Tadi saya ketemu dengan teman yang juga kepala daerah yang baru pulang haji. Waktu acara selamatan pergi haji saya diundangnya tapi tidak sempat datang. Kesempatan dia ada dijakarta karena dipanggil Presiden , saya undang makan siang. Apa yang membuat saya terkejut adalah dia pergi dengan haji generik bukan ONH plus. Dia juga merangkap pemimpin rombongan haji asal daerahnya. Ketika di Mekkah dia satu kamar dengan jamah haji dari daerah yang dipimpinnya. Teman sekamarnya itu berprofesi sebagai tukang cukur yang membutuhkan waktu 10 tahun nabung. Tidak ada sedikitpun dia merasa rendah ketika melayani jemaah yang menjadi tanggung jawabnya sebagai kepala rombongan. Baginya Ini biasa saja dan lagi semua mereka adalah rakyatnya sendiri. Dia merasa lebih nyaman bersama jamah dari rakyat jelata karena memang tugas pemimpin dekat kepada rakyat yang lemah.
Sebagaimana Chavez adalah pembebas bagi rakyat Venezuela. Ia menggunakan kekuasaannya untuk merebut kembali kontrol terhadap sumber daya dan kemudian menggunakannya untuk memberantas kemiskinan, membebaskan rakyat dari buta huruf, menggratiskan pendidikan dan kesehatan, menciptakan toko sembako murah di seantero negeri, dan uan pensiun bagi lansia.Dia juga adalah sosok Presiden yang sederhana. Seperti Fernando Lugo dan Jose Mujica, Chavez juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk anggaran sosial. Chavez juga dikenal Presiden yang sangat merakyat. Ketika melakukan kunjungan, Ia hanya menggunakan jeep atau menumpangi truk. Ketika hujan lebat mengguyur Venezuela, yang berakibat banjir hebat di mana-mana, Chavez membuka pintu istana Kepresidenan sebagai tempat penampungan. Baginya, Istana Kepresidenan adalah rumah rakyat.
Siapa yang tak kenal Nelson Mandela? Dia merupakan pemimpin terkemuka pembebasan Afrika Selatan dari kolonialisme dan apartheid. Namanya begitu termasyhur di seluruh penjuru Afrika dan dunia. Meski begitu, Mandela tetap merupakan sosok yang sederhana. Begitu menjadi Presiden tahun 1994, Mandela rutin memotong gajinya untuk disumbangkan bagi anggaran sosial. Malahan, kemudian, ia menyerahkan sepertiga gajinya untuk membantu anak-anak. Rumahnya di Johannesburg maupun di desa asalnya, Qunu, terbilang sederhana dan tak ubahnya dengan rumah masyarakat umum. Tahun 1994, ketika negerinya didera utang warisan rejim lama, Mandela menyerukan pejabat negerinya mengencangkan ikat pinggang. Namun, sebagai langkah awal, ia memulai dengan memotong gajinya sendiri dan gaji Wakil Presiden.
Kalau mau meniru maka tirulah Rasulullah.Ia adalah contoh kesederhanan pemimpin tak tertandingi sampai kini. Mengapa ? Rasulullah memang bukan tipologi pemimpin aji mumpung. Beliau ibarat pemimpin yang berada di dalam kolam oli namun sama sekali tidak terciprat oli. Tidak heran, sebagai pemimpin sekaligus penguasa dua Kota Suci, Mekah dan Madinah, beliau justru mengahadap Allah dalam balutan pakaian kasar. Harta yang diwariskan hanya berupa baju besi (dir’un). Itu pun terpaksa digadaikan kepada seorang Yahudi dengan tiga puluh sha’ atau gantang gandum demi menopang biaya hidup keluarga beliau. [HR Bukhari dan Muslim].Kehebatan lain dari kepemimpinan Rasulullah adalah kedermawanan. Kendati miskin harta, beliau terbukti pribadi yang paling dermawan. Rasulullah sangat ringan hati di tengah hidup serba kurang. Tidak pernah ada peminta datang ke rumah yang tidak beliau kabulkan permintaannya. Rasulullah tidak menyimpan harta kecuali sekadar untuk kebutuhan. Beliau bersabda, “Andaikan aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, niscaya aku tidak suka kalau berlalu sampai lebih dari tiga hari, sekali pun di sisiku tinggal ada sedikit emas, kecuali kalau yang sedikit itu aku sediakan untuk memenuhi hutang yang menjadi tanggunganku.” [HR Bukhari dan Muslim].
Kemiskinan tidak menghalangi Rasul untuk membantu kesulitan orang. Terlebih lagi dalam urusan ibadah, Rasulullah benar-benar tidak mengenal istilah pelit atau perhitungan. Kita bisa simak dalam haji wada’ (perpisahan). Seusai rombongan umat Islam kembali dari melempar jumrah Aqabah di Mina, Rasulullah memerintahkan hadyu (penyembelihan hewan kurban). Aturan hadyu, satu ekor domba untuk satu orang dan satu ekor unta untuk tujuh orang. Tetapi, perhatikan, Rasulullah sendiri membawa 100 ekor unta. Beliau menyembelih 63 ekor atau seekor unta untuk satu tahun umur beliau. Yang 37 ekor beliau serahkan kepada Ali bin Abu Thalib untuk disembelih. Teman saya ingat nasehat Jokowi "selalu lah bekerja keras dengan dekat kepada rakyat lemah. Masalah bangsa Ini sebagian besar ada pada mereka dan mereka paling tahu apa yang seharusnya pemimpin perbuat. Jangan sibuk menyalahkan keadaan tapi jadilah penyelesai masalah. Karena itu yang dibutuhkan rakyat. Kerja keras dan niat baik karena Allah pasti berakhir baik dan yang untung juga rakyat" Memimpin adalah cobaan terberat dari segala cobaan yang diberi Allah. Tanpa pertolongan Tuhan tidak ada yang bisa selamat memimpin.