Saturday, July 19, 2014

Menang atau kalah...

Minggu depan atau tepatnya tanggal 22 juli akan ada pengumuman hasil penghitungan KPU untuk menentukan siapa yang akan terpilih  menjadi Presiden RI.  Inilah puncak dari perjuangan panjang untuk menjadi orang nomor 1 direpublik ini. Kedua calon harus menunjukan kelasnya sebagai petarung sejati atas keyakinannya untuk Indonesia yang bermartabat. Artinya siap menang yang tentu harus siap kalah. Siapapun yang dinyatakan sebagai pemenang oleh KPU maka harus diterima dengan lapang dada tanpa ada pihak yang merasa dikalahkan. Mengapa? Untuk diketahui bersama bahwa siapapun yang menang dalam sistem demokrasi ini bukanlah mereka yang terhebat atau terbaik tapi mereka yang terpilih. Dia menang karena system yang memaksa rakyat yang tidak memilihnya untuk setia kepadanya. Dalam sistem demokrasi tidak ada kekuasaan Absolut. Jabatan Presiden bukanlah segala galanya. Mengapa ?Kekuasaan terdistribusi diantara Executive, judicative, legislative ,yang satu sama lain saling menjaga keseimbangan( check and balance). Selain itu keberadaan ormas dan media massa sesuai UU sebagai subordinate kekuatan yang diakui oleh negara. Artinya didalam pemerintahan ataupun diluar pemerintahan siapapun dia punya peran tersendiri dalam agenda nasional dan siapapun dia harus tunduk dengan konstitusi. Jadi bagi yang kalah, tidak perlu kecil hati. Bagi yang menang tidak perlu berbangga hati karena tidak semua orang memilihnya. Yang penting baik yang menang maupun yang kalah dalam posisi mengutamakan kepentingan Indonesia, kepentingan semua pihak.

Saya yakin bahwa baik Jokowi maupun Prabowo adalah pria mapan secara materi maupun mental. Mereka sudah berada diposisi untuk “memberi”bukan “meminta”.Apapun akan mereka korbankan untuk kepentingan orang lain, apalagi untuk Indonesia yang sejahtera. Andaikan mereka harus mengalah maka itu bukanlah kalah tapi jutru kemenangannya mengalahkan ego pribadinya untuk mau berdamai dengan realita. Bahwa hidup ini tidak selalu seperti apa yang dimau. Hidup adalah pertarungan tentang suka dan tidak suka. Allah berfirman dalam Al Baqarah 216 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”. Kalaulah apapun yang dilakukan diniatkan karena Allah maka apapun yang terjadi maka itulah sebaik baiknya takdir, dan menerimanya adalah bentuk agung keikhlasan atas dasar taqwa kepada Allah. Ya,  pada akhinya akal sehat yang didasarkan akan cinta dan kasih sayang membuat hidup ini menjadi bermakna. 

Kita sebagai rakyat merasa bersyukur karena kedua capres baik Jokowi maupun Prabowo punya agenda yang hampir sama yaitu ekonomi kerakyatan. Ekonomi yang bertumpu kepada kekuatan rakyat mencapai keadilan sosial. Jadi siapapun yang menang maka agendanya memang untuk rakyat khususnya kelas tertindas. Baik Jokowi maupun Prabowo tidak akan jauh dari Rakyat. Dimanapun posisi mereka, maka rakyat akan diuntungkan. Keduanya akan terus bersinergi  untuk Indonesia. Andaikan Prabowo memenangkan Pilpres ini maka Jokowi dapat kembali kepada tugasnya sebagai Gubernur. Jokowi akan menjalankan agendanya untuk rakyat Jakarta. Walau niat untuk mensejahterakan rakya seluruh Indonesia tidak terkabulkan namun setidaknya dia bisa berbuat untuk rakyat jakarta. PDIP berserta partai koalisinya dapat melaksanakan perannya sebagai partai  oposisi mengawal kebijakan pemerintah agar tidak merugikan kepentingan rakyat banyak.  Andaikan Jokowi terpilih sebagai Presiden maka Prabowo dapat meneruskan agendanya memimpin HKTI untuk petani, nelayan yang makmur dan sejahtera. Meneruskan agendanya memimpin organisasi para pedagang kali lima dan pedagang pasar tradisional agar mereka punya akses kepada tempat usaha, permodalan, pemasaran. Prabowo juga bisa mengarahkan Garindra dan Koalisinya agar solid di DPR untu memastikan agenda kesejahteraan rakyat dapat dikawal. 

Kita berharap siapapun yang akan menjadi pemenang maka satu sama lain akan saling berangkulan sebagai sebuah keluarga dan saudara untuk saling menolong dan berbagi. Yang terpilih sebagai presiden harus mau menerima kritik dari yang kalah. Jangan marah atau terbawa emosi dalam menanggapi berbagai kritik atau celaan.Orang bijak berkata bahwa kasihilah orang yang telah menyakiti kita dengan ketulusan dan kerendahan hati. Jika kita mampu melakukannya, maka hidup kita akan menjadi indah dan selalu bahagia karena kita tidak memiliki musuh. Satu musuh terlalu banyak tapi 1000 teman terlalu sedikit. Mencari teman sangatlah sulit namun menciptakan musuh terlalu mudah. Seorang wartawan bertanya pada Abraham Lincoln,”Kenapa Anda membuat musuh Anda menjadi teman baik Anda?” Abraham Lincoln menjawab, “Itulah cara saya melenyapkan semua musuh saya. Dengan menjadikan mereka sebagai teman, saya tidak lagi mempunyai musuh”.

No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...