Abdullah bin Umar dia berkata : Rasulullah bersabda “Kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Seorang raja memimpin rakyatnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang suami memimpin keluarganya, dan akan ditanya kepemimpinannya itu. Seorang ibu memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya itu. Seorang budak mengelola harta majikannya dan akan ditanya tentang pengelolaanya. Ingatlah bahwa kalian semua memimpin dan akan ditanya pertanggung jawabannya atas kepemimpinannya itu.” [Al-Bukhari meletakkan hadits ini di kitab 49; Budak. Bab 17; dibencinya perbuatan menyiksa budak.]
Ibu saya pernah menasehati saya “ Kamu adalah pria. Dalam hal apapun takdir kamu terlahir sebagai pemimpin. Begitu agama dan adat kita mendidik kaum pria. Setiap pemimpin dituntut untuk berkorban. Seberapapun besar pengorbanan kamu kepada mereka tetap saja tidak akan memuaskan mereka semua. Akan selalu ada yang tidak suka. Akan ada yang tidak puas. Akan selalu ada yang bergunjing dibelakang kamu. Akan selalu ada yang tidak akan berterima kasih kepadamu. Tetapi kamu tidak boleh mengeluh atas sikap mereka itu. Mengapa? Karena memimpin itu bukan” mendapatkan” tetapi “memberi” dan berkorban untuk itu. Kamu tidak berhak atas keadilan dari mereka tetapi dari Tuhan. Selagi kamu menuntut keadilan kepada mereka atas apa yang telah kamu lakukan maka kamu bukan lagi seorang pemimpin tetapi pengekor”
Nasehat ibu saya itu selalu saya ingat. Dalam memimpin keluarga saya tidak pernah minta dilayani dirumah walau saya bekerja keras untuk memuaskan kebutuhan keluarga. Tidak pernah menepuk dada atas apa yang telah saya berikan. Dan karenanya berhak dihormati berlebihan dan memperlakukan istri semau saya. Mengapa ? Apa yang saya lakukan untuk keluarga itu adalah liabilities yang harus saya tunaikan. Itu tanggung jawab saya dihadapan Tuhan dan cukuplah Tuhan sebagai penilai. Begitu juga dalam kepemimpinan lain entah itu di LSM perusahaan,pemerintahan, pemimpin harus menempatkan dirinya sebagai undertaker yang visioner. Bukan gila hormat dan serba paranoid. Bukan yang gampang buat excuse tetapi smart menemukan solusi. Bukan yang lebih ingin didengar tetapi suka mendengar. Bukan yang merasa paling benar. Mudah meminta maaf dan suka memaafkan. Gemar bekerja dan kaya pengetahuan untuk memberikan inspirasi kepada bawahannya melakukan perubahan yang positip.
Walau begitu, pemimpin yang baik sadar bahwa dia ditempatkan sebagai orang yang paling dinilai oleh orang banyak. Karenanya dia renta sekali di hujat, di fitnah dan digunjingkan dibelakangnya. Artinya selagi orang penduli dan Sadar bahwa pemimpin itu punya nilai maka dia akan selalu dibicarakan kelebihan dan kekurangannya. Kecuali pemimpin itu memang tidak ada nilai maka akan muncul sikap apatis dari orang yang dipimpinnya. Contoh pengusaha yang sukses menghela gerbong organisasi nya pasti banyak karyawan yang membencinya namun banyak juga yang mencintainya. Makanya jadi pemimpin yang baik itu harus berjiwa besar. Engga gampang baperan dan focus kepada agendanya untuk hidup dijalan Tuhan, maka hasilnya pasti maksimal dihadapan Tuhan. Ya tirulah Jokowi ...