Kemarin ketemu teman yang juga
rekanan DKI untuk proyek pengerukan kali ciliwung. Teman ini punya kesan
tersediri terhadap JOKOWI sebagai Gubernur DKI. Dia pernah diajak blusukan oleh
Jokowi ke pemukiman kumuh dibantaran kali. Ketika itu Jokowi masuk kesalah satu
rumah penduduk karena kebetulan dipaksa oleh pemilik rumah untuk mampir.
Alasannya orang tuanya yang lagi sakit ingin bersalaman dengan Jokowi. Karena
ukuran rumah sangat kecil hanya muat 4 orang maka yang masuk kedalam rumah itu
hanya Jokowi, ajudan dan termasuk teman itu. Yang lain menunggu diluar. Dirumah
itu tidak ada korsi tamu. Para tamu hanya duduk dilantai beraalaskan tikar
lusuh. Pemilik rumah menyuguhkan minuman. Ketika teman itu hendak minum, dia
mencium bau sabun pada gelas itu.Dia batal minum.Dia tahu bahwa gelas itu tidak
bersih. Dia perhatikan gelas yang lain juga sama karna nampak membayang kesan
kotor. Benarlah, para ajudan juga melakukan hal yang sama dengan teman ini,
tidak jadi minum. Namun Jokowi dengan tersenyum sambil berbicara dengan pemilik
rumah, menghabiskan minuman itu. Tidak ada kesan diwajah Jokowi ragu minum air
itu. Setelah keluar dari rumah itu, teman itu bertanya kepada Jokowi " Apakah
bapak merasakan aroma sabun pada gelas itu" Dengan tersenyum Jokowi
berkata " Air dengan gelas beraroma sabun adalah inspirasi saya untuk
berbuat karena cinta. Pemimpin tidak akan merasakan ini kalau dia hanya berada
dikantor atau di istana. Sikap empati terbangun apabila batin kita bisa akrab dengan
derita kaum miskin. Cintai mereka dan jaga perasaan mereka.
Cerita teman ini membuat saya
termenung. Sikap Jokowi adalah repleksi dari akhlak islam sesungguhnya. Jokowi bisa
saja menolak minum karena gelasnya berbau sabun tapi itu tidak dilakukan oleh
Jokowi. Dia tetap minum untuk menyenangkan tuan rumah yang telah menjamunya.
Hal ini pernah diteladankan Rasul. Suatu ketika ada seorang lelaki Fakir dari Ahli suffah mendatangi Rasulullah
dengan membawa cawan yang di penuhi oleh buah Anggur, yang di hadiahkannya
kepada Rasulullah. Rasu makan anggur itu dengan tersenyum dan membuat bahagia
sipemberi. Para sahabat yang ada disekitar beliau bingung mengapa Rasul tidak
membagi anggur itu kepada mereka. Setelah si fakir itu pergi, Rasul berkata
bahwa“Sungguh kalian telah melihat si lelaki fakir sangat kegirangan dengan
cawan yang berisi buah Anggur itu. Sesungguhnya manakala aku mencicipi buah Anggur tersebut, Aku rasakan Pahit
rasanya. Jadi aku tidak mengajak kalian
untuk makan bersama, sebab aku khawatir kalian akan menampakkan rasa pahit di
wajah kalian sehingga dapat merusak kegembiraan si lelaki fakir tersebut. Itulah
empati namanya. Menurut Al-Quran, kesempurnaan empati ini akan terwujud ketika
seseorang sanggup melakukan dua hal (Ali Imron: 159). Pertama, sanggup
mengekspresikan ucapan dan sikap yang tidak menyinggung atau menyakitkan
(fadzdzon). Kedua, sanggup memberikan bantuan (gholiidzon). Banyak orang yang
sikap dan ucapannya bagus tetapi tidak bisa berbuat apa-apa secara nyata.
Banyak juga yang bisa membantu tetapi ucapannya menyakitkan. Ini empati juga,
tetapi kesempurnaanya belumlah optimal.
Sikap empati itu merupakan akhlak
islami yang melekat dalam jiwa Jokowi. Mungkinkah ini bagian dari
pencitraan? Berempati bukanlah pekerjaan mudah, kata teman saya. Kalau tujuan pencitraan , anda tidak akan bisa
makan dengan santai sampai kenyang di Warung kaki lima. Kalaulah tujuan
pencitraan, anda tidak akan mau minum air didalam gelas yang berbau sabun
apalagi setiap hari anda hidup dilingkungan kelas menengah atas, yang serba
bersih dan tertip. Kalaupun tujuan pencitraan, anda tidak akan bisa berpuluh tahun tahun naik
pesawat kelas ekonomi padahal status sosial anda adalah business class. Semua
itu dilakukan oleh Jokowi karena begitu keyakinannya beragama. Dont tell that Islam is the best but show them that Islam is the best. Islam adalah akhlak yang mengamalkan apa yang dikatakan. Pribadi islam adalah pribadi rendah hati , berlaku
lemah-lembut terhadap mereka yang dekat maupun yang jauh,yang seiman maupun tak seiman, yang satu golongan maupun yang berbeda golongan. Pemaaf dan selalu
mendoakan orang yang membencinya agar mendapatkan hidayah dari Allah, gemar bermusyawarah untuk kebaikan dan siap mengalah untuk kebanaran, siap berkorban untuk keadilan.
Ketika dia bersikap maka ia akan bertawakkal kepada Allah. Mengapa ? Karena Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Ia pribadi yang ikhlas yang memberikan cahaya bagi siapa saja.
Selanjutnya kata teman itu , Jokowi mengatakan bahwa ketika dia merasakan aroma sabun pada gelas itu, hatinya menjerit karena inilah yang dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya setiap hari yaitu kelangkaan air bersih. Air adalah esensi kehidupan dan negara gagal menjaga yang esensi itu. Mereka yang tinggal didaerah kumuh menghadapi masalah kesehatan, pendidikan, perumahan, kesempatan berusaha, lingkungan yang buruk dan lain sebagainya. Mengapa ? karena selama ini negara tidak hadir ditengah tengah mereka. Negara terlalu jauh untuk dijangkau dan menjangkau. Akibatnya keadilan sosial semakin jauh dan jauh. Saya terhenyak. Tentu dengan mengetahui derita rakyatnya, membuat empati Jokowi semakin tebal. Dia semakin sensitif dalam berjuang membela keadilan bagi kamu duafa. Dia tidak akan ragu untuk mengambil resiko politik bila kebijakannya tidak menguntungkan elite politik dan mungkin juga merugikan kepentingan kelompok menengah atas yang miskin empati. Menjadi pemimpin bukan soal menyenangkan semua orang tapi bagaimana menyenangkan Allah. Dan Allah suka kepada orang yang berjuang untuk kebenaran, kebaikan demi tegaknya keadilan sosial. Bila Allah suka maka semua menjadi mudah.Karena setiap perbuatan baik atas dasar ikhlas karena Allah maka siapapun pasti menang.! Yakinlah.
Selanjutnya kata teman itu , Jokowi mengatakan bahwa ketika dia merasakan aroma sabun pada gelas itu, hatinya menjerit karena inilah yang dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya setiap hari yaitu kelangkaan air bersih. Air adalah esensi kehidupan dan negara gagal menjaga yang esensi itu. Mereka yang tinggal didaerah kumuh menghadapi masalah kesehatan, pendidikan, perumahan, kesempatan berusaha, lingkungan yang buruk dan lain sebagainya. Mengapa ? karena selama ini negara tidak hadir ditengah tengah mereka. Negara terlalu jauh untuk dijangkau dan menjangkau. Akibatnya keadilan sosial semakin jauh dan jauh. Saya terhenyak. Tentu dengan mengetahui derita rakyatnya, membuat empati Jokowi semakin tebal. Dia semakin sensitif dalam berjuang membela keadilan bagi kamu duafa. Dia tidak akan ragu untuk mengambil resiko politik bila kebijakannya tidak menguntungkan elite politik dan mungkin juga merugikan kepentingan kelompok menengah atas yang miskin empati. Menjadi pemimpin bukan soal menyenangkan semua orang tapi bagaimana menyenangkan Allah. Dan Allah suka kepada orang yang berjuang untuk kebenaran, kebaikan demi tegaknya keadilan sosial. Bila Allah suka maka semua menjadi mudah.Karena setiap perbuatan baik atas dasar ikhlas karena Allah maka siapapun pasti menang.! Yakinlah.