ISIS dan kepala yang disembelih |
Pria itu dibawa ke alun-alun.
Matanya ditutup kain hitam. Ia menjadi orang
yang kesekian yang di gorok lehernya. Para
pejuang ISIS di sekelilingnya membacakan kejahatannya dari selembar kertas. Pemuda itu berlutut di tanah, tangannya
diikat. Dia tampak beku.Dua pemberontak membisikkan sesuatu ke telinganya dan
pemuda itu nampak menggeleng gelengkan kepala. Seakan tidak menerima apa yang
dikatakan oleh pemberontak itu. Pada saat eksekusi dilakukan , mereka
mencengkram tenggorokan pria itu. Pria itu mencoba untuk melindungi
tenggorokannya dengan kedua tangannya masih terikat. Ia mencoba
melawan tapi mereka lebih kuat dari dia dan mereka memotong lehernya. Setelah itu...mereka mengangkat kepalanya ke udara. Orang-orang melambaikan senjata mereka
dan bersorak. Semua orang senang bahwa eksekusi telah dilaksanakan. Demikian
teman saya menceritakan apa yang dia lihat ketika bertugas sebagai volunteer kemanusiaan di Suriah. Apa yang terjadi di Suriah saat ini, adalah seperti sebuah adegan
dari abad Pertengahan, sama seperti yang anda baca di buku-buku sejarah. Perang di Suriah
telah mencapai titik di mana seseorang dapat tanpa ampun dibunuh di depan
ratusan orang-orang yang menikmati tontonan. Baik tentara maupun pemberontak
menggunakan standard yang sama tentang kebrutalan dan mengabaikan prinsip
prinsip perang modern yang diatur dalam
konvensi jenewa, bahwa musuh yang sudah menyerah harus dilindungi
haknya.
Pasukan ISIS |
Tahun ini memasuki tahun keempat perang saudara di Suriah, semakin banyak
kekejaman yang dilakukan oleh tentara yang setia kepada rezim Presiden Bashar
Assad, serta pemberontak bersenjata dan militan Islam dari berbagai aliran seperti
Milisi Syi'ah (Asing) dan Hizbullat, mujahidin Sunni ( Asing) dan ISIS. Di Suriah kedua belah pihak baik rezim pemerintah maupun pemberontoak mengaku beriman kepada Allah dan Rasul ,entah itu Sunni, salafi/wahabi,
Alawit, Syiah atau salah satu sekte lainnya. Tapi kedua belah pihak mempunyai standard sama
yaitu kebrutalan. Di Irak juga sama, baik pemerintah maupun ISIS tidak mengikuti standard Islam. Tentara Irak
menghukum mati para tawanan perang dari milisi ISIS. ISIS juga melakukan hal yang sama. Sementara cara cara pasukan ISIS menaklukan wilayah percis
sama dengan cara Genghis Khan yaitu menciptakan rasa takut. Warga Irak tahu pasti bahwa di Suriah, ISIS menyembelih masyarakat sipil dan tentara dan
menyalib umat Kristen. Kisah kekejaman pasukan ISIS ini menjadi momok
menakutkan bagi warga Irak. Saat ini ISIS telah menguasai 15 kota di Irak
termasuk satunya kota-kota kristen di Irak. Penguasaan ke-15 kota tersebut
menyebabkan ISIS mengeluarkan ancaman bagi kaum minoritas untuk menerima
ideologi ekstrim yang dibawa mereka. Bila kaum minoritas menolak, maka sejumlah
hukuman termasuk eksekusi mati harus mereka terima. Hal ini menyebabkan ada lebih setengah juta warga Irak mengungsi kewilayah
lain karena takut akan ancaman ISIS.
Pengungsi Irak |
Benarkah sikap ISIS itu? Bagaimana sikap islam terhadap
pihak yang tidak setuju dengan khalifah Islam? Ketika Abu Bakar dibaiat khalifah
pertama oleh kaum muslimin, seorang sahabat dan tokoh anshar bernama Sa'ad bin
Ubadah tidak mau membaiat Abu Bakar hingga beliau wafat. Tapi khalifah Abu
Bakar tidak memerangingya dan dia tetap aman serta tidak ada satu pun sahabat
yang mengkafirkannya. Artinya, orang islam yang tidak mau berbaiat kepada
khalifah yang tidak mereka setujui bukan dosa. Apalagi orang beragama non
Islam.Tidak bisa dipaksa untuk berbaiat kepada Khalifah. Bagaimana sikap Islam terhadap musuhnya? Sejarah mencatat, usai Perang Badar sebanyak 70 orang tawanan Makkah yang
ditangkap dalam perang itu dibebaskan oleh Rasul tanpa satupun disiksa atau dilukai. Ketika Muhammad
Al Fatih memimpin pasukannya memasuki kota konstatinopel dengan kemenangan, dia tidak
menzolimi mereka yang kalah, tidak membunuh musuh yang menyerah,tidak memaksa orang masuk Islam. Semua penduduk
konstatinopel mendapatkan perlindungan dari sultan,walau mereka berbeda. Saladin ketika merebut Jerusalem, tidak ada satupun rakyat non muslim dibunuh.Tidak ada satupun tempat ibadah umat kristen di rusak. Al
Fatih dan Saladin keduanya dikenal sebagai penakluk. Mereka berdua meneladani Rasul ketika berhasil menaklukan Makkah tanpa ada satupun
darah tertumpah dan tanpa merendahkan kehormatan mereka yang kalah. Ya, tujuan utama dari perang yang
dilakukan umat Muslim adalah guna menegakkan kebebasan beragama dan beribadah,
menegakah kebenaran, kebaikan dan keadilan. Jadi sebetulnya islam tidak pernah menginginkan perang dan
kalaupun itu terjadi karena mereka diserang lebih dahulu atau agama mereka
terancam oleh kezoliman. Perang adalah jalan
akhir bila jalan damai tidak tercapai. Perang bukan hanya motive penaklukan
tapi punya dimensi moral. Karenanya kalau musuh inginkan perdamaian maka perang
harus segera dihentikan walau perdamaian itu pahit dan sangat pahit.
Kepedulian Rasulullah s.a.w. atas
kesejahteraan umat manusia dan penciptaan kedamaian di seluruh dunia sungguh
tidak ada batasnya. Adalah suatu tragedi bahwa dalam masa sekitar seribu tahun
terakhir ini para pemuka dan negeri Muslim, sebagian besar telah mengabaikan
hakikat ajaran Al-Quran dan Rasulullah s.a.w. semata-mata hanya untuk pemuasan
keserakahan dan nafsu kekuasaan atau mencari kekayaan. Mereka berperang satu
sama lain untuk memperebutkan kekayaan duniawi. Melalui akhlak buruk mereka telah menganiaya orang-orang yang tidak
berdosa. Secara culas mereka telah mengkhianati kaumnya sendiri dan sesama
negeri Muslim hanya untuk mendapatkan kekayaan moneter dan kekuasaan. Sebagian besar dari pemuka ruhani dan duniawi telah
menyesatkan kaumnya sendiri dan membawa kebusukan dalam tubuh, fikiran dan jiwa
masyarakat. Pada masa kini, beberapa anak muda Muslim secara konyol telah
‘dicuci otaknya’ sehingga menganggap sifat barbar, teror, bunuh diri dan
pembunuhan yang mereka lakukan akan menjadikan mereka mendapat derajat syuhada.
Sesungguhnya mereka ini telah membawa kebusukan dan mencederai nilai Islam yang
katanya mereka cintai. Karena mereka nama Islam sekarang tidak lagi bernuansa kedamaian
melainkan disinonimkan dengan laku teror. Mereka bergama islam tapi tidak berakhlak Islam.! Semoga umat Islam di Indonesia tetap
dengan akhlak islam,rahmatan lilalamin : islam yang penuh cinta kasih dan menjadi rahmat bagi alam semesta, bukan teror!