Kemarin saya bertemu dengan teman. Dia seorang aktifis sosial. Tahukah kamu, katanya pada tahun 1944 President Rossevelt pernah berkata bahwa “Hal yang esensi dalam perdamaian adalah derajat hidup individual yang pantas bagi pria maupun wanita semua bangsa. Kebebasan dari rasa takut berkaitan dengan kebebasan dari kekurangan. Orang yang hidup dalam kekurangan bukanlah orang yang bebas.” Kata kata ini disampaikan oleh President Rossevelt ketika menyatakan Piagam Hak Hak Ekonomi. Hak Hak Ekonomi itu sekarang dipertanyakan oleh seluruh rakyat AS yang terancam kebebasannya karena krisis ekonomi yang parah di AS. Program Ekonomi yang dicanangkan oleh Obama justru memperparah ekonomi AS dengan ditandai jatuhnya Wall street. Berita CNN tadi malam mengatakan bahwa sudah diatas 12 juta orang kehilangan pekerjaan di AS. Yang lainnya yang belum kehilangan pekerjaan terancam kehilangan pekerjaan. Ada pertanyaan yang mengemuka oleh public AS , “ Apakah pekerjaan yang aman dari krisis ? dan karir apakah dimasa depan yang stabil.? ” Pemerintah Obama tidak bisa menjawab kecuali berkeyakinan bahwa We did the right thing !. Faktanya Amerika tidak lagi memiliki kebebasan itu karena secara system negara telah terpasung dengan beban hutang yang sehingga menghilangkan kekuatan negara untuk melaksanakan fungsi keadilan sosialnya.
Bukankah Jargon demokrasi yang dimotori oleh AS adalah berbicara tentang kebebasan individu yang dijamin oleh deklarasi kemerdekaan Amerika. Kata saya. Ya, Ini sangat utopis sehingga laku di jual kepada siapapun termasuk kepada elite politik kaum reformis di Indonesia. Katanya. Kita benci Soeharto karena otoriter, hanya melahirkan gerombolan kekuasaan yang penuh dengan KKN. Kita ingin tidak ada lagi otoriter. Kita ingin demokrasi dimana rakyat diberi kebebasan politik untuk memilih wakilnya di Parlemen dan pemimpinnya. Namun perjalanan waktu , AS sendiri kena boomerang dari jargon kebebasan itu.Karena kebebasan diartikan kebebasan kapitalis untuk bebas menentukan harga dan bebas menguasai resource. Demi kebebasan pasar , hak negara mengendalikan harga untuk kepentingan sosial dikebiri. Akibatnya pemerintah kehilangan control terhadap hal yang essential untuk menciptakan keadilan sosial. Teman saya dengan tegas mengatakan bahwa demokrasi bukanlah kebebasan untuk tegaknya keadilan, dibelanya kebenaran dan diutamakannya kebaikan. Demokrasi adalah transaksional antara siapa yang bisa membayar , untuk kemudian melahirkan segerombolan orang mengatur negeri ini. Rakyat memang diberi kebebasan memilih langsung wakil dan pemimpinnya namun setelah itu tidak punya kebebasan memaksa untuk mengawasi.Yang mencoba memaksa akan berhadapan dengan lembaga yang dihasilkan oleh system demokrasi,seperti Polisi dan Badan Anti Teror. Dan Hakim siap memberikan hukuman berat kepada pembangkang system demokrasi.
Apakah kebebasan diartikan hanya untuk media massa bebas menyampaikan berita. Apakah kebebasan diartikan dalam hal berserikat untuk menyampaikan hak politik dan bikin partai politik ?. Apakah arti kebebasan itu hanya kebebasan berdemontrasi? Itukah nilai nilai demokrasi yang dibanggakan ? Katanya sambil menggelengkan kepada. Karena bila pada akhirnya gap antara kaya miskin semakin lebar. Apakah arti kebebasan itu bila pada akhirnya rakyat hidup dalam kekurangan dan akhirnya tak lagi bebas mengakses sarana dan prasaran untuk mendapatkan kemakmuran. Karena semua tidak ada lagi yang gratis. Semua harus bayar dan berkompetisi mendapatkannya. Lantas dimana HAM yang kita perjuangkan ? Saya rasa HAM itu omong kosong. Rakyat tidak butuh charity atau Bantuan Tunai Langsung. Rakyat butuh keadilan ekonomi untuk lahirnya keadilan sosial. Contohnya seperti Jokowi, bila ada pedagang kaki lima, tidak usah diusir tapi dibina dan dibantu mendapatkan kios yang murah. Kalau rakyat dapat hidup tenang dengan usaha kelontongan maka jangan izinkan pedagang besar hadir. Kalau ada rakyat sakit, pemerintah memberikan layanan berobat gratis walau dengan standard minimal. Keluarga miskin mendapatkan akses pendidikan gratis. Kalau ada rakyat tinggal dirumah kumuh maka jangan diusir demi keindahan kota tapi direlokasi ke Rumah Susun untuk dimanusiakan demi kota yang manusiawi.Kalau ada perseteruan antara tuan tanah dengan rakyat penggarap maka belalah rakyat lemah itu karena itu yang mereka butuhkan.
Dan akhirnya kita hanya melihat sebuah lembaga yang berganti baju dari seragam militer menjadia jas berdasi. Reformasi ada tanpa menghasilkan apa apa. Mungkin benar kata Woodrow Wilson dalam Encyclopedia of Social Science bahwa Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling sulit.Padahal mengelola rakyat negeri ini tidaklah sulit. Karena rakyat negeri ini sangat kreatif menyelesaikan masalahnya sendiri dan tahu bagaimana mengorganisir dirinya untuk bertahan hidup. Mereka tidak menuntut standard kemakmuran seperti persepsi orang barat yang diukur dengan materialistis. Tidak!. Mereka hanya ingingkan keadilan sosial. Bahwa mencari nafkah itu mudah karena negara menjamin orang mampu berproduksi untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Yang diperlukan dari pemerintah hanyalah kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang lemah dan menegakan keadilan sosial bagi mereka .