Sunday, June 05, 2022

Pilihan sikap

 




Tahun 1983, saya pernah jadi salesman underground alias Sales jalanan tanpa indentitas. Saya beli tekstil di kawasan kota lama jakarta. Karena saya create skema, dari cara menjual sampai cara pembayaran ya jelas saya untung besar. Mudah sekali saya dapet uang. Waktu itu orang kerja di Bank masih kelas ratusan ribu, saya sudah punya income jutaan. Ya saya sudah jutawan. Tetapi itu saya akhiri begitu saja. Mengapa ? Uang memang bertambah. Tetapi caranya salah. Saya hanya dapat uang karena pembeli engga punya uang dan mau beli berapapun harga asalkan utang. Saya dapat uang kontan karena ada rentenir yang mau pinjamin uang untuk pembeli itu. 


Saat itu usia saya 20 tahun. Ayah saya menasehati saya “ kamu boleh hancur tapi jangan karena kamu orang lain hancur. “ Saya katakan kepada diri saya sendiri. Saya masih muda. Saya tidak mau diracuni dengan cara hidup seperti itu.  Masa depan saya masih panjang. Waktu saya untuk belajar, bukan hanya sekedar cari uang. Nasehat ayah itu terpatri dengan lekat dalam hidup saya Terutama dalam mempelajari skema bisnis. Saya tidak focus kepada laba tetapi skema.  Kalau skema itu membuat orang lemah rugi, saya menghindar. Tetapi orang kuat? , “ marilah bermain dengan saya.” Kalah menang saya senyum saja. Karena saya dapat pelajaran untuk naik kelas.


Saya kuasai bisnis bermain di pasar modal dan pasar uang. Saya dapet kepercayaan besar dari investor. Untung besar mereka. Tetapi lambat laun menyadarkan saya. Bahwa permainan itu menjadikan saya bagian dari rente pasar. Pengalaman dari krisis ekonomi, yang korban justru orang lemah. Bubble value di bursa sudah menciptakan kerakusan sistemis dan berdampak sistemik. Saya berhenti. Selanjutnya saya focus kepada fundamental Style. Tetapi lambat laun saya sadar bahwa value yang saya harap tidak sepeti saya mau, tetapi lebih memuaskan  emiten dan investor  bursa saja. Value real tidak bertambah. Yang ada tetap saja ilusi. Itu sama saja saya dilahirkan jadi pecundang. 


Selanjutnya saya masuk ke investment holding. Lebih baik saya create binsis real  dan  saya jalankan dengan prinsip saya. Memang sulit dan beresiko.Apapun itu, setidaknya saya hidup tidak di create orang lain dan bagian dari agenda orang lain. Ini urusan antara saya dan Tuhan saja. Bisnis adalah jalan spiritual saya sebagai putra dari orang tua saya dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Saya tahu batas diri saya. Makanya saya jaga stakehokder dengan sebaik mungkin, dan mereka Happy. Return nya ? saya dapat TRUST dari mereka dalam skema kolaborasi dan sinergi. Everybody Happy.


Empat  kali saya bangkrut tetapi saya tidak pernah bangkrut karena ponzy dan ilusi. Artinya kebangkrutan tidak membuat saya bodoh tetapi naik kelas, baik secara intelektual maupun spiritual.  Hidup memang soal pilihan. Tentu tidak ada pilihan yang sempurna. Setiap orang menanggung akibat dari pilihannya. Kaya miskin bukan ditentukan oleh sumber daya tetapi oleh mindset. Nilai anda diukur dari mindset it


Hope

 




Ada teman yang sedang terpuruk ekonominya. Dia datang kepada mentornya. “ Sabar aja. Nanti kalau rezim berganti, semua akan berubah jadi lebih baik. “ kata mentornya “ itu penyebabnya karena ketidak adilan dalam sistem. “ mentornya menambahkan.

 

Kemudian dia datang ke mentor yang lain. “ Mengapa susah sekali tercapainya keadilan sosial” tanyanya.


“ Karena elite politik tersandera dengan politik indentitas. Jadi sulit sekali melakukan perubahan. “ jawab mentornya. 


Teman itu bingung. Dia datang ke saya dalam keadaan bingung itu. “ Mengapa? Ini semua terjadi kepada saya. Memang hidup tidak ada utopia. Tidak mungkin semua orang kaya. Tentu ada orang miskin. Tidak semua orang jadi elite, tentu ada yang jadi rakyat jelantah. Masalahnya, mengapa saya kebagian yang miskin dan jelantah? 


Saya tersenyum. Jawabnya sederhana. Kerena kamu hidup dan berpikir sebagaimana persepsi orang lain. Kamu tidak memiliki kemerdekaan diri untuk memilih apa yang menurut kamu nyaman.   Kaum oposisi berharap keterpurukan kamu menjadikan kamu berada dipihaknya melawan rezim berkuasa. Bagi pro rezim kekuasaan, menjadikan kamu berada dipihaknya untuk membenci oposisi. Tidak mengkritiknya.Walau ditangannya ada berlian dan emas,  apakah karena itu hidup kamu berubah ? Pastinya tidak. Mereka tidak memberikan solusi real kecuali hanya hope, yang cenderung menempatkan kamu orang lemah dan bodoh.


Engga juga paham? Lihat keluar. Mereka yang memprovokasi kamu membenci pemerintah itu, mereka hidup nyaman sebagai oposisi. Entah jualan jilbab, pendakwah, pengamat, influencer, lawyer, politisi, singkatnya mereka punya sumber income dari sikap oposisinya itu. Yang bayar ya orang orang seperti kamu itu. Maklum kumpulan komunitas bisa jadi komoditas.  Begitu juga yang pro pemerintah. Sama saja. Mereka mengajak kamu memaklumi kegagalan pemerintah seraya menyalahkan oposisi. Hidup mereka jelas lebih baik dari kamu karena akses kekuasaan. Dan tetap saja tanpa solusi untuk kamu. Kamu tetap terpuruk.


Jadi bagaimana seharunya saya bersikap? Tanyanya. Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah. Perhatikan hal sederhana : Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu. Rasa kawatir mematikan harapan dan membuang waktu. Memang hidup serba tidak pasti tapi kawatir adalah pilihan. 


Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?  Tanya nya lagi.


Berhentilah mengeluh. Daripada bertanya kapan saya sukses, mending sukuri saja apa yang sudah kamu dapat. Jangan hitung yang belum diraih. Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan. Besar kecilnya hasil hanyalah Tuhan sebagai penilai. Bukan manusia. Paham ya sayang.


Tuesday, May 31, 2022

Orang lain bersikap karena kita

 





Bagaimana caranya kamu bisa bertahan berumah tangga lebih dari 35 tahun dan bermitra bisnis lebih dari 20 tahun. Selama itu keliatannya baik baik saja. Apa resepnya ? Tanya teman.


“ Resepnya tahu diri aja masing masing” kata saya.


“ Maksudnya?


“ istri saya tidak  bangga dengan cantiknya, yang bisa luntur karena usia. Saya juga tidak bangga karena harta, yang bisa kapan saja habis karena bangkrut. Jadi tidak ada kebanggaan digenggam dan tidak ada yang perlu merasa terintimidasi karena kekurangannya dan merasa superior karena kelebihannya. Yang ada saling melengkapi saja. “


“ Bagaimana bersikap seperti itu?


“Tidak ada hubungan yang sempurna tanpa saling melengkapi. Misal anda berteman. Suatu saat teman cuek dengan  kamu. Kamu kecewa. Anggap teman itu sombong. Tapi kadang kamu lupa untuk jujur kepada diri kamu sendiri sebelum menilai sikap teman itu.  Bisa saja dia capek berteman dengan kamu yang selalu minta ditraktir. Mendengar kamu mengeluh dan akhirnya minta bantuan. Padahal mungkin saja, dia tidak punya uang cukup, tapi dia berkorban traktir dan bantu kamu agar kamu tahu bahwa dia lebih pentingkan teman daripada uang. Tapi kamu tidak tahu diri. Kamu merasa pantas saja perlakukan dia seperti itu.  Nah kalau dia cuek bukan berati dia tidak suka kamu, itu  karena kamu sendiri tidak berusaha memahami dia, kamu hanya peduli diri kamu saja.


Begitu juga. Kalau istri mau berkorban dan patuh, bukan karena statusnya  tetapi karena dia merasa diperlakukan suami dengan baik dan nyaman. Suami juga mau berbuat baik karana istri bisa memahami suami, bukan hanya soal kelebihannya tetapi juga kekurangannya, lingkungannya dan segala galanya. Apa yang didapat istri dan suami itu tak lebih trade off saja. Tanpa trade off, tidak mungkin hubungan bisa sukses. Apapun itu. “ kata saya. 


“ Ya. Itulah yang banyak terjadi. Banyak wanita marasa superior karena dia cantik. Padahal bagi pria, cantik itu ada bandrolnya. Gampang dapat, mudah dibuang. Banyak pria tajir merasa superior dihadapan wanita.Padahal uang tidak bisa membeli loyalitas dan ketulusan. Banyak orang hanya memanfaatkan emosi pertemanan karena berharap sesuatu. Dan bila tidak ada harapan, teman jadi musuh. Padahal engga ada hubungan yang gratis. Kecuali sama orang tua. “ kata teman saya.


“ Paham ya kamu ?

“ Ya paham. Orang memperlakukan kita sebagaimana kita perlakukan  orang lain.”


Tuesday, May 24, 2022

Agama itu soal privasi

 



Usai sholat shalat jumat di masjid hagia sophia, malamnya Azra menantiku di resto di pusat kota Istanbul. “ Megah ya masjidnya ? Katanya.  “ Begitulah buah kekuasaan Ottoman sekian abad. “ Lanjutnya. Azra mengalihkan pandangan ketempat lain. Azra kemudian tersenyum kepadaku. Setidaknya Azra tetap jadi orang merdeka. Tak berhijab dan bergamis. Membuat hari hariku di istanbul menyenangkan. 


“ B kamu sangat sibuk. Tapi sholat selalu ada waktu. Hebat


. Apa yang kamu maknai tentang agama?  Tanya azra. 


“ Agama adalah keheningan antara saya dan Tuhan aja. Engga ada orang lain, sangat privasi” kata saya tersenyum. Azra  tersenyum. Bicaralah. Aku merindukan kamu bicara kata Azra meremas jemari saya. 


Dalam hening jauh dari keramaian. Kata saya mulai cerita. “ Di dalam sebuah Goa, disebuah bukit, Hira. Seorang anak manusia. Duduk tapakur. Saat itu tahun 610 M Bulan Ramadhan, Malaikan hadir seketika. Menghampirinya, seraya berkata “Bacalah!”

 

“Aku tidak bisa membaca.” Katanya


Lalu malaikat itu menariknya dan memeluknya erat-erat. Kemudian Malaikat melepaskan dan berkata lagi, “Bacalah!” 


 “Aku tidak bisa membaca.” Katanya.


Ia lalu ditarik dan dipeluk lagi kuat-kuat. Seraya melepaskan, Malaikat berkata lagi, “Bacalah!” 


“Aku tidak bisa membaca.” Katanya.


Kemudian untuk ketiga kalinya malaikat menarik dan memeluknnya sekuat-kuatnya, lalu seraya melepaskanya,  “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Kata Malaikat. Itulah drama awal Muhammad diangkat sebagai messenger. Kali pertama, Islam diperkenalkan. Perintah membaca. Sumber pengetahuan adalah Tuhan. 


Memang bukan hanya Muhammad yang begitu. Pada malam hari Budha di bawah sebatang pohon di Bodh Gaya. Setelah enyah balatentara Mara, gergasi gaib yang mencoba mengusiknya, Budha melanjutkan meditasi. Akhirnya sampailah ia pada “ empat kebenaran luhur….” Setibanya di “Thur Sina” Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh. Jauh dari keramaian. Kesunyian malam, perintah kepada Musa datang kali pertama sebagai Messenger.


Berabad-abad setelah sang mesennger wafat, kita pun menyaksikan agama tidak lagi soal keheningan. Tidak ada lagi bersahaja. Tidak ada lagi ruang privat. Di hadapan kita kenisah yang megah, mesjid yang agung, gereja yang gigantis, patung emas yang terbujur 14 meter, pagoda dengan pucuk yang berkilau – dan umat yang makmum, berdesak. Tampaknya dalam kemegahan itu. Berhala baru diciptakan. Tuhan ditempatkan dalam keramaian. 


Fantasi terbangun. Tentang yang agung, untuk dimintai apa saja. Tuhan Penghukum yang bengis. Rasa kalah dalam gelut kompetisi kehidupan, tersalurkan dalam doa agar Tuhan mengutuk mereka yang berbeda. Tuhan juga sumber euforia tentang janji sorga. Dari sana tempat ibabah berubah jadi mesin kapitalis. Terorganisir mendatangkan uang mudah bagi pengelolanya. Akses mendapatkan kekuasaan bagi para politisi culas. 


Mengapa ? Kita hidup dalam hasrat memiliki. Menjadikan nafsu sebagai Tuhan. Padahal agama dimaksudkan untuk membebaskan kita dari semua itu. Tapi apa lacur: agama, yang bermula lahir dari keheningan, berakhir menjadi alat propaganda sosial dan politik, juga tentunya berujung pada bisnis. Agama di era sekarang wajah lain dari sekularisme. Orang menghitung abad, mendepa seculum. Waktu, seperti jabatan dan  harta yang harus dikuasai dan dipunyai.


Azra masa bodoh bila dalam keheningan malam dia dalam dekapan saya. Dia tidak peduli diluar itu lira terjun bebas. Orang masih percaya doa bisa menyelesaikan segalanya. Faktanya bantuan uang China yang menyelesaikan. Toa masjid made in China juga yang membantu meramaikan masjid. Youtube made in AS yang membuat ustad terkenal dan kaya lewat like dan subscriber. 


Paginya dia murung ketika saya berkemas untuk balik ke Beijing. “ negeri kami sedang dihabisi oleh politisi agama. Tak ubahnya dengan kapitalis. “ katanya memeluk saya. “ Dan kamu akan pergi entah kapan lagi kita ketemu” lanjutnya sedih “ Berusahalah mendekat kepada Tuhan saja dan hanya Dia yang kamu harapkan, bukan saya “ kata saya. 

Merebut hati.

 



Dulu waktu SMA kalau liburan saya acap diajak menemani ibu saya berdakwah di tempat lokalisasi PSK. Semua yang hadir dalam majelis taklim adalah PSK. Tak pernah sakalipun ibu saya menceramahi "dosanya menjadi pelacur" atau menjabarkan betapa pedihnya siksa neraka itu bagi para pezina. Betapa pedihnya siksa kubur bagi pelacur. Tidak pernah!.Ketika hal ini saya tanyakan, ibu saya menyampaikan dengan bijak bahwa mereka para PSK itu adalah orang yang lupa. Jangan ingatkan neraka, besarnya dosa maksiat , Jangan!.


Ibu saya mengingatkan mereka tentang kasih sayang Allah, Ingatkan kemurahan Allah. Bahwa Allah akan menjaga mereka siang dan malam. Bahwa Allah lah sumber keselamatan dan sumber kebahagiaan. Allah tempat sebaik baiknya harapan dan tempat sebaik baiknya kembali.Karenanya kembalilah kepada Allah agar yang sempit menjadi lapang. Ya isi ceramah yang disampaikan hanya berkaitan tentang cinta dan kasih sayang Allah saja.


Suksesnya pegiat gereja , Hindu, Budha mengembalikan PSK ke masyarakat dan Tuhan, juga percis sama. Mereka tidak pernah bilang PSK itu jahat. Pendosa, Pezina. Tidak. Mereka yakinkan kepada PSK itu tentang cinta, Bahwa mereka tidak sendirian. Tuhan yang selalu ada untuk mereka. Kembalilah ke Tuhan, cukuplah Tuhan merawat dan menjadi sahabatmu sepanjang usia.


Ibu saya menasehati saya, Jangan kau hina orang yang berbeda agama denganmu sehingga kamu mengecapnya kafir, tapi bersabarlah. Jangan kau hina orang bodoh dan berakhlak buruk dengan hujatan, tapi nasehatilah dengan sabar. Jangan kamu hina orang duafa dengan cara menceramahinya tapi bantulah mereka dengan harta yang kamu punya.


Bertemanlah dengan siapapun dengan niat baik. Tunjukan kepada mereka bahwa kamu peduli. Soal mereka tidak peduli, tidak apa. Teman falsu selalu ada, tetapi teruslah berrteman. Kalau kita berharap sorga di akhirat, cobalah ciptakan sorga di dunia dulu. Kalau kita berseteru satu sama lain ya gimana sorga akan hadir. Kalau di dunia terasa sesak, ya gimana mau berharap sorga di akhirat. Sorga itu jiwa yang tenang. Bukan yang rusuh dan paranoid. Damailah, berdamailah, untuk kini dan bes


Wednesday, May 18, 2022

Pride mereka ada pada uang.

 





Wenny , Risa, Yuni, Florence adalah sahabat saya. Mereka juga sehat. Tidak ada penyakit yang mereka tanggung. Walau usia mereka diatas 50 namun phisik mereka masih prima. Kalau jalan orang tidak akan tahu usia mereka sudah diatas 50. Orang pasti menduga usia mereka diatas 40. Padahal mereka kerja dalam tekanan dan sangat rumit karena mengelola sumber daya yang tidak sedikit.


Saya kenal mereka lama. Jadi saya paham mengapa mereka sehat? Apa itu? pride mereka ada pada harta dan kekuasaan. Itu mereka nikmati sekali. Semakin kerja keras dan dibawah tekanan tak terbilang. Semakin mereka euforia. Semakim membuat mereka sehat. Itu juga mungkin sebagai kompensasi dari kegagalan hidup mereka dalam rumah tangga dan cinta. Mereka ingin membangkitkan harga diri mereka lewat kinerja. Bahwa mereka bukan sampah.


Kedekatan mereka secara personal kepada saya, itu hanya cara mereka menjaga rasa aman saja. Dengan rasa aman itu, membuat mereka secure melewati hari hari. Dan karena itu mereka sehat. Jadi walau saya tidak sikapi berlebihan, mereka juga tidak peduli. Karena target mereka bukan saya pribadi, tetapi sumber daya saya. Makanya saya engga perlu baper atas sikap mesra mereka. Kalau saya baper, wah saya bisa jadi keset kaki mereka. Karena mereka itu sangat smart dan pengalaman dalam kegagalan cinta.


Itu sebabnya saya beri mereka harta dan kekuasaan agar mereka efektif mengelola sumber daya saya. Kesetiaan mereka kepada saya bukan karena mencintai saya secara personal, tetapi karena saya bisa delivery kebutuhan dan keinginan mereka. Selagi mereka komit dengan tanggung jawabnya, tentu saya juga komit dengan kompesasi. Kalau mereka gagal, ya mereka juga sadar akan saya tendang. Biasa saja.


Kalau ada pria bilang bahwa wanita kadang aneh dan kadang sulit dipahami, sebenarnya dia sendiri tidak punya kapabilitas mengelola dan mengerti wanita. Mengapa ? Mengelola istri tentu berbeda dengan wanita di luar rumah. Selagi hati kita tidak bercabang, kedekatan dengan wanita lain itu tidak akan membuat perasaan dan pikiran kita error. Kita bisa bedakan istri dan wanita lain. Istri itu cinta. Apapun sikapnya, itulah harga yang harus kita bayar. Dia secure karena effort kita. Istri bukan sumber daya tetapi our soulmate. Tetapi wanita lain? Mereka butuh secure, dan pastikan mereka secure karena effort mereka sendiri. Tidak bergantung kepada kita. Bersikap tegaslah menjadikan mereka hanya sebagai sumber daya saja. Tidak lebih. Dengan itu kita selalu happy dan mereka juga nyaman.



Istri




Oma itu jauh lebih sehat dari saya. Dia tidak punya penyakit genetik apapun. Collestrol, diabetes, asam urat, darah tinggi , engga ada. Dia masih bisa setir ke bandung walau usia diatas 55 tahun. Tidur cepat banget. Benar benar pules. Walau dia tidak olah raga, tidak juga perawatan kulit. Tetapi kulit terjaga dan phisiknya selalu bugar. Banyak teman saya, punya keluhan karena penyakit istri mereka. Ada saja penyakit. Karenanya saya sangat bersukur atas kesehatan Oma. Benar benar itu rasa sukur kepada Allah.


Saya kenal pribadi oma. Jadi saya tidak terkejut kalau dia sehat sampai usia kini 59 tahun. Apa itu? Dia tidak pernah berpikir terlalu jauh. Dia sangat pragmatis. “ Dimana beranak disitu dibuai” Katanya, Itu istilah minang. Kalau anak lahir, ya dimana saja lahirnya. Kalau di hutan lahirnya, ya besarkan di hutan. Engga usah berpikir yang belum terjadi, Pikirkan saja yang ada sekarang. Selesaikan sebisanya. 


Mahar saya hanya seperangkat sholat. Itu harganya tidak ada arti dibandingkan dengan cincin kawin yang dia belikan untuk saya. Sampai sekarang tetap melingkar di jari manis saya. Waktu menikah dengan saya, dia tidak minta apapun. Jangankan minta, bermimpi atau berharap pun tidak. “ Ma, waktu menikah dengan papa, pernah engga mama berharap punya rumah dan segala yang ada sekarang ? tanya saya.


“Engga.”


“ Jadi apa yang mama harapkan?


“ Jalanin saja.”


“ Kenapa ?


“ Lah ngapain mikir terlalu banyak. Kalau dapat baguslah, Kalau engga? Kan stress sendiri. Bego aja maksain diri yang belum keliatan.” katanya sesimpel itu.


Apa yang terjadi dengan sikapnya itu? Yang jelas dia sehat. Dan kalau ada uang lebih, dia juga tidak euforia. Biasa saja. Pernah tahun 2003, saya datang ke rumah setelah perjalanan dari luar negeri. Saya tunjukan saya dapat fee diatas USD 1 juta, Dia biasa aja. Engga pula minta dibelikan emas atau apalah. Padahal kami dapat uang besar itu setelah saya bangkrut sekian lama.“ Lain kali hati hati. Jangan gampang bangkrut” Itu aja pesannya. Diapun makan tidak banyak, Sedikit saja. 


Istri itu seperti menggenggam bara. Ketika dia menikah. Hatinya hanya terpaut dengan suami, Tuhan tidak akan ridho kalau suami tidak ridho. Sedikit saja batinnya berbelok selain ke suami, sudah dosa besar, apalagi sampai selingkuh. Makanya perlu suami memimpinnya. Tetapi suami? ketika dia menikah. Hatinya terpaut banyak pihak:  orang tuanya, sedaranya, sahabatnya dan juga masyarakat. Dia harus menjaga semua itu, dan itu tidak ada kaitanya dengan istri. Itu hanya antara suami dan Tuhan saja.


Oma cerita kesaya. Teman temannya sering provokasi dia bahwa kalau suami pergi keluar negeri itu bahaya. Bisa saja dia kawin lagi dan lupakan anak dan istri. Apa jawaban oma ke temannya? ” Mana ada laki yang 100% jujur dan sholeh. Emangnya malaikat. Yang jelas dia suami saya yang Tuhan titipkan ke saya. Kelebihan dan kekurangannya sama banyaknya. Tugas saya mendoakan dia agar dia selamat lahir batin. Dia tahu tanggung jawabnya menjaga keluarganya. Terbukti sampai sekarang tanggung jawabnya terlaksana semua. Saya mikir macem tentang dia, ya saya sakit. Yang rugi saya  sendiri. Dan kalau saya penyakitan, dia cari bini lagi. Itu juga hak dia.”. Jadi bukan karena duit berlebih dia sehat tapi memang sikap hidupnya yang membuat dia sehat dan happy

Mengapa petani China dan Thailand kaya raya.

  Anda mungkin tahu semua apa itu sauce tomat. Tentulah. Itu menu tambahan wajib yang tersedia di meja saat anda makan sup atau nasi goreng....