Monday, November 14, 2016

Kemungkinan besar Ahok bebas ..?


“Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena di bohongin pake surat almaidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya. Jadi kalau bapak ibu perasaan ga bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, di bodohin gitu ya, gapapa. Karena ini kan hak pribadi bapak ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak ibu ga usah merasa ga enak. Dalam nuraninya ga bisa pilih Ahok”. Itulah kata kata Ahok yang menjadikan terlapor sebagai pihak yang telah menistakan agama. Pasal yang bisa menjadikan Ahok terpidana adalah KUHAP 156a. Harus di ketahui bahwa pasal 156a adalah delik aduan. Jadi dasarnya adalah adanya laporan dari anggota masyarakat terhadap perbuatan Ahok. Pihak Polisi wajib melayani laporan ini sesuai dengan bukti awal yang ada. Polisi juga wajib melakukan penyelidikan untuk memastikan laporan itu benar, bukan hanya sekedar fitnah. Makanya harus ada dua alat bukti yang cukup, yaitu keterangan saksi, bukti rekaman video dan keterangan Ahli.

Saksi yang berkaitan dengan kasus Ahok bukanlah orang yang mendengar video Ahok yang telah di edit dan menjadi viral di sosmed tapi orang yang hadir pada acara di mana Ahok berbicara. Dalam hal ini adalah warga kepulauan Seribu, termasuk pejabat pemda, DPRD, wartawan yang hadir. Mereka akan di tanya apakah mereka merasakan seperti yang tertuang dalam pasal 156 A. Apakah mereka mendengar dan merasakan  yang di katakan Ahok bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama Islam; Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama Islam. Apabila saksi tidak mendengar dan merasakan kata kata Ahok seperti yang tertuang dalam KUHAP 156a maka kasus tidak bisa di tingkatkan ke penyidikan. Tapi bisa saja di tingkatkan ke penyidikan agar publik dapat tenang dengan menetapkan Ahok sebagai tersangka. Namun pada akhirnya Polisi akan keluarkan SP3  atau kalau di teruskan ke pengadilan, Ahok akan menang mudah. Apalagi video yang beredar sebagai bukti  pelapor tidak sama dengan aslinya, di laporkan setelah lebih 7 hari Ahok bicara di tempat kejadian dan bukan oleh mereka yang  hadir tapi oleh pihak yang mendengar video yang tidak sama dengan aslinya.. 

Bagaimana dengan pendapat Saksi Palapor bahwa apa yang telah di katakan Ahok termasuk dalam penistaan agama, khususnya yang berkaitan dengan surat Al Maidah itu? Untuk itu Polisi akan mengundang Ahli ahli yang tidak ada kaitannya dengan Ahok ataupun Pelapor. Ini saksi indepedent. Saksi Ahli ini tidak seorang saja tapi beberapa yang meliputi ahli agama dan Bahasa. Saksi ahli agama bersaksi untuk mentafsirkan surat Al Maidah sebagai pembuktian apa yang di laporkan/ di tuduhkan oleh palapor adalah benar sesuai dengan kaidah dan khasanah agama Islam. Apabila terjadi perbedaan pandangan dari saksi ahli yang ada maka tuduhan kepada Ahok batal dengan sendirinya. Mengapa ? Karena hukum tidak boleh menghukum seseorang apabila ada sedikit saja keraguan. Lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah daripada menghukum 1 orang tidak bersalah. Ini belum termasuk saksi ahli Bahasa. Apabila saksi ahli bahasa mempunyai pandangan berbeda maka gugatan terhadap Ahok juga batal. Kemungkinan besar Ahok bebas. Karena surat Al Maidah itu sendiri multi tafsir. Tentu saksi ahli akan terbelah pendapatnya.

Benarkah ? Karena surat Almaidah itu sendiri di kalangan ulama memang tidak ada yang sependapat bahwa itu berkaitan dengan kewajiban memilih pemimpin muslim. MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa mengenai hal ini. Itu adalah Pendapat dan Sikap Keagamaan dan bukanlah Fatwa. Mengapa ? Salah satu syarat menetapkan fatwa adalah harus memenuhi  metodologi (manhaj) dalam berfatwa, karena menetapkan fatwa tanpa mengindahkan manhaj termasuk yang di larang oleh agama. Oleh karena itu, implementasi metode (manhaj) dalam setiap proses penetapan fatwa merupakan suatu keniscayaan. Ada pun metode yang dipergunakan oleh MUI dalam proses penetapan fatwa di lakukan melalui tiga pendekatan, yaitu Pendekatan Nash Qath'i, Pendekatan Qauli dan Pendekatan Manhaji. Pendekatan Nash Qoth'i di lakukan dengan berpegang kepada nash Al-Qur'an atau Hadis untuk sesuatu masalah apabila masalah yang di tetapkan terdapat dalam nash Al-Qur'an ataupun Hadis secara jelas. Sedangkan apabila tidak terdapat dalam nash Al-Qur'an maupun Hadis maka penjawaban di lakukan dengan pendekatan Qauli dan Manhaji. 

Jika kita lihat,  Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI tidak ada penjelasan mengenai pendekatan yang di pakai untuk alasan dari keputusan tersebut. Makanya Partai yang berbasis Islam, yang juga punya Dewan Syuro yang berwewenang menilai dan menentukan kebijakan partai sesuai atau tidak dengan syariah Islam mendukung calon kepala daerah yang non muslim. Contoh, Tahun 2012, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusung dan sukses memenangkan pasangan cagub-cawagub Cornelis (petahana) dan Christiandy Sandjaya, keduanya Nasrani, di Pilgub Kalimantan Barat yang mayoritas penduduknya (59%) beragama Islam. 2) Tahun 2015, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusung dan memenangkan seorang PENDETA Nasrani-Tionghoa, Thes Hendrata, di pilbup Kabupaten Kepulauan Sula yang mayoritas penduduknya (96.94%) beragama Islam. Dua pasang kandidat lawannya seluruhnya beragama Islam. 3) Tahun 2015, PKB mengusung dan memenangkan Danny Missy (Nasrani) di pilbup Halmahera Barat (Nasrani 59.15%, Islam 40.73%). Sumber 4) Tahun ini, PKS, PAN dan PBB mengusung Paulus Kastanya (Nasrani) di pemilihan walikota Ambon (Nasrani 48%, Islam 34%).

Bagaimana fatwa MUI mengenai Ahok? Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Maruf Amin, mengatakan sika MUI yang menyatakan Ahok  di kategorikan melakukan penistaan agama, tidak dalam konteks membahas tafsir, bukan Fatwa. Karena MUI sadar bahwa surat Almaidah MUI multi tafsir. Jadi sikap Pimpinan MUI bukanlah fatwa yang harus di patuhi oleh umat islam. Dan lagi tidak ada Ahok mengatakan ulama membohongi “pake" surat Al Maidah. Baiklah, kata kata Ahok itu salah karena menuduh orang membohongi  pake surat Al Maidah. Benarkah ? ada ketua Ormas Islam dalam videonya di Youtube mengatakan dengan tegas “ Dia (ulama bejat) nipu umat pakai Ayat Quran. Dia nipu umat pakai Hadis Nabi”  Perhatikan ada kaliman “…. bohong/nipu pakai ayat/Quran/Hadits…”. Artinya orang menipu menggunakan Ayat Al Quran dan Hadith itu biasa dan banyak. Nabi sendiri memperingatkan hal tersebut. Dan lagi apa yang di katakan Ahok itu berkaitan dengan saran atau mengingatkan rakyatnya tentang bagaimana seharusnya bersikap dalam menentukan hak politiknya. Agar mereka objectif, bukan di pengaruhi oleh faktor yang tidak ada kaitannya dengan program kerja yang di tawarkan oleh cagub.

Tapi ada yang berdalih bahwa karena Ahok non muslim, dia tidak berhak membawa firman Allah yang tertuang dalam AL Quran, apalagi sampai berani menafsirkan. Benarkah ? ini juga masih di perdebatkan. Di dalam Al-Quran ada 2 ayat yang menjelaskan bahwa perintah haji diserukan kepada seluruh umat manusia bukan kepada orang yang beriman saja. Yang pertama, Surat Al Hajj  ayat 27, Yang kedua , dalam Surat Ali Imran: 97. Banyak lagi ayat dalam Al Quran dimana Allah menyeru kepada manusia. Artinya Al Quran itu siapapun berhak mengetahuinya dan tentu mempelajarinya. Ahok sebagai non muslim, diapun adalah politisi. Tentu dia wajib mempelajari  islam, baik melalui buku maupun melalui mentor yang qualified. Tujuannya agar dia bisa memahami bagaimana menghadapi umat islam yang merupakan mayoritas di Indonesia. Pandangannya tentang islam, khususnya surat Al Maidah juga di tulis dalam buku biographinya yang berjudul ‘ Merubah Indonesia.”di terbitkan LP3S.

Saya merasa sedih karena sebagian orang menggunakan Lembaga Fatwa MUI untuk menyudutkan Ahok, memaksa aparat hukum untuk menjadikan Ahok terpidana dengan alasan membela fatwa MUI.  Padahal tidak ada fatwa MUI. Kalaupun ada seruan dari Pimpinan MUI, itu bukan lembaga Fatwa yang harus di patuhi oleh Umat islam. Keadaan ini bukan hanya membuat keadaan jadi gaduh tapi mempermalukan Ulama yang duduk di Dewan Fatwa, yang mungkin nampak bingung kenapa fatwa di bawa bawa dalam ranah politik untuk menjatuhkan Ahok dalam proses Pilkada. Semoga semua kita sadar bahwa kalau inginkan keadilan maka bukan hanya dalam sikap tapi juga dalam pikiran juga harus adil. Semoga di lembaga peradilan Ahok bisa bebas. Bagaimanapun keadilan harus di menangkan.!

Monday, November 07, 2016

Ahok...


Saya dapat inbox dari seseorang yang kesannya menuduh saya membela orang kafir dan membiarkan orang kafir menistakan Al Quran. Tentu yang di maksud kafir ini adalah Ahok. Tentu juga kesimpulannya atas tulisan saya berdasarkan mind block dan tidak membuat dia open mind. Saya tidak pernah bertemu tatap muka dengan orang ini dan seperti biasa dalam postingan saya banyak comment dengan nada tendesius terhadap saya dari orang orang semacam ini. Ya mereka menilai saya dari tulisan saya. Itu saya maklum. Saya sudah siap mendengar tuduhan yang bermacam-ragam, termasuk ”anti-Islam”, “islam liberal” karena pandangan saya bahwa  Islam itu adalah rahmat bagi semua. Menegakan kebaikan tentulah dengan cara yang baik. Sebisa mungkin menghindari pemaksaan dan kekerasan. Karena tidak ada keimanan dengan pemaksaan. Karena Allah telah menegaskan bahwa pemaksaan adalah anti Al Aquran.

Tanpa harus berdebat atas tuduhan terhadap saya , dengan tegas saya katan bahwa saya bukan anti islam. Karena saya bukan warga DKI,  mustahil saya memilih Ahok atau menjadi propagandisnya. Sebagai pengusaha saya berusaha menjauhi dunia politik karena kekuasaan itu bisa berubah kapan saja dan bisnis tidak boleh behenti karena perubahan rezim. Makanya saya menghindari bisnis yang bersinggungan dengan proyek APBN/D. Mungkin saya lambat untuk sukses tapi itulah pilihan saya dalam bisnis. 

Tapi dari keberadaan Ahok, teman saya punya sudut pandang tersendiri. Bahwa Islam di Indonesia punya problem yang tiap kali seperti di daur ulang dari masa kemasa , yaitu ada kecurigaan kepada orang yang mengemukakan pendapat lain tentang Islam. Dengan itu selalu di gunakan sebagai senjata mempengaruhi massa oleh mereka yang punya syahwat politik merebut kekuasaan. Permusuhan bagi segelintir ormas Islam terhadap Ahok sudah ada sejak Ahok di angkat sebagai Gubernur menggantikan Jokowi yang jadi RI-1. Patutkan Ahok di musuhi? TIDAK. Karena Ahok tidak pernah membenci Islam dan umat islam. Ahok tidak punya musuh soal itu. 

Sikap Ahok lebih banyak islaminya terutama sebagai pejabat Negara. Dia berani menegakan kebenaran , kejujuran yang di yakininya. Banyak program umat islam dalam syiar agama mendapat dukungan dari Ahok, bahkan lebih baik dari Gubernur sebelumnya. Ada program perbaikan sekolah madrasah dan memberikan KJP kepada murid madrasah yang tidak mampu, memberangkatkan Marbot ke tanah Suci, membangun masjid megah di balaikota, menutup lokalisasi PSK di Kalijodo, dan lain lain yang oleh Gubernur sebelumnya yang muslim tidak di lakukan, karena tidak terpikirkan. 

Teman itu menyimpulkan ia ”merasa wajib berterima kasih” kepada se-orang Ahok yang semoga ini menjadi inspirasi bagi pemimpin yang beragama muslim agar bisa mengaktualkan islam seperti yang Ahok lakukan dalam memimpin DKI. Ya, karena fitnah dan kebencian orang, Ahok bisa saja kalah, terpidana dalam kasus penistaan agama, dan di penjaran. Atau mungkin saja dia terbunuh. Keluarganya sangat siap untuk itu. Namun dia telah membangkitkan harapan kepada rakyat bahwa akan selalu ada pemimpin yang baik untuk mereka.” harapan adalah seperti jalan di daerah pedalaman, pada awalnya tidak ada jalan setapak, semacam itu, namun banyak orang berjalan diatasnya, jalan itu tercipta.

Di kaitkan dengan penistaan agama, bagaimana ? Tanya saya.
Teman saya mengatakan bahwa Ahok seorang politisi yang sadar bahwa pemilihnya adalah mayoritas beragama Islam. Dia tahu bahwa lawan politiknya menggunakan surat Almaidah-51 untuk memprovokasi orang tidak memilihnya. Tentu ini harus di sikapinya. Bertanyalah dia kepada ahli agama tentang tafsir dari surat Almaidah-51 itu. Dalam hal ini dia bertanya kepada Gus Dur. Ahok memilih sikap seorang Gus Dur terhadap Islam dalam berpolitik dan berjuang untuk orang banyak. Artinya Ahok mendapatkan inspirasi islam dari tokoh Islam cucu pendiri NU, arsitek NKRI, yang juga pernah memimpin NU. Dengan pengetahuan itulah dia bersikap terhadap lawan politiknya khususnya yang menggunakan surat Alamaidah -51. Bahwa Surat Almaidah-51 itu sendiri masih multitafsir di kalangan ulama. Khususnya terjemahan dari  Kementrian Agama, kata Awliya itu berarti teman setia, bukan pemimpin. Dalam hal kontek yang di katakan Ahok, Safie Maarief mantan Ketua Umum Muhammadiah, punya pendapat sendiri, sebagai berikut :

Dari berbagai sumber yang dapat di telusuri via internet, keterangan lengkap Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016 adalah sebagai berikut: "Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin pakai surat al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak bapak ibu ya…" Perhatikan dengan seksama kutipan ini, apakah memang terdapat penghinaan terhadap al-Quran? Hanya otak sakit sajalah yang berkesimpulan demikian. Apalagi jika sampai menista Langit., jauh dari itu. Perkara di kesankan menghina ulama, saya tidak perlu bicarakan di sini, karena memang dalam sejarah Muslim sering bermunculan ulama jahat, penjilat penguasa dengan fatwa-fatwa murahannya. Pokok masalah di sini adalah pernyataan Ahok di depan publik di sana agar "jangan percaya sama orang… karena di bohongin pakai surat surat al-Maidah 51." Ahok sama sekali tidak mengatakan bahwa surat al-Maidah 51 itu bohong. Yang di kritik Ahok adalah mereka yang menggunakan ayat itu untuk membohongi masyarakat agar tidak memilih dirinya.

***
Ahok memang telah jadi kontroversial. Di masa ini seperti tampak dari tulisan saya di blog dan facebook, saya mencoba berperan kecil untuk menjadikan islam itu indah dan rahmat bagi semua. Sudah saatnya Islam tidak lagi di aktualkan dengan gerakan kolosal di jalanan tapi di tuangkan dalam bentuk kesalehan sosial untuk merebut hati orang yang berbeda dan merebut cinta orang yang seiman. Perjuangan utopia yang di tiupkan oleh sebagian orang tentang islam, seharusnya di buktikan dalam karya nyata dengan gerakan gotong royong mengangkat perekonomian rakyat kecil keluar dari lingkaran kemiskinan. Mengadvokasi dan memberikan teladan kepada rakyat kecil, bagaimana menciptakan lingkungan bersih sebagai ujud keimanan kepada Allah. 

Sebagai umat islam, saya berpendapat sebaiknya islam yang mayoritas di negeri ini di pimpin oleh orang islam, terutama Jakarta.  Pertanyaannya bisakah umat islam bersatu memilih pemimpin yang di sukainya? Mengapa suara umat islam terpecah ? Saya melihat tidak ada persatuan karena memang apa boleh buat sudah cacat. Mengapa ?  Karena paham sektarisme, hanya paham sendiri yang di anggap benar; gagasan lain di musuhi. Padahal, dengan ”membuka semua pintu budi akal kita bagi semua pikiran,” akan lahir Islam yang tidak puritan, yang bukan arabisme tapi AL Quran. Yang tak mudah di provokasi oleh petualang politik yang menggunakan agama untuk menang dalam pemilu demokrasi dan setelah itu seperti biasa , setelah berkuasa, lupa dengan umat islam, lupa dengan orang miskin. Dengan kesatuan tanpa terpecah belah kecuali AL Quran, akan lahir Islam yang ”cinta kemajuan dan kecerdasan”. Cinta damai yang menjauhi kekerasan dalam bentuk apapun, serta di garis depan memimpin kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.

Dan di samping sektarisme yang membuat islam tidak bisa bersatu, pemimpin yang sesuai dengan teladan Rasul juga langka, bahkan tidak ada yang muncul kepermukaan untuk mempersatukan umat. Karenanya pilihan kepada Ahok sebagai Gubernur yang non muslim, adalah pilihan situasional yang tak utopis namun tidak melanggar hakikat beragama. Bila Ahok menang dalam Pilgub, maka itulah pesan cinta dari Allah kepada kita umat umat islam agar perkuat barisan, dan hentikan perbedaan. Cintai NKRI ini dengan karya nyata seperti Muhammad Yunus di Bangladesh yang sukses mengembangkan konsep bantuan dana usaha skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum , Madam Theresa yang menjadi ibu bagi kaum miskin dan jelata di kota Bombai. Atau masih banyak lagi contoh yang di lakukan oleh kiyai NU yang mampu membangun basis ekonomi rakyat lewat BMI. Itu saja di perluas dan di perkuat, kelak hanya masalah waktu , akan muncul sendiri pemimpin islam yang menjadi cahaya bukan hanya bagi rakyat Indonesia tapi juga dunia...

***
Saya sudahi tulisan ini sambil mengutip kata teman saya yang juga warga DKI ”… pada awalnyanya saya tidak setuju Ahok jadi Gubernur menggantikan Jokowi. Tapi berjalannya waktu, saya lebih banyak setujunya daripada tidak setuju dengan Ahok : Dia punya rationalisme, nasionalisme, dia punya kelebaran penglihatan (broadmindedness), dia punya modernisme, dia punya hati terhadap orang miskin dan punya semangat bagaimana mengangkat orang miskin masuk dalam lingkungan modern jakarta tanpa harus terjebak dengan kehidupan tradisional yang kumuh dan kotor. Dia punya keberanian bersikap terhadap siapa saja yang merugikan Pemrof DKI tanpa takut kehilangan jabatan dan cintra,  dan dia seorang suami yang setia terhadap istrinya dan suami yang pekerja keras. Pribadinya memang islami.."


Wednesday, October 19, 2016

Iman?


Surti, hampir menangis ketika pria dengan wajah teduh datang membawa beras 5 liter. Pria itu berpesan agar besok besok kalau dia tidak ada beras untuk di tanak , datang ke tempatnya. Sambil  memberi tahu alamat. Betapa haru dia, karena sudah dua hari suaminya menanti upah mingguan yang belum di bayar oleh juragan kebun. Alasannya perusahaan lagi sulit dan pembayaran upah biasa tertunda. Selama upah belum di bayar Surti bersama anaknya makan umbian yang di tanam di belakang rumah. Namun setelah pulang, beras 5 liter itu di buang semua oleh suaminya. Hanya karena yang memberi beras itu seorang misionaris yang tidak seiman.  Surti  tidak mengemis. Dia manusia biasa yang di datangi orang dengan cinta, untuk memberi. Saya bisa memaklumi sikap tegas dari suami Surti yang melarang istrinya menerima bantuan orang yang tak seiman. Kawatir aqidah tergadaikan hanya karena perut lapar. Masalahnya bagaimana menjelaskan kepada seorang ibu yang dapurnya tidak ngebul sementara anak menangis lapar?   Berharap kepada mandor kebun yang seiman, malah selalu membentak bila di tanya kapan upah di bayar. Bagaimana. ? Surti tidak ada niat untuk pindah agama. Dan si pemberipun tidak hendak mempengaruhi Surti untuk memeluk agamanya. Ia hanya terpanggil akan seruan Tuhan untuk memberi mereka yang lapar. Dan Surti adalah makluk ciptaan Tuhan, yang sadar bahwa Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan itu melalui orang yang pemberi tanpa harap kembali. 

Ada juga Murni, wanita usia mendekati usia 40 tahun. Menjanda karena suaminya pergi tanpa alasan yang jelas dengan meninggalkan beban dua anak. Ia bekerja sebagai buruh memecah batu alam untuk aksesoris taman dengan sehari Rp. 1200. Di bayar seminggu sekali yang nilainya lebih rendah dari harga segelas kopi di starbuck. Sore menjelang malam menjemput. Dia berhias dengan gincu murahan yang di belinya di warung kampung. Sepatu usang dan baju terbaik satu satunya yang dia miliki di kenakannya untuk pekerjaan lainnya. Setiap hari baju itu di cuci untuk di pakainya kembali. Sambil menitipkan anak Balitanya kepada anak gadisnya untuk di jaga, dia melangkah menembus malam.  Yang kemudian nampak adalah Murni yang lain, sang kapitalis penjual tubuhnya. Suatu saat Murni , menemukan pelanggan yang tak ingin membeli tubuhnya. Pelanggan itu memberinya uang untuk dia segera pulang, sambil berbicara dengan lembut " Pulanglah. Jangan lagi berbuat dosa. Tuhan mengasihimu. Datanglah ketempat saya, dimana orang berkumpul untuk menerima kasih Allah." Murni terharu. Namun ke esokannya ketika orang kampung tahu dia datang ketempat yang di haramkan, orang kampung mengecapnya murtad, kafir. Dia di asingkan oleh pergaulan. 

Murni, tidak hendak pindah agama. Tidak hendak berbuat dosa. Hanya karena tidak ada lagi yang bisa dia perbuat untuk bertahan hidup. Sementara di sekitarnya , orang kampung yang setiap hari menyembah Tuhan, pergi haji berkali kali, naik motor kemana  pergi, abai kepada nasipnya. Dia tidak hendak mengemis menuntut haknya yang di titipkan Tuhan kepada orang berlebih. Dia hanya menjual apa yang bisa dia jual untuk sekedar meyakinkan dia tidak kalah dan putus asa dengan hidupnya sehingga harus mencuri atau korup. Namun ketika ada yang menyeru menjauh dari hidup melacur, sambil memberi uang sebagai solusi. Diapun berbalik arah untuk menemukan tempat dimana orang peduli dan tidak menghujatnya, tidak memburunya dengan pentungan, kecuali memberi solusi , memberi hati bahwa bersama kita bisa. 

Tidak semua orang punya kesabaran tinggi. Tidak semua orang punya tingkat keimanan tinggi. Tidak semua paham ilmu agama. Namun semua orang paham satu hal " Bahwa cinta bisa merubah yang keras menjadi lembut. Merubah putus asa menjadi harapan. Merubah lelah menjadi kuat. Merubah kalah menjadi pemenang.  Dan itulah sebabnya banyak orang punya kekuatan kata kata yang di lantunkan dalam dakwah, predikat orang suci yang tak  bisa di salahkan, kalah sama orang yang tak menyebutkan firman Tuhan namun ia memberi dengan tulus, tanpa mengadili. Dia merebut hati orang dengan cinta tanpa mengucapkan  dalil tentang sorga bagi orang bertawwa dan neraka bagi pendosa. Dan buah agama itu hanya satu yaitu CINTA. Ketika cinta mengabur maka kata kata tinggal lah kata kata, ia akan terbang di bawa angin , jatuh kebumi dengan suara kepongahan, menciptakan permusuhan, melahirkan kebencian, dan amarah yang tak sudah. Entah pesan Tuhan apa yang di perjuangkan bila yang dekat menjauh, yang jauh semakin jauh. Marilah kita semua kembali kepada nilai Islam, yang rahmat bagi alam semesta. Agama cinta yang tak lain pesan kecuali menebarkan cinta dan kasih sayang bagi semua.

Nasionalisme?


Pria belia, usia 20 tahun. Menghadap penghulu untuk menikahi seorang gadis usia 16 tahun. Pria muda itu, berdandan dengan pakaian jas, pentalon dan dasi. Sang penghulu ketika melihat pria itu, dengan lembut menasehati 
“ Anak muda” Katanya. ”dasi adalah pakaian orang yang beragama Kristen… tidak sesuai dengan kebiasaan kita dalam agama Islam.”
”Sudah di perbaharui”. Pria itu membela diri. 
“Pembaharuan itu hanya terbatas pada pantalon , dan jas buka” kata penghulu dengan nada membentak.
‘ Tak sudi “ Kata pria itu dengan tegas menyikapi suara keras dari penghulu“Biar Nabi sendiri sekalipun tak kan sanggup menyuruhku untuk menanggalkan dasi”. Sambungnya. Maka ia bangkit dari kursi dan mengancam membatalkan akad nikah, jika ia harus mencopot dasi. Ketika penghulu tak mau mundur, mempelai itu berkata: ”Persetan, tuan-tuan semua. Saya pemberontak dan saya akan selalu memberontak. Saya tak mau di dikte orang di hari perkawinan saya.”

Suasana tegang. 

Ada si Alim yang berada di tengah acara ijab kabul itu yang berdiri untuk mengambil alih tugas penghulu dalam prosesi pernikahan itu. Akhirnya akad nikah dilakukan sesuai kehendak Pria muda itu, bukan oleh si penghulu, melainkan oleh seorang alim yang ada di antara tamu. Pria muda itu, suatu kelak menjadi tokoh pergerakan nasional yang berhasil mendobrak kepongahan kolonialis Belanda. Ia adalah Soekarno. Apakah sikap Soekarno itu mencerminkan dia tidak paham agama? Justru Soekarno sangat paham agama. Melebihi penghulu yang bersorban itu.  Itu berkat didikan dari H.O.S. Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, pengusaha yang ulama, ulama yang tidak hidup dari dakwahnya tapi berkorban demi dakwah, yang juga adalah ayah mertuanya sendiri. Soekarno adalah kader pergerakan syarikat islam. Karena itulah seorang ayah tokoh pergerakan islam, ikhlas menyerahkan anak gadisnya kepada Soekarno.

Syahdan, pada 1939 ada sebuah berita tentang Bung Karno: ia meninggalkan sebuah rapat Muhammadiyah sebagai protes. Bung Karno tak setuju karena ada tabir yang dipasang di sana untuk membatasi tempat perempuan dengan tempat laki-laki. Maka koresponden Antara pun mewawancarainya. Bung Karno menegaskan: tabir tampaknya soal kecil, soal kain yang remeh. Tapi sebenarnya soal maha besar dan maha penting, sebab menyangkut posisi sosial perempuan. ”Saya ulangi: tabir adalah simbol dari perbudakan kaum perempuan!” Bagi Bung Karno, tabir adalah aturan agama yang lahir dalam sejarah sosial. Seperti halnya kolonialisme, ”perbudakan” seperti itu bukan hasil dari sabda yang kekal. Ia akan berubah. Ia bisa diubah. Juga Hatta, Tan Malaka, dan sebelumnya Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat. Pergerakan menentang kolonialisme Belanda telah melahirkan sebuah nasionalisme yang lain: melihat ke depan. Nasionalisme itu berkait dengan agenda modernitas, dan islam harus di garis depan dalam hal modernitas ini. Nilai islam sebagai obor pembaharuan yang di canangkan Rasul harus benar benar menjadi rahmat bagi semesta. Perjuangan islam juga adalah perjuangan kaum terpelajar, adalah bagaimana membebaskan indonesia dari penjajahan sistem tapi juga pembebasan dari tradisi kolot, penuh mistik, taklik buta.

Penjajahan dalam konsep pemikiran dengan dalil agama, idiologi, yang membuat manusia malas berpikir bebas, adalah sumber kemunduran. Karena Keistimewaan manusia ada pada kebebasan bersikap dan berpikir. Tuhan menciptakan manusia dengan akal yang di beri kebebasan menentukan pilihan. Sangking bebasnya, sorga dan neraka pun di ciptakan. Silahkan pilih. Karena kalaulah Tuhan ingin semua seperti Tuhan mau, tentu akan mudah sekali dengan KeMaha KekuasaanNYA. Tapi adakah keimanan yang sejati dengan pemaksaan?. Adakah kehidupan dengan pemaksaan?. Dengan taklik?. Karenanya hanya orang bego yang mau di atur oleh pemikiran orang lain, dan hidup mendera dalam kebahagian semu di bawah status pengekor. Dia hanyalah kunang kunang, bukan lebah. Soekarno sadar , sebetulnya sebelum Belanda atau asing menjajah bangsa Indonesia, bangsanya sudah terjajah lebih dulu oleh tradisi agama dan budaya yang memenjarakan akal. Kekuatan pikiran terabaikan sudah.

Memahami kekuatan pikiran ini memang tak jauh dari hal pertama, bahwa kita menciptakan kejadian di alam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan kalangan ahli tasawuf mengajarkan manusia harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, menurut pandangan itu, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan saya. Karena berbagai peristiwa di alam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita, maka kita harus bertanggungjawab atas berbagai peristiwa di sekitar kita. Think twice before you speak, because your words and influence will plant the seed of either success or failure in the mind of another. 

Baik dan buruk hasilnya adalah pilihan cara kita berpikir. Andai ada orang lain berpikir negatif, pesimis, maka hindarilah karena kalau buruk yang terjadi maka kitapun ikut bertanggungjawab. Nampaknya , di era reformasi kini, tradisi lama itu ingin di hidupkan lagi oleh sebagian orang di mana nasionalisme Indonesia mengandung pesimisme. Sadarlah. Zaman terus bergerak ke depan. Tak ada yang bisa membendung waktu bergerak. Dan kemuliaan manusia semakin mendapat tempat bukan karena dokrin atau dalil atau tafsir tapi karena manusia semakin punya kemampuan akal untuk mencerna dan memahami Firman Tuhan, bahwa Islam itu adalah rahmat bagi alam semesta, bukan teror pemikiran atau senjata yang memaksa semua orang punya persepsi yang sama, dan akhirnya kekuatan pikiran melemah. Bukan.

Thursday, October 13, 2016

Kebersamaan..



Saya akui takdir saya tidak di lahirkan sendirian di bumi ini. TIdak di lahirkan secara ekslusif. Apa yang ada pada saya juga ada pada orang lain. Karena itu Tuhan menjamin rezeki saya untuk memakmurkan bumi dengan cinta. itulah keadilan Tuhan yang saya imani tanpa pernah saya ragukan sedikitpun.Yang harus saya akui itu sebagai fitrah saya sebagai manusia. Mindset ini di tanamkan oleh kedua orang tua saya selama mendidik saya. Itu sebabnya dari 7 orang anaknya hanya dua yang menikah dengan orang satu suku padang, lainya menikah dengan suku jawa, banten. Kedua anak saya , yang putra menikah dengan wanita keturunan India dan Jawa Solo. Ayahnya asal India, dan ibunya asal Solo. Putri saya menikah dengan pria keturunan Arab-Solo. Ayahnya keturunan Arab dan ibunya keturuan dari keluarga Solo. Saya terima dengan suka cita sebagai bagian dari keluarga saya, dan bagian dari keyakinan akan fitrah manusia yang terlahir walau bersuku suku namun tidak membuat perbedaan itu berjarak. Kebersamaan untuk saling mengenal dan mendapatkan hikmah, betapa kebersamaan itu indah.

Kalau sampai kedua putra putri saya memilih pasanganya seiman , itu bukan berarti mereka memilih teman hanya orang yang seiman saja. Bukan. Saya didik mereka untuk berteman dengan siapapun. Utamakan ketulusan bersahabat karena Tuhan. Sebisa mungkin berbagi dan jangan berharap kembali. Kalau baik yang di dapat ya syukuri ,kalau tidak baik ya bersabar. Jangan salahkan agama, kalau manusia jahat. Jangan membeci manusia kalau dia jahat tapi bencilah dengan sifatnya. Apapun yang di alami dari interaksi dengan sesama manusia, itu bukanlah antara kita dengn orang lain tapi antara kita dengan Tuhan, sebagai proses melatih diri menjadi sempurna. Karena sebaik apapun kamu berteman, teman falsu akan selalu ada. Seberapa ikhlas kamu memberi, teman yang tak berterimakasih akan selalu ada. Seberapa kuat kamu menjalin kedekatan, teman yang menjauh akan selalu ada. Jadi tak usah di masukan hati dan kecewa sehingga membuat kamu ragu mencari teman, ragu memberi, ragu berbuat baik. Teruslah lakukan hanya karena Tuhan dengan tetap berprasangka baik kepada siapapun.

Dalam bisnis yang saya gelutin , saya bermitra dengan warga intas benua dan di dalam negeri saya bermitra dengan hampir semua etnis yang ada di Indonesia. Walau kami berbeda suku, agama dan wara kulit. Tidak pernah dalam kemitraan itu kami bersinggung rasa hanya kami berbeda karena agama atau entis atau bangsa. Bahkan dalam  dialogh ringan, kalau sudah masuk ke wilayah agama atau wilayah private, kami berusaha satu sama lain untuk mengerti dan memahami. Karena apapun agama kita, orang tidak akan bertanya terlalu jauh selagi akhlak kita baik, dengan menjaga commitment, punya emphati, dan mudah berdamai dalam perbedaan tanpa ada niat untuk membuat orang tersinggung dengan ke imanan kita. Agama itu kalau di analogikan sama dengan sebuah pohon, dimana bersendikan tiga hal yaitu pertama, Tauhid yang merupakan akar dari agama. Kedua, adalah syariat yang merupakan dahan, ranting dan cabangnya. Ketiga, akhlak yang merupakan buah. Pohon hanya bermanfaat apabila berbuah. Walau pohon itu kokoh berakar kuat, berdahan rindang , namun tanpa buah , ia bukan apa apa. Hanya simbol bisu diatas tanah subur. Itu aja.

Anak ku, Mari  berusaha memberikan buah agama kepada orang banyak dan orang merasakan kehadiran agama, kehadiran Tuhan di bawah Pohon itu, duduk bersama mensyukuri kehidupan. Tak terdengar debat dan hujat merasa paling benar soal Tauhid dan syariat. Karena di senja yang temaram, mereka saling berbagi. Malam menjemput dengan rasa syukur karena besok mentari pagi akan hadir kembali membawa harapan. Kehidupan memang indah dan kehadiran Tuhan di rasakan di setiap detak jantung dan tarikan nafas..., Anakku kita terlahir karena kasih Tuhan. Kalau kita berbeda kulit, nasif, jenis kelamin ,agama, itu bukan karena kasih Tuhan berbeda. TIdak anakku. Kasih Tuhan itu kepada siapapun nak, selalu sama. KasihNya melimpah tak terbilang. Jangan karena perbedaan membuat kamu membenci dan antipati. Kalaupun ada perbedaan disisi Tuhan setelah manusia mennggal, itu hanya karena akhlak. Sebaik baiknya manusia di sisi Tuhan karena Akhlaknya baik. Alhamdulilah kedua putra putri saya ketika menentukan pilihan pasangan hidupnya ya akhlak sebagai pertimbangan utama, bukan suku, titel, harta, kancantikan atau kegagahan. .

Monday, October 10, 2016

Memenangkan hati


Dia bukan orang kaya. Dia hanyalah seorang dosen teknik di sebuah universitas. Hidupnya sederhana karena penghasilannya pun sederhana. Beda dengan Erdogan yang sebelum terpilih jadi gubernur dia seorang pengusaha. Dengan kesederhanaannya itu dia selalu hadir di setiap sholat subuh di masjid. Kegiatan rutinnya bukan berdakwah dari masjid ke masjid tapi menjadi Makmum sama seperti rakyat kebanyakan.Karena semua orang tahu dia seorang pahlawan revolusi menjatuhkan raja yang tiran , maka diapun menjadi tempat berkeluh kesah rakyat atas keadaan pemerintahan setelah revolusi . Rakyat mengeluhkan kurangnya rasa keadilan dan semakin jauhnya kemamkmuran karena sistem politik yang baru berdasarkan demokrasi membuat proses politik semakin lambat dan brengsek. Dia mendengar dengan seksama namun tak pernah sekalipun dia hanyut dalam diskusi menghujat para pemimpin.

Dengan rendah hati, dia mengajak orang ramai untuk bersabar dan memberikan kesempatan pemimpin menyelesaikan janjinya. Semua sedang berproses sampai sistem pemerintahan Iran yang menggunakan jalan demokrasi memilih pemimpin dapat mencapai kesempurnaan. Lambat laun orang pun minta dia berbicara di mimbar seusai sholat. Namun dalam dakwahnya dia lebih menekankan akhlak cinta untuk menjadi perekat kesatuan dan persatuan di antara rakyat Iran. Pemimpin hanya alat kekuasaan yang di create oleh rakyat dan rakyat yang baik akan menghasilkan pemimpin yang baik. Tanpa janji pembawa kotak pandora untuk lahirnya kemakmuran tanpa kerja keras. Tanpa menyitir firman Allah agar berkiblat kepada dia. Tanpa uang yang di bagikan agar dia terpilih. Tanpa poster dan slogan disetiap spanduk di tengah kota. Tanpa merubah gaya hidupnya yang tinggal di rumah sederhana kendaraan tua. Tanpa kata penuh agitasi terhadap lawan politiknya. Dia terus menemui rakyat dari satu masjid ke masjid lainnya tanpa bicara politik apalagi menghujat lawan. 

Diapun akhirnya terpilih sebagai Walikota Teheran dalam pemilu langsung dan kemudian dengan suksesnya sebagai walikota, mengantarkannya sebagai Presiden Iran dalam dua periode. Di masanya Iran menghadapi embargo ekonomi dunia barat dan AS namun di tengah embargo itu dia berhasil membangun semangat kemandirian rakyat Iran. Sehingga Iran tetap bisa membangun , bahkan lebih hebat dari sebelum di embargo. Ya, politik dalam sistem demokrasi adalah seni memenangkan hati pemilih. Orang jatuh cinta karena akhlak. Akhlak itu adalah bukan hanya mencintai pemilih tapi juga yang tidak memilihnya. Mencintai bukan hanya kepada teman tapi juga kepada lawan...Orang yang berharap terpilih karena patron agama sebetulnya orang yang tidak punya stok cinta melimpah di dalam dirinya dan dia kehilangan cara untuk merebut hati pemilih kecuali menggunakan firman Allah , dan yang mempercayainya hanyalah orang yang juga miskin cinta namun hidup dalam imajinasi bahwa Firman bisa memakmurkan tanpa perlu kerja keras…

Ada teman non muslim bertanya kepada saya mengapa umat Islam sulit sekali bersatu dalam beragama ? Saya terdiam. Mengapa ? Menurut saya memang tidak seharusnya orang di luar Islam tahu bahwa umat Islam sulit di persatukan. Tapi karena adanya medsos , dan banyak orang Islam yang coba membahas masalah agama kontemporer secara terbuka , debat pun bisa di ketahui secara terbuka. Bahkan debat ini sampai terkesan merasa paling benar dan sempat sempatnya saling menghujat.Dan ketika pemahaman agama masuk dalam wilayah politik maka keadaan semakin memalukan. Sesama umat Islam saling menyalahkan dan mulailah perang dalil. Bahkan apabila lawan politik merasa di sudutkan karena dalil agama, diapun bebas menggunakan dalilnya menyerang balik. Dan orang lain dengan tersenyum seakan berkata," Bagaimana bisa meyakinkan orang lain agama, sesama Anda saja tidak bisa saling meyakinkan. Agama apa yang sedang Anda perjuangan kan kalau hanya karena pandangan saja kalian saling berebut kavling sorga. Pantas aja lawan si A yang bukan ahli agama, kalah. Dan bukan engga mungkin lawan yang beda agama, bakal kalah lagi.”

Memang tidak seharusnya Islam di bahas di depan publik bila hanya sepotong potong saja. Contoh memandang Islam secara Ilmu Hukum dan Fiqih saja, menyebabkan terjebak pada pertentangan pendapat antar mazhab, dan terjadi perpecahan di tubuh ummat, timbul perselisihan dan cekcok. Karena yang dikaji mana yang halal dan haram, mana yang sunnah dan yang bid'ah, yang dilarang dalam Islam. Sehingga dari mulutnya yang keluar adalah kata-kata haram, dan bid'ah saja, ketika harus dihadapkan pada problematika masyarakat. Islam pertama kali di dakwahkan Rasulullah adalah "Laa ilaaha illallah "Tiada tuhan selain Allah. Berarti masalah Aqidah yang diutamakan dan yang pertama sekali ditanamkan pada ummat Islam. Bukan fiqih. Seandainya Fiqih duluan, tentu yang pertama sekali diajarkannya adalah Sholat dan perangkat-perangkatnya seperti bersuci dan berwudhu'. Tetapi Rasul tidak mengajarkan sholat duluan. Karena begitu banyaknya lapangan kehidupan, tidak semuanya dijelaskan secara detail dalam Islam, cukup hal-hal pokok, seperti Sholat, zakat, haji, warisan dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang bersifat teknis keduniaan, rasul menyerahkan pada keahlian masing-masing.

Sebaiknya gunakan medsos hanya berkaitan dengan bagaimana memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lilalamin, kekayaaan akhlak Islam yang menetramkan dan mendamaikan , itulah syiar yang menyejukkan. Kalau internal kita damai maka keluar menjadi teladan dan mengharumkan agama itu sendiri. Siapapun pemimpin Islam, dia akan di ikuti bukan karena dia bicara politik tapi karena kehidupan kesehariannya adalah pribadi yang agung, menentramkan siapapun, mendekatkan yang jauh, dan merapatkan yang dekat. Apabila siapapun kita, selagi menggunakan akhlak untuk berhubungan dengan sesama manusia, maka merebut hati siapapun juga tidak perlu ongkos mahal, ia akan datang dengan sendirinya. CInta akan menemukan jalannya sendiri walau di hujat, dan terasing dari kejauhan..

Sunday, September 04, 2016

Indonesia akan baik baik saja..


Kemarin  saya membesuk adik bungsu saya di rumah sakit THT yang usai operasi. Ketika di rumah sakit, saya dapat  telp dari sahabat saya untuk bertemu. Dia datang ke Jakarta  sejak hari jumat dan ingin mengundang saya minum teh di hotelnya. Nampak dia senang sekali karena saya menemuinya bersama istri. Sahabat ini bekerja di otoritas Keuangan di Hong kong. Selama pertemuan kami bicara ringan saja. Yang menarik ketika dia memberikan pendapatnya tentang Tax Amnesty yang sedang di gelar di Indonesia. Menurutnya  ini sangat beresiko bagi Indonesia. Mungkin resiko terendah adalah bila tidak semua uang yang parkir di luar negeri masuk ke Indonesia. Lebih banyak declare daripada repatriasi. Benarkah ? Kamu ingat kan dampak kebijakan QE (Quantitative Easing)  dari AS yang mengakibatkan uang mengalir deras ke Negara emerging market. Biaya operasi moneter yang digelontorkan Bank central meningkat tajam hingga menyebabkan defisit. Di samping itu juga berdampak mata uang mulai menguat sehingga membuat barang impor jadi murah. Keadaan ini mendorong swasta berlomba lomba impor dan memanfaatkan dana melimpah itu dengan  menarik pinjaman yang sebagin besar tanpa di hedging.  Paradox. 

Pemerintah Jokowi ingin menjadikan TA sebagai strategi memperkuat likuiditas perbankan agar suku bunga turun dan memberikan peluang BUMN punya akses keuangan luas di pasar modal dan uang. Maklum BUMN di nilai Jokowi yang paling siap melakukan investasi berkala raksasa dan sebagai tulang punggung untuk men drive pembangunan insfrastruktur yang ambisius itu. Demikian kata saya untuk menegaskan niat strategis di balik TA itu. Ya itu  bagus sekali, katanya. Tapi keliatannya belum ada upaya serius dari pemerintah menyiapkan instrument pasar obligasi khususnya dari BUMN. Mungkin saja karena Debt to Equity Ratio yang sudah tinggi sehingga tidak qualified menerbitkan obligasi sebanyak target repatriasi asset. Pihak perbankan seharusnya bisa menyerap dana repatriasi asset melalui instrument NCD agar bisa menekan suku bunga. Tapi keliatannya ini tidak mudah. Mengapa ? CAR tinggi sebagai indikasi kesiapan perbankan menyerap dana,   itu hanya ada di akuntasi. Fundamental perbankan Indonesia tidak sekuat neraca yang di publikasikan. Ada borok yang sengaja di sembunyikan sejak 10 tahun lalu dan tak tuntas di benahi sampai sekarang. Demikian analisanya. Sahabat saya terdiam sebentar seakan berpikir untuk mengatakan sesuatu yang sulit dia ungkapkan.

Dengan situasi ini , lanjut teman saya, maka dana TA dari luar yang masuk  akan mengalir ke BI melalui instrumen operasi moneter seperti SBI, reverse repo SBN maupun Term Deposit, yang akan menimbulkan dampak buruk bagi sector moneter dan bisa menguras cadangan devisa. Dan ketika BI surrender dengan menurunkan suku bunga , yang terjadi adalah uang  akan mengalirkan lagi keluar sebagai akibat sudden capital reversal  (rentan terhadap pembalikan ) khususnya di pasar keuangan, dan mata uang akan melemah dan harga kebutuhan pokok akan melambung tinggi. Resikonya sengat mahal. Rakyat yang tidak tahu apa apa harus jadi korban karena Negara memberikan yield bagi wajib pajak yang mendapatkan ampunan. Tapi menurut saya di sinilah dunia melihat seorang Jokowi yang fenomenal. Kini Jokowi telah berhasil mengendalikan politik dalam negeri yang pada awalnya di kuasai kekuatan koalisi dari oposisi di parlemen. Ini hampir tidak mungkin di laksanakan dengan keadaan yang dia menang tipis dari lawannya, dan tidak seratus persen di dukung oleh partai pengusungnya. Jokowi tentu belajar dari pengalaman masa lalu. Dengan kekuatan politik di tangannya, dia akan memperkuat DER dari BUMN ( termasuk bank plat merah ) melalui Penyertaan Modal Negara dan divestasi melalui Right Issue sehingga qualified menyerap dana dari pasar uang maupun pasar modal.

Dengan demikian investor mendapat saluran diversifikasi investasi di pasar obligas dan pasar modal. Jokowi akan lebih focus soal ini agar tidak semua dana repatriasi masuk ke sector pebankan yang bisa mengancam stabilitas moneter. BIla pasar obligasi dan pasar modal likuid maka skema financial engineering dapat di akses untuk mendorong tumbuhnya sector real. Peluang investasi insfrastruktur akan dibuka seluas mungkin bagi siapa saja termasuk asing. Jadi tidak hanya berkutat kepada BUMN dan pengusaha itu itu saja. Kemudahan akses investasi akan mengabaikan eklusifitas dan memberikan kesempatan siapa saja, termasuk bagi pendatang baru. Kata saya. Benar, teman saya menimpali bahwa jangan sampai seperti lima tahun dulu ketika uang melimpah,  arus investasi masuk tidak menodorong dunia usaha melakukan langkah  strategis  karena memang pemerintah tidak mengansipasinya dengan  baik sehingga berdampak current account deficit. Paradox ! Upaya meningkatkan kredibiltias pemerintah melalui rasionalisasi dan reorientasi APBN adalah kata kunci agar pasar percaya bahwa pemerintah serius menjadikan sector real segala galanya untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan, kata saya.

Teman saya tersenyum sambil berkata Indonesia terlalu lama kehilangan nilai nilai lama yaitu gotong royong dan Jokowi berhasil membangkitkan kembali nilai lama itu melalui kebijakan TA. INi benar benar revolusi mental ,  yang berani dan beresiko. Kelebihan Indonesia di bandingkan bangsa lain adalah rakyat selalu percaya kepada penguasa, bahkan di tengah banyak kegagalan dan keterpurukan, rakyat selalu punya kesabaran tinggi memberikan kesempatan pemerintah berbuat. Rakyat percaya kepada Jokowi karena dia bekerja keras dan mempertaruhkan resiko politik di hadapan lawan politiknya, semua karena ketulusannya untuk rakyat dan cintanya kepada Tuhan. Ketika niat baiknya di laksanakan, selanjutnya Tuhan yang akan menjaga. Uang masuk deras atau tidak , Indonesia akan baik baik saja di tangan orang baik. Ya kan..demikian kata teman saya. Kami berpisah. Saya dan istri pergi sholat maghrib. Saya berdoa khusu..Tuhan , sekarang kami masih sibuk  meraih kemakmuran dengan pengorbanan dan kerja keras agar besok cucu kami punya waktu lebih banyak memeriahkan bumi dengan cinta dalam kedamaian memuliakan nama Mu, tanpa harus di hantui rasa kawatir akibat penghasilan tidak cukup untuk belanja. Karena mencari rezeki mudah , keluaga sejahtera, punya sahabat setia dan agama di amalkan untuk cinta dan kasih sayang..Amin Ya Allah..



Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...