Tuesday, December 13, 2005

Revolusi Agro

Tadi siang saya diundang oleh teman kekantornya untuk mengikuti presentasi mengenai Revolusi Agro. Rencananya presentasi itu akan disampaikan oleh team yang punya dedikasi keilmuan dibidang BioEngeneering. Saya sudah sering mendengar mengenai kemajuan tekhnologi pertanian diluar negeri , yang mengimplementasikan bio engineering untuk meningkat kuantitas maupun kualitas produksi pertanian. Di Indonesia konsep tekhnologi pertanian sering terdengar namun hanya sebatas proyek percontohan dan belum tahap implementasi secara massal.

Presentasi disampaikan oleh Setiono Hadi. Dia seorang Phd dibidang biotekhnologi dan ahli dalam bidang Enzyme untuk menghasilkan bioculture. Ensyme diperlukan sebagai vitamin tanah untuk keperluan tanaman namun pemanfaatannya haruslah mempunyai media berupa pupuk kandang ( kotoran ternak , Sapi, kambing ). Setelah melalui permentasi selama satu minggu ,maka terbentuklah bioculture. Fungsi Bioculture ini adalah untuk memperkaya unsur hara tanah dan sekaligus menormalkan kandungan tanah yang sesuai dengan jenis tanaman. Sehingga tanaman dapat tumbuh dalam setiap kondisi tanah , seperti tanah gambut, tanah gersang atau tanah bebatuan. Yang penting tersedia curah hujan atau ketersediaan sumber air dilokasi tanaman tersebut maka bioculture dapat dimanfaatkan. Dari tekhnologi ini dapat meningkatkan produksi pertanian sebanyak 5 kali lipat bila dibandingkan dengan cara konvensional. Karena output nya tinggi maka secara otomatis akan menekan biaya produksi per unit. Tekhnoligy Enzyme ini sudah disosialikasikan dan diterakan diberbagai daerah seperti NTB , Jawa Tengah dan daerah lainnya. Pada tanggal 27 Nopember , Pesantren Daarul Tauhid yang dikelola oleh AA GYM juga telah berhasil memanen jagung sebagai hasil dari tekhnologi enzyme ini.

Berdasarkan georgraphis global dimana potensi wilayah untuk pertanian sebagai penyangga pangan dunia adalah sebesar 27% dari total wilayah bumi. 27 % wilayah ini berada pada lintasan equatorial. Dari 27 % wilayah ini , 11 % terdapat di Indonesia atau 40,7 % dari seluruh total wilayah potensi pertanian didunia. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa potensi yang begitu besar bagi Indonesia namun kenyataannya Indonesia sebagai pengimpor pangan dan produk pertanian lainnya dari Negara lain. Ini merupakan fakta bahwa kita sebagai bangsa tidak bisa bersyukur akan pemberian nikmat Allah yang begitu besar. Kita abaikan potensi yang begitu besar karena pemerintah gagal menerapkan strategy pembangunan nasional.

Pembangunan sector pertanian terkait dengan Tekhnologi , Sarana , Pendanaan serta kebijakan makro ekonomi serta strategy pembangunan nasional. Namun sebagaimana diketahui bahwa sector pertanian menjadi terabaikan ketika Negara mulai mengalihkan strategy pembangunan dibidang sector industri dan manufaktur yang tidak terkait dengan pertanian. Pertanian hanyalah dijadikan penyangga sector industri. Akibatnya terjadi ketidak adilan dalam pendistribusian modal dan sarana dibidang sector pertanian terhadap sector lainnya. Juga pertumbuhan ekonomi hanya menghasilan perputaran uang dikota kota saja. Sementara dideso masyarakat tertinggal dalam kemiskinan. Implikasi kebijakan ini membuat lahan potensi pertanian semakin berkurang karena dialihkan untuk lahan industri dan juga memacu urbanisasi.Ini Sangat ironi bila melihat jumlah penduduk indonesia dimana 62% hidup disector pertanian.

Menarik disimak tekad dari Bapak Setiono Hadi yang mempunyai konsep apa yang disebut dengan Revolusi Agro. Konsep ini mempunyai visi “ rahmatan Lilalamin.”. Dengan kemampuan dibidang teknologi Bioculture dia bertekad untuk menjadikan potensi alam indonesia untuk kesejahteraan rakyat banyak. Dia tidak hanya berhenti sampai pada tekad saja tapi sudah dituangkan dalam satu konsep yang terintegrasi. Lengkap dengan Standard OperaciĆ³n Procedure. Dalam konsepnya dia menyadari bahwa perlunya ketersediaan prasarana, budidaya, Industri pertanian dan pemasaran. Berbagai solusi menyiasati kendala yang selama ini terjadi dalam pembangunan pertanian , dapat dia tampilkan dengan Sangat baik.

Setelah usai presentasi , teman saya meminta pendapat saya dan sekaligus berharap saya dapat memberikan bantuan untuk terlibat dapat proyek mulia ini. Menyadari sepenuhnya dimana pemerintah tidak mempunyai program yang jelas dan tidak adanya keberpihakan kepada petani ( semuanya terserah petani ) maka dia sempat bilang “ Ini jihad lho , Pak. Disisa usia kita sepatutnya kita manfaatkan apa yang kita miliki untuk membantu mereka yang lemah sebagai bagian dari semangat islam , rahmatan lilalamin. Jadi tidak ada salahnya bapak membantu. “. Saya tersentak ditengah keraguan rasionalitas saya. Karena berdasarkan pengalaman bahwa setiap program massal membutuhkan perjuangan yang berat dengan berbagai kendala. Dalam proses ini , biasanya semangat kebersamaan ini dapat luntur dan akhirnya program mulia hanya sampai pada batas impian.

Akhirnya dengan membaca Bismillah , saya menyanggupi untuk terlibat. Namun saya berharap agar program ini dijalankan dengan terencana dan professional. Lebih daripada itu yang tidak kalah pentingnya adalah kemauan untuk mau memulai walau dalam skala kecil sambil berupaya merangkul pertani untuk mau memanfaatkan tekhnologi ini. Disamping itu , program ini harus dilaksanakan secara kelembagaan yang berperan untuk mengkoordinir , memfasilitasi program yang berkaitan dibidang tekhnology , pendanaan, legalitas , industri , pemasaran. Diharapkan dalam jangka panjang kelembagaan ini akan menjadi bangunan yang kokoh sebagai tempat petani untuk berlindung dari keterbatasan tekhnologi , dana , dan pasar. Pada akhirnya diharapkan kelembagaan ini dikembalikan kepada petani sebagai pemilik.

Beberapa pengusaha di Indonesia dan teman teman diluar negeri akan saya mintakan dukungan mereka untuk membantu program ini. Semoga tekad bapak Setiono Hadi sejak tahun 1981 dapat menjadi kenyataan. Bagaimanapun , dan apapun hasilnya , niat dan tekad beliau sudah dicatat oleh ALlah sebagai Ibadan dan amal shaleh. Insya Allah.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...