Kemarin di cafe saya milih duduk di luar yang bebas merokok. Sebelah saya ada pasangan sedang ngobrol. “ Pacar kamu jadi orang tuanya datang hari minggu ini? Kata pria. Saya tahu wanita itu bekerja di cafe ini dan pria itu bukan tamu cafe. Dia sengaja luangkan waktu bertemu pria itu di tengah kesibukannya.
“ Ya mas.”
“ Bisa engga tunda aja pacar kamu datang melamar. Aku belum ada uang untuk pernikahan. Kemarin utangku belum aku bayar di kantor untuk Anto masuk sekolah. Mau pinjam lagi engga enak”
“ Mas, pacarku mau beri aku uang untuk acara itu. Sekalian itu silahturahmi hari ldul Adha”
“ Jangan terima Dik. Nanti mas pulang dari Medan, mas dapat uang bonus dari kantor. Kita bisa sambut mereka. Mas janji akan selesaikan sampai kamu menikah. Yang sabar ya dik”
Wanita itu menatap kosong ke luar.“ mas aku kangen Papa. Sejak papa tidak ada, mas harus mengorbankan kuliah dan kerja keras untuk aku dan dua adik. Bahkan mas, putus dengan pacarnya. Engga jadi nikah. “ Kata wanita itu dengan air mata berlinang. Dia berdiri. “ Nanti aku kembali lagi mas. Ada tamu. ” Kata wanita itu.
Saya tatap pria itu. Usianya mungkin belum 25 tahun. Mungkin dia anak tertua. Dari logo yang ada pada seragamnya saya tahu itu perusahaan pelayaran. Saya tegur dia dengan menyebut boss nya.
“ Ya benar pak. Kok bapak kenal. Saya di priok, engga di kantor pusat.” Katanya.
Saya tanya namannya. Dia perlihatkan tag kartu pegawainya. Setelah tahu nama saya. Dia terkejut. Segera salami saya dan cium punggung lengan saya. Saya tepuk bahunya.
“ Di, cari nama karyawan kamu namanya ini..“ kata saya kepada direksi saya via telp menyebut nama anak muda itu. “ Bina dia yang baik ya” Kata saya seraya melirik ke anak muda itu yang duduk depan saya. Saya yakin ini anak baik. Karakter yang hebat. Saya keluarkan uang dari tas selempang. Saya beri dia USD 200. “ Ini ambil uang untuk kamu. Salam untuk boss kamu ya” Kata saya.
" Bapak...saya hanya tahu nama bapak karena sering disebut sama manager saya. Baru kali ini ketemu. Katanya bapak pemarah dan suka pecat orang seenaknya kalau kerja engga becus... tapi nyatanya berbeda dengan yang diceritakan" Katanya.
Kemudian saya panggil waitress minta bill. Saya pergi dan tersenyum kearahnya. Dia mengangguk dan masih menyiratkan ketidak percayaan apa saja yang saya lakukan kepadanya.
Saya terharu anak muda itu sadar akan tanggung jawabnya kepada adik perempuannya. Berat sekali jadi anak laki laki tertua. Apalagi setelah Ayah tidak ada. Menjaga adik perempuan adalah tanggung jawab kakak laki laki seumur hidup.