas telah dibuktikan pada masa kejayaan peradaban Islam yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek, antara tahun 700 - 1400 M. Pada masa inilah dikenal nama Jabir bin Hayyan (. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi ( 780) sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani ( 858) sebagai ahli astronomi dan matematika, Al-Razi ( 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin Qurrah ( 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi. Ketika itu dunia barat dan timur dalam kedamaian selama 7 abad. Semoga ini menjadi kesadaran kita semua untuk membangkitkan batang terendam. Untuk kembali mengangkat Islam dalam praktik IPTEK , untuk cinta dan kasih sayang, tentunya.

Wallahualam bissawab

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...