20 tahun lalu saya minta ke ibu Wenny agar membangun bisnis model berbasis kepada SDM high grade untuk mendukung supply chain global dan ekosistem trading international. Baru sekarang saya tampil bicara di depan kalian semua, itupun sempat tertunda selama 1 bulan setelah laporan kinerja Yuan holding beserta anak perusahaannya pada semester pertama. Baiklah. Ok saya lanjut. Setiap kita terlahir sebagai pemimpin setidaknya dalam lingkungan terkecil di Rumah Tangga. Setiap pemimpin harus punya sifat dasar seperti visioner, tahu diri, rasa hormat, Cinta, komunikasi, gemar belajar, berkolaborasi, inspirator, integritas dan keberanian.
Pemimpin harus punya visi besar untuk rencana masa depan dan tentu tahu apa yang harus ia lakukan pada hari ini dengan berkaca kepada masa lalu. Pemimpin harus tahu diri. Ia punya keterbatasan untuk menjelaskan secara detail visinya itu. Rencana yang baik harus bisa dimengerti oleh semua pihak, bahkan orang idiot pun bisa paham. Makanya dia harus memberi tempat terhormat kepada mereka yang punya skill akademis membuat perencanaan itu.
Dalam proses management, Pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan semua pihak dalam bahasa yang mudah dipahami. Bahasa terbaik adalah bahasa cinta. Hilangkan semua prasangka buruk. Like or dislike. Satu sama lain harus menempatkan rasa hormat terhadap lainnya. Jadi bersikaplah dengan data. Focus kepada data dan informasi yang objektif dalam bersikap. Kalau ada yang kurang segera perbaiki dan kalau ada yang baik harus ditingkatkan. Kalian sebagai pemimpin harus menjadi inspirator menumbuhkan bahasa cinta itu.
Dunia terus berkembang dan waktu mengajarkan kepada kita tentang perubahan sebagai sebuah keniscayaan. Pemimpin harus punya kemampuan belajar secara mandiri. Dengan demikian kalian sebagai pemimpin juga bertanggung jawab menumbuhkan semangat belajar itu kepada semua bawahannya. Jangan pernah ragu berinvestasi kepada R&D dan jangan pernah takut mengakui kelemahan kita dalam hal sains. Ber-kolaborasi-lah dengan siapapun yang punya teknologi, walau harus berinvestasi karenanya. Hanya dengan cara itu kita bisa tumbuh berkelanjutan di tengah arus perubahan yang dahsyat.
Visi besar dan rencana hebat, tidak akan menjadi kenyataan kalau kalian sebagai pemimpin tidak punya keberanian melaksanakannya. Keberanian bukan hanya soal eksekusi tetapi punya integritas terhadap visi. Jangan mudah menjadi pragmatis. Itu dalam jangka panjang menyesatkan. Karena sama saja kalian berjalan tanpa rencana dan visi. Tanpa mercusuar. Kalian sebagai pemimpin harus punya keberanian mendelegasikan otoritas kepada bawahannya. Jangan pernah intervensi mereka, tetapi influence mereka agar terus konsisten mengikuti standar kepatuhan management yang berbasis kepada punishment and reward.
Nah terakhir. Pemimpin yang efektif karena ia punya rasa hormat. Rasa hormat yang menginspirasi adalah rendah hati. Akar dari kesombongan dan jauh dari sikap rendah hati adalah feodalisme dan nepotisme. Hindari itu! Jangan pernah menepuk dada dan berusaha membangun citra personal. Jangan. Itu toxin terhadap kesehatan organisasi. Rendah hatilah, bahwa tanpa bawahan, tanpa stakeholder, kalian nothing. Rendah hati adalah bahasa cinta bagi semua. Tentu bahasa cinta kepada Tuhan. Paham ya..