Pernah satu waktu saya ditelp
oleh teman lama. Dia berkeinginan untuk bertemu dengan saya. Dengan antusias
saya menyanggupinya. Ketika saya menentukan tempat pertemuan, dia nampak
terdiam. Saya bingung apakah dia hanya basa basi untuk bertemu dengan saya?
Kemudian terdengar suaranya bahwa dia menawarkan tempat yang sesuai
keinginannya. Sayapun menyanggupi dengan
segera. Ketika bertemu rasa rindu saya terlepaslah sudah. Lebih 20 tahun tidak
bertemu akhirnya bersua kembali dalam suasana sehat walapiat. Kami bercerita
banyak hal tentang masa lalu kami. Tak terasa pertemuan itu berlangsung lebih dari 3 jam dan sempat juga
kami sholat lohor bersama sama di Mall. Nampak diantara kami tidak punya
kepentingan apapun kecuali semata mata kecintaan kepada sahabat. Walau semua
kami adalah pengusaha dengan skala berbeda beda namun tidak terdengar
pertemuaan itu berbicara tentang business. Tidak ada pertemuan itu terkesan
untuk saling memanfaatkan potensi masing masing demi deal business. Tidak ada
saling tanya berapa harta sudah dimiliki. Tidak ada. Pertemuan dengan sahabat atas dasar kecintaan memang sangat membekas dihati. Bertemu saja sudah sangat
senang. Selanjutnya kami berjanji untuk saling berhubungan agar silahturahim
tetap terjalin.
Pertemuan itu mengingatkan saya akan kisah dalam hadith tentang makna persahabatan. Dalam hadith dikisahkan “Pada saat seseorang berkunjung kepada sahabatnya karena Allah swt, maka Allah swt akan mengirimkan malaikat dengan diam diam kepadanya untuk menanyakan ‘Apa yang akan engkau lakukan? ‘Lalu ia menjawab, ‘Aku amu mengunjungi saudaraku.’ Malaikat bertanya kembali,’ Apakah engkau ada keperluan? jawabnya, ‘Tidak ada.’ Malaikat melanjutkan, ‘Apakah karena ia ada hubungan kerabat dgnmu?’ Jawabnya lagi, ‘Tidak.’ Sambung malaikat, ‘Apakah krn ia telah memberikan sesuatu kepadamu?’ Jawabnya, ‘Tidak.’ Tanya malaikat kemudian, ‘Kalau begitu karena apa engkau mengunjunginya?’ ia menjawab,’Aku mengasihinya karena Allah swt.’Lalu malaikat berkata kepadanya,’Sesungguhnya Allah swt mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan berita bahwa Dia mengasihimu seperti engkau mengasihinya, dan bahwa surga akan dianugerahkan kepadamu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Banyak teman yang mengaku sahabat namun bila pertemu karena dia membutuhkan sesuatu. Pertemuan bermanis muka penuh puji dalam dialogh tiada henti, dan akhirnya ada udang dibalik batu. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, selanjutnya jangankan mau bertemu, menelphon saja susah. Tidak ada keikhlasan walau nuansa kata kata selalu bicara ikhlas. Saya acap merasakan ini dan hanya bisa mengelus dada. Kepada Allah saya berharap “Siapa saja yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya akan dikaruniai seorang sahabat yang soleh. jika ia sudah lupa, maka sahabatnya yang soleh mengingatkannya, dan jika ia sedang sadar maka sahabatnya yang soleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” sungguhnya Allah swt berfirman pada hari berbangkit nanti,”Dimanakah mereka yg saling mengasihi karena Aku? Pada hari ini tdk ada naungan kecuali naunganKu. Aku akan melindungi mereka dalam naunganKu.” (HR. Muslim dari Anas ibn Malik ra). Persahabatan karena Allah selalu menunjukan kebaikan bukan menyalahkan. Selalu bersabar dengan kekurangan kita namun juga pelindung kita dalam kebodohan. Selalu berprasangka baik dan mendoakan untuk kebaikan. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Pertemuan itu mengingatkan saya akan kisah dalam hadith tentang makna persahabatan. Dalam hadith dikisahkan “Pada saat seseorang berkunjung kepada sahabatnya karena Allah swt, maka Allah swt akan mengirimkan malaikat dengan diam diam kepadanya untuk menanyakan ‘Apa yang akan engkau lakukan? ‘Lalu ia menjawab, ‘Aku amu mengunjungi saudaraku.’ Malaikat bertanya kembali,’ Apakah engkau ada keperluan? jawabnya, ‘Tidak ada.’ Malaikat melanjutkan, ‘Apakah karena ia ada hubungan kerabat dgnmu?’ Jawabnya lagi, ‘Tidak.’ Sambung malaikat, ‘Apakah krn ia telah memberikan sesuatu kepadamu?’ Jawabnya, ‘Tidak.’ Tanya malaikat kemudian, ‘Kalau begitu karena apa engkau mengunjunginya?’ ia menjawab,’Aku mengasihinya karena Allah swt.’Lalu malaikat berkata kepadanya,’Sesungguhnya Allah swt mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan berita bahwa Dia mengasihimu seperti engkau mengasihinya, dan bahwa surga akan dianugerahkan kepadamu.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Banyak teman yang mengaku sahabat namun bila pertemu karena dia membutuhkan sesuatu. Pertemuan bermanis muka penuh puji dalam dialogh tiada henti, dan akhirnya ada udang dibalik batu. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, selanjutnya jangankan mau bertemu, menelphon saja susah. Tidak ada keikhlasan walau nuansa kata kata selalu bicara ikhlas. Saya acap merasakan ini dan hanya bisa mengelus dada. Kepada Allah saya berharap “Siapa saja yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya akan dikaruniai seorang sahabat yang soleh. jika ia sudah lupa, maka sahabatnya yang soleh mengingatkannya, dan jika ia sedang sadar maka sahabatnya yang soleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” sungguhnya Allah swt berfirman pada hari berbangkit nanti,”Dimanakah mereka yg saling mengasihi karena Aku? Pada hari ini tdk ada naungan kecuali naunganKu. Aku akan melindungi mereka dalam naunganKu.” (HR. Muslim dari Anas ibn Malik ra). Persahabatan karena Allah selalu menunjukan kebaikan bukan menyalahkan. Selalu bersabar dengan kekurangan kita namun juga pelindung kita dalam kebodohan. Selalu berprasangka baik dan mendoakan untuk kebaikan. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Dalam islam semua adalah bersaudara. Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Jadi diikat oleh aqidah maka ini bagian dari ketakwaan kepada Allah. Bagian dari keimanan. Makanya yang ada hanyalah keikhlasan. Bila bukan karena Allah maka tidak ada teman sejati kecuali kepentingan. NIlai nilai persahabat dalam islam menempati hal yang sangat tinggi nilainya. Ali Bin Abi Thalip berkata bahwa sahabat adalah saudara yang tidak sedarah namun hati yang bertaut karena Allah. Sahabatmu yang sejati adalah siapa yang setia bersamamu, yang rela menderita demi kebaikanmu, yang mendatangimu apabila engkau ditimpa musibah dan yang bersedia berkorban demi menolongmu. Dapatlah dibayangkan betapa indahnya persahabatan dalam islam karena semua bersandar kepada Allah.
Begitu tingginya nilai
persahabatan karena Allah. Dalam hadith diriwayatkan sebagai berikut “ “Sesungguhnya
di antara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok manusia yang bukan para nabi
dan bukan pula orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang
mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka
di sisi Allah Ta’ala.” Mereka(para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah
Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda, “Mereka
adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh (dari) Allah tanpa ada
hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling
mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan
sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika
orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa
bersedih.” Dan beliau membaca ayat ini(yang artinya), “Ingatlah, sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (HR.Abu Dawud).
Ya, saya teringat dengan sahabat yang dipertemukan Allah dalam satu rombongan terbang ke tanah Suci untuk melaksanakan rukun Islam ke Lima. Kejadian itu tahun 2003, sampai kini ikatan persahabatan itu terus terjalin. Secara berkala kami bertemu dalam bentuk arisan dan sebagai ajang tegur safa. Mungkin banyak arisan ex kloter Haji namun itu hanya bertahan seumur jagung. Namun kami telah berlangsung selama 10 tahun tanpa terputus. Andaikanlah persahabatan itu bukan karena Allah mungkin telah lama kami saling melupakan. Mengapa? karena tidak ada kepentingan materi yang bisa didapat ala kapitalis. Namun karena mencari ridho Allah maka nilai persahabatan tak
lain ungkapan cinta kepada Allah. Itulah yang menyatuhkan hati kami sampai kini. Sebagaimana hadith qudsi “ Wajiblah cinta-Ku bagi orang-orang yang
saling mencintai karena Aku, orang-orang yang saling berteman karena Aku,
orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan orang-orang yang saling
berkorban karena Aku” (HR. Ahmad)