Ketika saya dirugikan oleh orang lain dalam bisnis. Yang pertama saya lakukan adalah bercermin dan berkata “ Bego luh”. Kemudian saya puas. Mengapa? itu pelajaran rendah hati terbaik. Saya tidak akan curhat kemana mana. Itu cukup antara saya dan Tuhan saja. Tuhan punya cara tersendiri mendidik saya. Tidak perlu orang lain tahu. Tidak ada kasus bisnis saya bawa ke pengadilan. Tidak pernah. Namun bukan berarti saya tidak pernah berhadapan dengan kasus hukum. Itu karena orang lain gugat saya. Saya hadapi kasus itu sebagai cara membela diri. Selalu saya menang, tapi selalu tidak pernah saya tuntut lagi. Malah saya maafkan.
***
Tahun 1989 saya kena kasus hukum. Waktu saya habis selama 7 bulan menghadapi kasus itu. Selama itu pabrik ditutup. Gaji karyawan tetap saya bayar. Kasus selesai. Bank stop kredit modal kerja. Ya limbung. Saat itulah mitra saya datang take over. Saya sadar kasus hukum itu adalah fitnah. Itu cara mitra saya untuk akuisisi bisnis saya. Pihak bank terlibat memaksa saya melepas pabrik tersebut dengan alasan saya sudah bangkrut. Saya tersingkir dalam keadaan bangkrut.
Tetapi ibu saya menasehati saya " Jangan ada kebencianmu karena personal. Mengapa ? Dampaknya secara pribadi kamu tidak akan pernah bisa bersikap positip terhadap diri kamu sendiri. Artinya, tanpa kamu sadari sebetulnya kamu sedang merusak dirimu sendiri. Kadang musuh tidak perlu mengalahkanmu, tetapi kamu sendirlah yang membuat kamu kalah. Itu karena prasangka buruk.
Jadi, nak berhentilah menilai buruk orang secara personal karena berbagai sebab. Apalagi sampai membuka aibnya. Kecewa itu manusiawi. Marah itu manusiawi. Mengeluh juga manusiawi. Tetapi cukuplah sebatas perbuatannya saja, agar kamu bisa belajar dari itu. Setelah itu, maafkan dan lupakan. Dengan itu kamu sedang membangun jalan emas menuju kemenangan. Kemenangan di hadapan Tuhan, tentunya.”
Bertahun tahun saya berusaha bangkit lagi. Waktu itu usia saya baru 27 tahun. Tuhan ingin saya naik kelas dan karena itu saya harus melewati jalan sulit. Tahun 2016 atau 26 tahun kemudian , teman itu datang ke saya untuk menjual pabrik yang sudah hampir 12 tahun bangkrut. Tak lupa dia minta maaf atas sikapnya dulu. Tanah pabrik itu 14 hektar. Tadinya tidak ada nilai tetapi kini tanah itu bernilai karena peruntukannya tidak lagi untuk pabrik tetapi hunian dan perhotelan.” Saya jual seharga USD 1 “ katanya.
“ Mengapa semurah itu “
“ Itu harga yang pantas untuk menebus kesalahan saya dan harga maaf dari kamu.” Katanya. Saya terharu. Tuhan , butuh lebih 20 tahun untuk saya mengetahui rahasia dibalik keikhlasan ketika di zolimi. Andaikan dulu saya umpat dia dengan kata kata kasar dan saya tebarkan cerita kecurangannya kepada orang lain, atau saya gugat ke pengadilan perdata, tentu dia akan menaruh dendam kepada saya dan tidak mungkin kembali kesaya.
Saya rangkul teman saya itu. Kami akan lalui kebersamaan ini bukan siapa yang harus membayar tapi memang semua orang bisa saja berbuat salah. Tidak ada manusia yang sempurna. Memaafkan itu indah, menentramkan dan selalu menang.
***
Ada teman saya bantu. Bahkan biaya kuliah anaknya saya bantu. Tetapi tidak ada terimakasih. Bahkan ketika saya menghentikan bantuan. Karena saya liat dia tidak lagi sekedar minta bantuan tetapi numpang hidup dari bantuan orang lain. Diapun berdrama menjelek jelekan saya. Saya diam saja. Kalau ada yang minta klarifikasi pun saya tidak mau jawab. Mengapa ? karena kalau saya jawab, saya terpancing akan membuka aibnya. Itu sama saja saya melakukan perbuatan tidak baik. Saya tidak mau dianggap orang baik karena menjelekan orang lain.
Kalau saya membantu, itu bukan karena saya berharap pahala atau pujian. Saya tidak paham memberi dalam dimensi pahala. Apa yang saya rasakan ketika memberi adalah kebahagiaan. Merasa bahagia karena saya masih punya empati. Itu human being. Karena saya bisa memanusiakan manusia. Biasa saja. Nothing to special. Tidak perlu pujian atau terimakasih sekalipun. Dalam hidup saya, tidak pernah dapat uang karena dipuji dan tidak juga blangsat karena dibenci.
Moral cerita. Perbuatan baik itu bukan hanya berderma atau bersikap sopan kepada orang lain. Tetapi juga berdamai dengan sikap orang lain. Sekasar apapun orang terhadap kita, selagi dia tidak menyerang secara phisik atau secara hukum, abaikan saja. Lebih baik berserah diri kepada Tuhan. Bersabar itu menyehatkan lahir batin. Kita bisa focus kepada hal yang positif saja. Selanjutnya kita akan baik baik saja. Paham ya sayang.