Pada Jumat 5 September 2014,
Soetarni Njoto tutup usia, pada usia 86 tahun. Siapakah Soetarni? Soetarni berasal
dari keluarga ningrat Mangkunegaran, Solo. Ia hanyalah ibu Rumah Tangga yang sederhana. Ketika suaminya menjadi pejabat negara dan politisi, dia tidaklah sesibuk sebagaimana ibu pejabat, apalagi menghabiskan dana miliaran di luar negeri. Waktunya habis untuk mengurus 7 anaknya.
Suaminya adalah Njoto. Menurut diskripsi TEMPO,Njoto adalah nama yang nyaris tak menyimpan pesona. Njoto, anak
seorang pengusaha kaya, berkacamata tebal, yang dianggap Bung Karno seperti
adik sendiri adalah seorang penulis naskah pidato Presiden Soekarno. Njoto
berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan
saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang
tak melulu ”pro-rakyat” dan menggelorakan ”semangat perjuangan”. Ia menghayati
Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang ”kapitalis” harus selalu
dimusuhi. Hidupnya pun bertolak belakang dengan para komunis yang menekankan
aspek moralitas. Makanya banyak orang
jadi bertanya-tanya, dia ini komunis atau bukan? Dia juga seorang agamais
yang tanggap membantu orang tua sahabatnya untuk naik haji ke Mekkah setelah
tanpa sengaja sahabatnya ini “curhat” betapa sulitnya untuk bisa naik haji.
Karena kedekatannya dengan Soekarno membuat D.N. Aidit tidak suka dan
memecatnya dari kepartaian. Aidit menganggap Njoto seorang Soekarnois dan bukan
komunis, sehingga rawan menggembosi partai.
Photo keluarga Soetarni |
Tapi bukan itu saja. Yang membuat akhirnya Aidit menyingkirkan Njoto dari lingkaran dalam Elite PKI adalah karena alasan skandal seks dan perselingkuhan dengan seorang gadis Rusia. Bagi Aidit, perselingkuhan dan poligami adalah haram bagi partai. Menurut cerita , dulu ketika tahun 1955 ,
anti poligami ini menjadi isue utama bagi PKI untuk menarik kaum perempuan
masuk dalam barisan setia PKI dan sekaligus alat PKI untuk propaganda anti
feodalisme. Ketika itu banyak orang kaya dan patron yang mempunyai istri lebih
dari satu sementara banyak rakyat yang kelaparan tanpa mereka pedulikan. Bagi
PKI, poligami adalah mental feodal dan digemari oleh para patron yang mengusung
agama. Walau ketika itu elite partai Masyumi tidak ada yang poligami. Namun
propaganda anti poligami itu nampaknya efektif. Dalam pemilu 1955 , PKI masuk 3
besar Partai peraih suara terbanyak. Kelebihan PKI adalah para elitenya
menanamkan apa yang mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang mereka katakan. Ciri
khas elite Partai PKI adalah kesederhanaan. Sikap dan perbuatan mereka sangat
sederhana. Bila mereka bicarapun sangat sederhana sehingga orang pada lapisan
terbawahpun bisa mengerti. Kesederhanaan
para elite partai inilah yang membuat mereka dekat dengan rakyat kebanyakan
yang umunya tertindas oleh mental feodal. Karena itu PKI cepat sekali merebut cinta rakyat khususnya kaum miskin. Lantas benarkah Njoto selingkuh? Memang pada pertengahan tahun 1963 Nyoto sebagai Ketua II Comite Central PKI, sering ditugasi berkomunikasi dengan partai komunis internasional di Uni Soviet. Karena itu selama kunjungan ke Rusia , dia berkenalan dekat dengan penerjemah perempuan bernama Rita. Njoto, kata Soetarni, memang menceritakan banyak hal tentang Rita kepadanya. "Kata Bapak, Rita cantik, ramah, dan pintar." Gadis Rusia itu mahasiswi sastra Indonesia di sebuah universitas di Moskow. Setiap kali Njoto ke sana, Ritalah yang menemaninya. Benarkah Njoto pria yang selingkuh dari istrinya?
Aidit dan Njoto |
Pada akhirnya kabar selingkuh Njoto
memang tak menjadi kenyataan. Njoto tetap menjadi suami Soetarni. Karena
itupula ketika meletus G30S PKI, wanita yang tidak mengerti politik ini
akhirnya harus menerima kenyataan pahit. Soetarni bersama ratusan tahanan
politik lainnya, ditahan di Kodim (Komando Distrik Militer), Jalan Setiabudi,
Jakarta Selatan, bersama tujuh anak-anaknya. Ketika itu dia sedang mengandung
dan akhirnya melahirkan di dalam tahanan. ia dibebaskan setelah delapan bulan
mendekam di Rumah Tahanan. Keluar dari tahanan, Soetarni dan anak anaknya
tinggal di Baturetno. Tahun 1969 ,kedatangan aparat yang membawa kembali
Soetarni membuat kerabat kerabatnya panik. Seorang kakak kandungnya yang
tinggal di Solo lalu menemui Nyonya Tien Soeharto, meminta pembebasannya.
Keluarga ini memang memiliki hubungan kekerabatan dengan Tien Soeharto. Ibu
Soetarni keturunan trah Mangkunegaran, sepupu orang tua Tien. Soetarni ditahan
selama 11 tahun tanpa proses hukum. Kini ia telah tiada. Sejak akhir tahun 1965, seumur hidupnya menanti kepulangan suaminya yang tak pernah kembali. Politik secara kejam memisahkannya dengan pria yang dia cintai.Di dunia tak bersua ,
tentu di akhirat ia akan bertemu kembali.